Pandemi Covid-19 dapat dikendalikan dengan kebijakan yang terarah dan terukur. Finlandia, Selandia Baru, Taiwan, dan Jerman merupakan negara-negara yang berhasil menangani pandemi Covid-19 dan semuanya dipimpin oleh perempuan pemimpin.
Finlandia, negara yang terletak di Benua Eropa bagian utara, tercatat memiliki tingkat infeksi Covid-19 yang paling rendah di benua Eropa. Kasus harian pada 17 Oktober 2020 mencapai 160 kasus positif, sedangkan angka kematian tercatat 1 kasus. Finlandia mencatat kasus pertama positif Covid-19 pada 29 Januari 2020 dari seorang wisatawan di wilayah Lapland. Tak mau kecolongan, Perdana Menteri Sanna Marin segera memasukkan infeksi Covid-19 sebagai penyakit menular pada 13 Februari 2020. Saat itu, jumlah kasus masih satu orang saja.
Wabah Covid-19 kemudian benar-benar merebak di seluruh dunia, termasuk Finlandia. Penambahan kasus di Finlandia mulai melonjak pada Maret 2020 hingga mencapai puncak tertingginya awal April 2020 dengan total lebih dari 2.000 kasus, kemudian kembali melandai. Finlandia mengalami penurunan kasus dratis pada awal Juni hingga akhir Agustus 2020. Rata-rata kasus harian hanya 14 orang.
Penurunan kasus positif Covid membuat Pemerintah Finlandia melonggarkan kebijakan karantinanya. Namun, pelonggaran yang mulai diterapkan pada Juni 2020 ini mulai berdampak pada munculnya gelombang infeksi kedua awal September 2020. Akan tetapi, data per 14 Oktober 2020 menunjukkan, penurunan hingga sepertiganya dibandingkan dengan hari sebelumnya. Laju kasus positif juga masih sangat rendah, sekitar 1,5 persen. Bahkan, data per 15 Oktober 2020, tidak ada penambahan kasus sama sekali di Finlandia sehingga total kasus masih pada angka 12.703 kasus dengan jumlah kematian 350 atau hanya 2,76 persen. Total kasus per satu juta populasi juga menempati urutan ketiga paling rendah di seluruh Eropa.
Dari sisi kematian, total kematian per satu juta penduduk berjumlah 63 jiwa. Apabila dibandingkan dengan Perancis, Swedia, Italia, Inggris, dan Spanyol, kondisi di Finlandia hanya seperlimanya. Artinya, prevalensi kematian Covid-19 di Finlandia relatif rendah. Dari sisi jumlah tes, Finlandia telah melakukan tes sebanyak 1,25 juta tes. Apabila dihitung jumlah tes per satu juta penduduk, peformanya dapat dikatakan baik, yaitu 225.300 tes. Kondisi tersebut sangat jauh lebih baik dibandingkan dengan negara-negara dengan jumlah penduduk jauh lebih besar, seperti Italia, Perancis, Polandia, dan Ukraina.
Regulasi dan Implementasi
Untuk menekan penularan virus SARS-CoV-2, Pemerintah Finlandia menerapkan tiga jurus penanganan, yaitu melakukan tes secara masif, pelacakan kontak erat, dan pengobatan bagi pasien positif Covid-19. Selain itu, Finlandia juga fokus menyiapkan kebijakan mitigasi wabah. Kesiapsiagaan dan perencanaan tindakan saat keadaan darurat nasional menjadi kunci keberhasilan menekan penularan Covid-19. Tidak ada badan khusus yang menangani pandemi Covid-19, semua ditangani pemerintah pusat dengan melibatkan semua kementerian untuk bertanggung jawab terhadap penanganan infeksi tersebut. Intervensi penanganan pandemi banyak dilakukan oleh Perdana Menteri Sanna Marin, mulai dari pemberlakukan aturan ketat hingga instrumen jaminan ekonomi agar tetap stabil.
Finlandia memberlakukan Undang-Undang Darurat (Emergency Power Act), sebuah regulasi yang digunakan saat perang musim dingin pada 1939. Kelebihan negara ini adalah memiliki fokus terhadap kesiapsiagaan dan bagaimana bertindak dalam kondisi darurat. Hal itu lahir dari pengalaman selama perang melawan Uni Soviet pada 1939-1940. Aturan lainnya adalah Undang-Undang Penyakit Menular. Kebijakan yang diambil bertujuan menekan penyebaran, transmisi, dan mendorong tingginya angka kesembuhan di dalam negeri. Implementasi kedua aturan tersebut adalah keputusan-keputusan yang dapat cepat diambil, seperti karantina wilayah dan instrumen ekonomi yang dipilih. Besarnya intervensi yang diberikan mampu menurunkan angka penularan hingga 13 persen pada awal pandemi.