Menjaga Dominasi Dinasti Juventus

Juventus adalah penguasa tunggal di Liga Italia yang memegang rekor ”scudetto” terbanyak. Capaian itu tidak diraih dengan mudah sebab Juventus melakukan sejumlah program untuk menjaga dominasi di kancah domestik.

Kepastian Juventus meraih gelar kesembilan beruntun di musim ini atau trofi Liga Italia ke-36 merupakan bukti nyata dominasi di ”Negeri Pizza”. Raihan gelar Juventus sebanding dengan akumulasi scudetto yang telah diraih dua rival utama, yaitu AC Milan dan Inter Milan, yang sama-sama mengumpulkan 18 trofi liga.

Bagi Juventus, scudetto musim 2019/2020 adalah kepemilikan yang ke-38. Pasalnya, dua gelar Liga Italia yang diraih Juventus pada musim 2004/2005 dan 2005/2006 dicabut akibat skandal pengaturan skor, Calciopoli, pada 2006. Gelar pada musim 2005/2006 pun diserahkan kepada Inter Milan. Tak hanya gelarnya diambil, Juventus juga untuk pertama kali tergusur ke Serie B pada musim 2006/2007.

Setelah berhasil menjuarai Serie B, Juventus kembali berkiprah di Serie A pada musim 2007/2008. Namun, ”Si Nyonya Besar” harus tertaih-tatih untuk kembali menguasai Italia. Juventus butuh lima musim setelah promosi ke Serie A untuk meraih scudetto.

Pada musim 2011/2012, Juventus kembali menjadi yang terbaik di Liga Italia. Musim itu terasa semakin manis setelah dilalui tanpa kekalahan. Kembalinya Juventus di takhta Serie A belum terbendung hingga musim 2019/2020. Selama sembilan musim beruntun, Juventus selalu mengakhiri musim di urutan pertama dengan tiga pelatih berbeda, yaitu Antonio Conte yang mempersembahkan tiga gelar, Massimiliano Allegri yang memberikan lima scudetto, dan Maurizio Sarri yang menjaga dominasi Juventus di musim ini.

”Setelah memenangi lima scudetto beruntun, Andrea Agnelli (Presiden Juventus) memiliki mimpi untuk meraih 10 scudetto beruntun yang akan terasa lebih sulit dibandingkan dengan memenangi Liga Champions,” ujar John Elkann, CEO Exor, perusahaan induk yang menaungi Juventus, Ferrari, dan Fiat, kepada La Gazzetta dello Sport.

Faktor Agnelli

Skandal Calciopoli pada 2006 yang melibatkan mantan Manajer Umum Juventus, Luciano Moggi, menjadi titik terendah sejak kelahiran Juventus pada 1 November 1897 oleh para pelajar di Kota Turin. Sejak pertama kali mengikuti kompetisi utama Italia pada musim 1900, Juventus tidak pernah terlempar dari posisi 10 besar. Alhasil, hingga 2006, Juventus bersama Inter Milan menjadi tim yang belum pernah terdegradasi ke Serie B. Akan tetapi, Calciopoli mengubah itu semua. Juventus harus kehilangan mayoritas pemain bintang, kontrak dengan sponsor berkurang, dan pemasukan klub menurun drastis.