O perasi penyelamatan yang digelar oleh tim gabungan dari berbagai negara yang dimotori oleh Thailand berhasil mengevakuasi 12 anggota tim sepakbola Wild Boar, dan seorang pelatih mereka. Selama lebih dari dua minggu, mereka terjebak di dalam Goa Tham Luang, Chiang Rai, Thailand.
Awalnya, Sabtu (23/6/2018) mereka berekreasi setelah menggelar latihan rutin. Namun hingga malam hari, tak satu pun dari mereka pulang ke rumah. Cemas atas keselamatan anaknya, seorang ibu melapor kepada polisi, dan misi pencarian pun dilakukan.
Jejak mereka ditemukan dari sepeda-sepeda yang diparkir tak jauh dari mulut goa. Tim pencari menduga, mereka terjebak di dalam goa yang mulai dibanjiri oleh air hujan yang saat itu turun dengan deras.
Polisi dan tim pencari pun mulai bekerja mencari, dan pada Senin (25/6/2018) pasukan katak Angkatan Laut Thailand bergabung dalam misi pencarian itu. Upaya pencarian itu berlangsung dramatis dan sangat berbahaya karena derasnya arus air.
Empat hari setelah operasi awal dilakukan, tim penyelam dari sejumlah negara, termasuk ahli selam asal Amerika Serikat dan Inggris turut bergabung. Untuk mengoptimalkan operasi penyelamatan, tim gabungan itu membuat pos di dalam goa.
Dalam misi penyelaman lanjutan yang digelar pada Senin malam (2/7/2018) tim penyelaman asal Inggris berhasil menemukan mereka. Anak-anak itu bersama pelatih mereka, ditemukan kelaparan di atas tumpukan lumpur, sekitar 4 kilometer dari mulut gua. Dua penyelam Inggris, Richard Stanton dan John Volanthen, yang sehari-hari bekerja sebagai petugas pemadam kebakaran dan insinyur internet, harus melalui jalur panjang dan berliku melalui goa yang banjir untuk menemukan mereka.
Kepada BBC, Bill Whitehouse dari British Cave Rescue Council, sebuah kelompok informal tim penyelamat di Inggris, mengatakan, Stanton dan Volanthen menyelam dengan melawan arus atau merayap di dinding gua (Kompas, Rabu, 4 Juli 2018).
Jalur dimana mereka masuk telah dipenuhi air, dan mereka terpojok di sebuah lorong sempit selebar kurang lebih dua meter. Tempat mereka berada terletak kurang lebih empat kilometer dari mulut goa.
Operasi evakuasi pun kemudian dirancang dengan sejumlah opsi, diantaranya melatih anak-anak itu menyelam, mengebor bukit di atas goa itu, atau menunggu hingga air dalam lorong goa surut. Pada saat bersamaan, kadar oksigen dalam goa terus menurun.
Opsi penyelaman adalah opsi paling berbahaya dan sulit, mengingat sebagian anak-anak itu belum bisa berenang dan sebagian jalur yang dilalui pun sempit. Namun didesak oleh waktu dan menurunnya kadar oksigen dalam goa. Akhirnya opsi itu dicoba.
Ke-12 anak dan seorang pelatih mereka kemudian dirawat di rumah sakit di Chiang Rai, dan untuk sementara waktu diisolasi untuk memulihkan kondisi mereka.
Operasi penyelamatan yang penuh resiko dan berbahaya itu akhirnya berakhir gemilang…
Penulis: Josie Susilo | Infografik: Pandu Lazuardy, Novan Nugrahadi, Parlindungan Siregar | Desainer & Pengembang: Vandi Vicario, Rafni Amanda, Deny Ramanda | Produser: Sutta Dharmasaputra
Nikmati tulisan lainnya dalam rubrik Infografik Interaktif di bawah ini.