Orang Rimba dan Penyembuhan dari Tengah Hutan

Tradisi Orang Rimba dalam meramu obat ternyata turut berperan besar dalam menjaga hutan hujan Bukit Duabelas tetap utuh. Biodiversitas mereka rawat lewat pengetahuan lokal yang secara farmakologis terbukti bernilai penting bagi dunia kesehatan.

Cendawan yang menempel di batang pohon meranti batu menarik perhatian Tengganai Besemen (65). Ingatannya melayang pada peristiwa sepuluh tahun silam. Kala itu, Nande, putrinya, tak berdaya dan nyaris mati setelah memakan daging tupai.

Semua orang telah putus harapan. Mengira Nande bakal meninggal. Sesuai tradisi, mereka pun meninggalkan Nande dan Besemen lalu melangun atau menjelajah ke tempat baru karena adanya kematian anggota keluarga.

Sepeninggal keluarga besar, Besemen bertahan di dekat anaknya. Penasihat adat di wilayah Punti Kayu, Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD), Jambi, itu kemudian mencari cendawan hahati  (Polyporus sp) dalam rimba.

kompas/irma tambunan
Batang tenggeris (Koompassia excelsa) menjulang di Taman Nasional Bukit Duabelas, Sarolangun, Jambi,Sabtu (2/7/2022). Kelestarian hutan mendesak diperkuat.

Setelah dapat, cendawan tersebut dipanaskan dan dihaluskan. Serbuknya dicampur daun tembakau yang telah dibakar. Selanjutnya, dicampur dengan minyak lalu digosok-gosokkan di sekujur tubuh anaknya.

Beberapa jam kemudian, Nande bangun dengan keringat membasahi sekujur tubuh. ”Akhirnya sombuh (sembuh),” kenangnya, Kamis (30/6/2022).

Sejak itu, Besemen selalu menyimpan olahan cendawan hahati. Jika ada warga yang mengalami masalah penyakit serupa, ia berikan ramuan itu.

Kali lain, ia dapati warganya mengalami diare. Besemen langsung mencari pohon sengkubung (Macaranga gigantea) yang lazim mereka sebut sengkrubungon. Kulit batangnya diambil lalu direbus bersama segelas air.