Menyelisik Sisi-sisi Alergi

Hidung tersumbat atau bersin-bersin setelah bermain dengan kucing atau anjing, membereskan buku tua atau gudang berdebu; gatal, bengkak dan biduran setelah makan udang atau makanan tertentu? Bisa jadi itu pertanda alergi.

Alergi terjadi ketika sistem kekebalan salah mengidentifikasi zat yang sebenarnya tidak berbahaya sebagai zat berbahaya. Pemicu alergi disebut alergen.

Penyakit alergi tercatat dalam sejarah sejak lama. Sebuah kondisi klinis dengan gejala seperti asma dijelaskan 3.500 tahun lalu dalam Papirus Ebers, sebuah manuskrip Mesir tentang pengetahuan herbal.

Tahun 1906, seorang dokter anak Austria, Clemens von Pirquet, pertama kali menggunakan kata alergi untuk menggambarkan gejala aneh yang tidak berhubungan dengan penyakit yang dialami beberapa pasien difteri ketika diobati dengan antitoksin serum kuda.

national library of medicine amerika serikat
Papirus Ebers yang ditemukan pada 1870-an. Manuskrip ini berisi lebih dari 700 resep pengobatan dalam aksara hieroglif. Salah satunya resep obat asma yang terbuat dari campuran herbal yang dipanaskan di atas bata agar penderita dapat menghirup uapnya.

Alergi diperkirakan diderita 30 persen populasi dunia. Prevalensi alergi dan asma makin meningkat di hampir semua negara di dunia, terutama negara maju.

Pemicu alergi, menurut laman Mayo Clinic, antara lain alergen udara seperti serbuk sari, bulu binatang, tungau, debu, dan jamur. Makanan tertentu, terutama kacang tanah, kedelai, gandum, ikan, kerang, udang, telur, dan susu. Selain itu, juga sengatan atau gigitan serangga, obat-obatan seperti penisilin, lateks, serta logam seperti nikel, kobalt, kromium dan seng.

Jika tubuh mengidentifikasi ada zat berbahaya masuk tubuh, antibodi akan melepaskan sejumlah bahan kimia yang akan menghadang zat terkait. Reaksi perlawanan itu berbentuk peradangan.

Sistem kekebalan tubuh bekerja seperti tentara penjaga. Tugasnya memastikan tubuh terhindar dari serangan kuman penyakit atau zat asing yang berpotensi merugikan. Dalam melakukan tugas, sistem kekebalan menghasilkan antibodi.

Jika tubuh mengidentifikasi ada zat berbahaya masuk tubuh, antibodi akan melepaskan sejumlah bahan kimia yang akan menghadang zat terkait. Reaksi perlawanan itu berbentuk peradangan.