Pepes yang Luwes nan “Endeus”

Bosan dengan hidangan Lebaran, seperti ketupat, opor, sambal goreng, dan rendang? Kalau iya, Anda bisa mencoba variasi menu pepes. Bumbunya yang relatif sederhana menawarkan cita rasa yang ringan tetapi bergizi tinggi. Yang paling penting, rasanya tak kalah enak dan lezat alias endeus kalau kata anak sekarang.

Sebelum ada teknik pemasakan dengan minyak goreng, masyarakat zaman dahulu biasa mengolah bahan pangan di sekitarnya melalui proses pembakaran. Hingga kini, metode tersebut bisa dijumpai pada seporsi pepes yang tersaji di atas meja. Keluwesannya melintasi zaman yang diikuti pula dengan ragam variasi bahan yang digunakan. Tak hanya itu, bisa dikatakan pepes merupakan manifestasi harmoni antara manusia dan alam.

Pepes atau pais biasa dijumpai dalam daftar menu rumah makan atau restoran Sunda. Dalam acara makan bersama atau ngaliwet yang diadakan oleh masyarakat, pepes tak pernah absen. Di mana ada pepes, di situ biasanya ada pula lalapan (kuluban) dan sambal. Mereka bagaikan sejoli yang tak terpisahkan. Absennya salah satu di antaranya bisa membuat jamuan makan berkurang kenikmatannya.

Ikan menjadi bahan utama yang paling banyak digunakan untuk pepes. Tak peduli di pesisir atau pegunungan, pepes ikan menjadi pilihan utama. Masyarakat yang tinggal di perdesaan biasanya memiliki kolam ikan yang dipelihara sendiri.

Kompas/Cornelius Helmy Herlambang
Saung khas Sunda berjejer di tepi kolam ikan di Rumah Bambu di Desa Cimurah, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut, Sabtu (1/3/2013). Rumah Bambu mencoba membangkitkan warisan Jawa Barat yang mulai dilupakan.

Seperti di halaman depan rumah Mahmud Tohir (62), petani Manggis di Purwakarta, Jawa Barat. Beberapa kolam ikan tampak di sana. Setiap beberapa bulan sekali, dia menebar bibit ikan mas dan ikan nila ke kolam-kolam itu. Tiga bulan kemudian, ikan yang sudah besar akan dipanen untuk konsumsi sendiri. Biasanya dengan diolah menjadi ikan bakar atau pepes.

Pepes seperti tak pernah lepas dari kehidupan masyarakat agraris. Hal ini terlihat di Karawang, Jawa Barat, yang menjadi salah satu lumbung padi nasional.

Perjumpaan dengan petani di sana, tak jauh-jauh dari pepes. Saat ke sawah, mereka membawa bekal makan siang berupa pepes ikan, tempe goreng, ikan asin goreng, dan sambal.

Harum pepes ikan langsung menguar saat bungkusan daun pisang dibuka. Aroma daun pisang yang terbakar di sana sini serta daun kemangi menyatu tanpa menghilangkan karakter aroma masing-masing. Sedap!