Mewaspadai Varian Baru Virus Korona

Varian genetik virus SARS-CoV-2 telah muncul dan beredar luas di seluruh dunia. Mutasi dan varian virus perlu secara rutin dipantau berbasis pengawasan turunan genetik, studi laboratorium, dan investigasi epidemiologi agar pandemi Covid-19 tidak semakin memburuk.

AP/ALBERTO PEZZALI
Otoritas kesehatan Inggris berencana untuk menguji puluhan ribu orang di beberapa daerah di Inggris dalam upaya menghentikan varian baru dari Covid-19 yang diidentifikasi menyebar dari Afrika Selatan. Departemen Kesehatan mengatakan sejumlah orang di Inggris yang tidak bepergian ke luar negeri dinyatakan positif mengidap strain tersebut.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan peringatan tentang bahaya varian baru virus korona melalui dokumen laporan mingguan, 20 April 2021. Tercatat ada tiga varian yang perlu dipantau serius, yaitu B.1.1.7 dari Inggris, B.1.351 dari Afrika Selatan, serta P.1 dari Brasil dan Jepang.

Ancaman memburuknya pandemi oleh varian tersebut sangat nyata karena terbukti 50 persen jauh lebih infeksius.

Varian B.1.1.7 telah menyebar ke berbagai negara. Setidaknya 125 negara melaporkan temuan kasus infeksi varian yang pertama kali diketahui pada September 2020 tersebut. Ancaman memburuknya pandemi oleh varian tersebut sangat nyata karena terbukti 50 persen jauh lebih infeksius.

Selain lebih infeksius, varian B.1.1.7 berpotensi meningkatkan keparahan gejala dan kematian pasien. Terlebih lagi, ada resistensi virus terhadap bentuk-bentuk perawatan dan vaksinasi. Tak heran semua negara sangat waspada terhadap sebaran varian yang berasal dari Inggris tersebut.

Khusus Indonesia, kasus infeksi karena varian B.1.1.7 terdeteksi pada awal Maret 2021, tepat setahun setelah dikeluarkannya pengumuman kasus infeksi pertama pada 2 Maret 2020. Pemerintah langsung melakukan tindakan cepat dengan sosialisasi protokol kesehatan, mengingat replikasi virus yang makin cepat di tenggorokan.

Serupa dengan B.1.1.7, varian B.1.351 yang muncul di Afrika Selatan pada Agustus 2020 juga perlu mendapat respons ketat. Selain kemampuan menginfeksi 50 persen lebih tinggi dibandingkan dengan lainnya, varian ini mampu mengurangi tingkat netralisasi pengobatan dan vaksinasi.

WHO mencatat ada 67 negara yang telah mengonfirmasi temuan kasus infeksi karena varian B.1.351. Kekhawatiran memburuknya pandemi karena varian ini memang nyata sebab pengobatan menggunakan plasma tubuh tidak efektif. Selain itu, ada kecemasan muncul lonjakan virus sehingga mengancam efektivitas vaksin.