Pesona Jakarta Pertengahan Abad ke-19

Hari ini, Jakarta merayakan hari ulang tahun (HUT) yang ke-493. Perjalanan usia yang tidak sebentar. Pada pertengahan abad ke-19, Batavia yang menjadi cikal bakal Jakarta modern, pernah dijuluki sebagai ”Queen of The East” atau Ratu dari Timur lantaran keindahannya di masa silam. Gambaran ini ditemukan dalam berbagai catatan perjalanan masa lalu tentang Batavia yang merekam situasi kota dari masa ke masa.

Salah satunya, catatan perjalanan Charles Walter Kinloch asal Inggris dalam bukunya De Zieke Reiziger or Rambles in Java and The Straits in 1852. Pegawai Kompeni Inggris (East India Company–EIC) ini bertolak dari tempat tinggalnya di India menuju Pulau Jawa pada tahun 1852.

Charles Kinloch bersama rombongan, termasuk istri dan seorang anak perempuan Benggali, bepergian untuk berobat sambil tetirah di Pulau Jawa karena cuacanya dianggap lebih baik dari India.

Semula dia bermaksud bepergian ke Afrika Selatan, yang juga koloni Inggris, untuk memulihkan diri. Akan tetapi, perjalanan laut ke Afrika Selatan yang harus melalui Samudra Hindia dan transit di Mauritius pada bulan April diperkirakan berbahaya karena ancaman badai. Akhirnya, ia memutuskan beralih pergi ke Jawa.

Kinloch dan rombongan yang berangkat akhir April 1852 berlayar ke Penang dan Singapura sebelum berganti tumpangan menuju Batavia dengan kapal api (kapal uap) Java milik Belanda yang berdaya angkut 600 ton. Semula kapal buatan Glasgow, Skotlandia, itu berlayar antara Glasgow dan Liverpool, Inggris, sebelum diambil alih maskapai Belanda.

Kapal Java dilengkapi ruang salon dengan deretan delapan dan enam tempat tidur. Ruang salon, dalam catatan pelayaran wartawan Adinegoro dengan kapal uap dalam buku Melawat ke Barat tahun 1926, digambarkan sebagai tempat bersantai para penumpang. Mereka bisa merokok sambil mendengarkan musik dan melakukan kegiatan ringan lain selama pelayaran di ruang ini.

kitlv
Keluarga Eropa saat berada di sebuah kapal yang diperkirakan tengah singgah di sebuah pelabuhan di Jawa.

Pelayaran dari Singapura ke Jawa pada masa itu biasa ditempuh dalam tiga hingga empat hari dengan ongkos 75 dollar Straits atau 225 rupiah Jawa.