Mereka Bukan Peminta-minta

Johanes Disa bukan difabel netra biasa. Ia menyandang gelar S-1. Ia juga guru honorer di sebuah sekolah luar biasa. Namun, dengan gajinya yang tidak seberapa, Johanes Disa terpaksa turun ke jalan demi mencukupi kebutuhan hidupnya.

Meski telah ada Undang-Undang Penyandang Disabilitas, nasib baik masih belum berpihak kepada Johanes Disa dan jutaan difabel lainnya di Tanah Air. Mereka masih harus berjuang untuk meningkatkan kesejahteraannya.

”Hidup ini bukan hanya sekadar hidup, melainkan harus ada perjuangan. Kalau tidak, itu sama saja dengan meminta atau mengharapkan belas kasihan orang lain. Saya tidak mau seperti itu,” kata Johanes Disa (45), suatu siang yang terik di Manado, Sulawesi Utara, Jumat (22/4/2022).

kompas/kristian oka prasetyadi
Difabel netra Johanes Disa (45) menunjukkan ijazah pendidikan sarjana miliknya, Jumat (22/4/2022), saat ditemui di rumahnya yang terletak di Paal IV, Manado, Sulawesi Utara. Johanes bekerja sebagai guru honorer di sebuah sekolah luar biasa dengan gaji Rp 300.000 per bulan.

Bagi seorang difabel netra seperti Johanes, perjuangan tak perlu lagi diperdebatkan maknanya, tetapi harus diejawantahkan dalam laku nyata sehari-hari. Sebab, pengalaman hidupnya telah membuktikan, tak ada seorang pun yang akan menyelamatkannya dari impitan kebutuhan kecuali dirinya sendiri.

Maka, ketika ijazah sarjananya tak bisa menghadirkan pekerjaan dengan gaji yang layak, ia rela menanggalkan gengsinya untuk turun ke jalanan di pusat kota dan berjualan tisu. Tak tanggung-tanggung, siang hingga malam ia lalui demi membawa pulang rupiah bagi keluarganya.

Tak banyak pilihan pekerjaan yang tersedia bagi difabel netra seperti dirinya, bahkan nyaris nihil. ”Sebenarnya berjualan itu bukanlah suatu kebanggaan, cuma karena keadaan terpaksa. Ini seperti mencari sesuap nasi, tetapi dengan sekilo batu di punggung,” kata Johanes sambil tertawa.

kompas/kristian oka prasetyadi
Johanes Disa (45, kiri), guru penyandang disabilitas netra, saat memberikan instruksi kepada Geren Balaati, siswanya yang menyandang disabilitas grahita. Geren, siswa Sekolah Luar Biasa Berkat Yosua, Desa Kamangta, Minahasa, Sulawesi Utara, bersiap mengikuti ujian akhir semester, Senin (25/4/2022).

Johanes Disa lahir pada 13 Maret 1977 di Kelurahan Buyungon, Amurang, Minahasa Selatan. Sejatinya, ia lahir dengan indera yang lengkap. Namun, seperti banyak anak di masa itu, ia terserang campak pada usia 2 tahun 6 bulan.