Berbagai bahan makanan Nusantara masuk dalam catatan para penjelajah yang kemudian mendorong penjajah Spanyol mencari rempah ke Kepulauan Maluku. Ini seperti disebutkan sejarawan Filipina, Felice Prudente St Maria, dalam tulisannya yang termuat dalam buku Arrivals, conflict & transformation in maritime Southeast Asia 1400-1800.
Ia menulis berdasarkan berbagai sumber, termasuk catatan apoteker Portugis, Tome Pires, yang pernah bermukim di Malaka tahun 1512-1515 Masehi. Pires berlayar bersama misi Portugis yang dipimpin Albuquerque.
St Maria mengutip keterangan Tome Pires yang mengatakan, aneka bahan pangan melimpah di Kepulauan Nusantara, termasuk di Maluku yang menjadi sumber rempah-rempah yang dicari bangsa-bangsa Eropa semasa itu.
Meski bersaing, dua bangsa itu sempat menjadi satu negara di bawah kekuasaan Spanyol pada tahun 1580-1640 Masehi.
Selain Tome Pires, pemimpin ekspedisi Spanyol, yakni Magellan yang aslinya orang Portugis, juga pernah berada di Asia bersama ekspedisi Portugis, yakni ke India dan Malaka. Magellan membawa budaknya, Enrique, yang asli Kepulauan Nusantara dan berbahasa Melayu.
Sri Paus mengatur perjanjian Tordesillas tahun 1494 Masehi yang membagi dunia untuk duopoli Spanyol dan Portugis. Portugis berkuasa dari Afrika ke timur, dan sebaliknya untuk Spanyol, berkuasa dari Amerika ke barat. Kondisi ini memengaruhi rute pelayaran kedua bangsa. Spanyol harus menempuh jalur laut dari Atlantik lalu mengitari Amerika Selatan dan mengarungi Samudera Pasifik.
Bangsa Semenanjung Iberia, yakni Spanyol dan Portugis, memang saling bersaing untuk menuju kepulauan Maluku yang kala itu menjadi pusat utama rempah-rempah. Meski bersaing, dua bangsa itu sempat menjadi satu negara di bawah kekuasaan Spanyol pada tahun 1580-1640 Masehi.
Dari Malaka, para penjelajah tersebut berlayar ke selatan melewati Selat Karimata. Di sebelah timurnya adalah Pulau Kalimantan. Di sana, mereka mendapati masyarakatnya makan sagu dalam bentuk lempengan, yang bentuknya menyerupai roti di Eropa. Sagu menjadi bahan pangan pokok ketika tidak ada beras.
Adapun berbagai jenis beras telah menjadi komoditas perdagangan di Kepulauan Nusantara. Yang terkenal adalah beras Kamboja, beras Sunda, beras Sumatera, dan beras Tegal dari Jawa.