Umbi porang (Amorphophallus muelleri) kembali digadang sebagai ’emas hitam’ karena pangsa pasarnya yang terbuka lebar secara global ataupun domestik. Hal itu tak lepas dari manfaat porang yang beragam, seperti bahan obat-obatan, bahan kosmetik, serta bahan pangan sehat dan berkualitas tinggi karena kadar karbohidrat dan glukosanya yang rendah.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, budidaya tanaman porang tersebar di 15 provinsi di Indonesia. Budidaya terbesar ada di Jawa Timur (Jatim), disusul Nusa Tenggara Timur (NTT), Jawa Tengah (Jateng), Sulawesi Selatan (Sulsel), Jawa Barat, dan daerah lainnya. Adapun luas tanaman porang (eksisting) tahun 2021 mencapai 47.461 hektar (ha), meningkat dari tahun sebelumnya 19.950 ha.
Luasan tanaman porang itu di Nusantara ditargetkan menjadi 100.000 ha dengan dukungan pengembangan industri hilir dan perluasan pasar. Perluasan tanaman porang di Jatim tahun lalu ditargetkan 3.000 ha, Sulsel 2.000 ha, dan Jateng 1.500 ha. Selain itu, di NTT dan Aceh masing-masing seluas 1.000 ha serta di Nusa Tenggara Barat seluas 500 ha.
Kepala Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya Cicik Sri Sukarsih mengatakan, mayoritas produksi porang dipasarkan ke pasar ekspor. Hal itu tak lepas dari kekayaan nutrisinya, seperti karbohidrat, protein, lemak, fosfor, glucomannan, dan zat besi. Kekayaan nutrisi itu menjadikan porang bermanfaat sebagai sumber pangan sehat, menurunkan kolesterol, menurunkan kadar gula darah, mencegah kanker, dan mengatasi sembelit. Porang diolah menjadi konyaku jelly, chips, dan beras shirataki.
Cicik mengatakan, sebagai daerah sentra budidaya terbesar nasional, frekuensi ekspor porang dari Jatim selama 2021 mencapai 160 kali dengan volume menembus 6.041.343 kilogram (kg). Nilai ekspornya tercatat Rp 272 miliar. ”Porang merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Jatim. Komoditas lainnya adalah sarang burung walet,” ujar Cicik, Selasa (13/4/2022).
Prospek porang di pasar ekspor tahun ini diyakini lebih bagus dibandingkan tahun lalu. Hal itu terjadi seiring kembali dibukanya keran ekspor ke sejumlah negara menyusul membaiknya situasi pandemi Covid-19 di dunia. Berdasarkan data Karantina Surabaya, ekspor porang dalam rentang Januari-Maret 2022 mencapai 266.128 kg dengan besaran nilai menembus Rp 20 miliar. Transaksi perdagangan luar negeri itu meningkat signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 232.000 kg dengan nilai Rp 13,6 miliar.