Perkakas Tradisional dari Dapur Nusantara

Meski terkesan kuno dan ndeso, eksistensi perkakas dapur dan alat makan tradisional masih bertahan hingga kini. Bahkan, kini banyak restoran mewah pun sengaja menyajikan dan mengemas makanan secara tradisional. Apik dan memikat. Ndeso is the new luxury.

Keberadaan perkakas tradisional tersebut juga menjadi penanda perjalanan panjang peradaban manusia untuk memenuhi kebutuhan aktivitas memasak dan makan. Di sana tersimpan juga tradisi dan budaya para leluhur zaman dulu.

Kompas/Wawan H Prabowo
Anglo atau tungku dari tanah liat masih diminati oleh masyarakat di kawasan pedesaan untuk memasak dengan arang atau kayu bakar. Seperti anglo yang dijajakan oleh Dalimin (kiri) di Desa Brosot, Galur, Kulon Progo, DI Yogyakarta, Kamis (16/4/2009).

Mari kita bayangkan sejenak bagaimana nenek moyang atau masyarakat zaman dulu meracik bahan-bahan pangan menjadi sebuah kudapan. Tumbuh-tumbuhan, serangga, dan hewan bisa diramu menjadi makanan sehari-hari. Konon mereka dikenal cemerlang dalam meramu bahan pangan yang tersedia di alam. Lalu, bagaimana cara mereka memotong tumbuhan sekitar dan hewan hasil buruan? Apakah menggunakan pisau yang digunakan sama seperti sekarang?

Rupanya mereka memanfaatkan sumber daya sekitar dengan membuat beragam alat dari batu dan tanah liat. Dilihat dari bentuk fisik, tentu tidak sama persis dengan pisau modern. Namun, prinsipnya lebih kurang mirip, bisa digunakan untuk memotong.

Hal tersebut dibuktikan dengan penemuan beragam benda peninggalan sejarah di sejumlah daerah Indonesia. Misalnya, alat serpih untuk memotong bahan pangan tumbuhan/binatang, kapak genggam yang digunakan untuk berburu, batu penumbuk rempah, dan tempat penyimpanan dari kayu/bambu/tempurung kelapa.

Sejumlah daerah di Indonesia terdapat peralatan dapur tradisional yang bentuknya mirip, tetapi memiliki penyebutan yang berbeda. Ada yang terbuat dari batu, kayu, bambu, dan tanah liat. Tingginya permintaan mendorong lahirnya para perajin di desa untuk memproduksi peralatan dapur tradisional. Beberapa di antaranya masih bisa ditemui hingga sekarang dan dikerjakan turun-temurun warisan dari nenek moyang.