Muaro Jambi, Kampus Tertua di Asia Tenggara

Kompleks Candi Muaro Jambi tidak saja memiliki fungsi religi terkait agama Buddha. Pada masa kejayaan Sriwijaya antara abad ke-7 dan abad ke-13 Masehi, Candi Muaro Jambi juga menjadi pusat pendidikan tinggi dalam lima bidang ilmu (Panca Widya), yakni tata bahasa, pengobatan, logika, seni, keterampilan kerajinan, dan pengelolaan batin atau kejiwaan.

Sebagai perguruan tinggi, Muaro Jambi hadir lebih awal daripada universitas tertua di Eropa, yakni Universitas Bologna di Italia, yang didirikan tahun 1088 Masehi.

Universitas Muaro Jambi hadir sezaman dengan Universitas Nalanda di India (abad ke-5 hingga ke-12 Masehi) sebagai pusat pendidikan keilmuan sekuler dan ajaran agama Buddha. Di kompleks Candi Nalanda yang berada di Negara Bagian Bihar, India, terdapat ruangan yang merupakan sumbangan dari Raja Sriwijaya Balaputra Dewa.

National University of Singapore (NUS) menyebut kompleks Candi Nalanda sebagai pusat riset Nalanda Centre. Sebagai pusat ilmu pengetahuan, kehadiran Nalanda jauh sebelum masa pencerahan Eropa atau zaman renaisans. Nalanda Mahavihara juga menjadi situs warisan umat manusia dalam akreditasi UNESCO.

kompas/heru sri kumoro
Pengunjung melihat Candi Tinggi di Kompleks Candi Muaro Jambi, Minggu (8/12/2013). Situs ini membentang dari barat ke timur sepanjang 7,5 kilometer dari tepian sungai Batanghari. Situs ini mulai terungkap secara terbatas tahun 1820 oleh SC Crooke, ketika perwira Inggris ini mengunjungi daerah pedalaman Batanghari.

Akan halnya Candi Muaro Jambi masih menyisakan banyak misteri hingga kini. Temuan terbaru dari hasil penggalian yang baru-baru ini dilakukan diharapkan dapat sedikit membantu menyingkap misteri tersebut.

Arkeolog dan koordinator penggalian dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V, Wahyu Adi Nugroho, menjelaskan berbagai artefak yang ditemukan lewat penggalian terbaru di kompleks Muaro Jambi.

”Di kompleks Candi Koto Mahligai ditemukan tembok-tembok luar dan tembok dalam (outer and inner wall) serta stupa di pusat candi. Penggalian ini tidak mengubah lanskap aneka pepohonan yang ada di sini,” kata Wahyu kepada Kompas saat berkunjung ke Muaro Jambi, 1-2 Desember 2022.

Penggalian dilakukan sejak awal tahun 2022 di bawah pengawasan enam arkeolog dan bantuan 86 tenaga penggali. Mereka dibagi dalam delapan kelompok kerja.