Pendidikan bukan sekadar pengajaran ilmu pengetahuan yang memperkuat kemampuan kognitif anak bangsa, melainkan juga pewarisan nilai-nilai yang hidup dan diyakini oleh suatu bangsa. Karena itu, pendidikan karakter semestinya menjadi bagian yang melekat dalam dinamika pendidikan.
Intelligence plus character–that is the goal of true education, demikian dikatakan Martin Luther King, aktivis sosial Amerika Serikat. Pendidikan sejati merupakan perpaduan inteligensia dan karakter.
Negara yang mampu memadukan keduanya dengan ramuan tepat akan menjadi bangsa maju dengan karakter yang mengakar pada nilai-nilai kehidupan bangsa. Tak heran, pendidikan karakter menjadi hal yang semakin penting.
Pendidikan karakter dibutuhkan untuk menjawab kebutuhan penguatan karakter anak bangsa agar menjadi sumber daya manusia yang unggul dan mumpuni bagi negeri dan dunia global.
Namun, pendidikan karakter di Indonesia tak bisa lepas dari dinamika yang terjadi dalam politik dan pemerintahan. Akibatnya, pendidikan karakter sampai saat ini masih terus mencari bentuk yang pas dengan slogan dan istilah yang berganti-ganti.
Pergantian pemerintahan yang diiringi pergantian menteri pun mewarnai pemaknaan terhadap pembangunan karakter bangsa (nation character building). Selanjutnya, mewarnai pula dinamika dunia pendidikan dan bentuk pendidikan karakter.
Akibatnya, nama dan nilai-nilai karakter pokok yang dikedepankan pun berganti-ganti sesuai utak-atik agar pas dengan kebijakan petinggi kementerian pendidikan pada suatu masa.