Tradisi potong gigi di Bali yang dikenal dengan nama mesangih atau mepandes atau metatah merupakan kewajiban orangtua terhadap anak saat beranjak dewasa. Tradisi ini bermakna menghilangkan enam sifat buruk pada diri manusia. Potong gigi merupakan salah satu bagian wajib dari upacara manusa yadnya (siklus hidup manusia) yang dilaksanakan umat Hindu.
Beberapa hari sebelum mesangih, dilakukan sembahyang untuk meminta restu di beberapa pura. Selanjutnya, dilakukan upacara mecaru untuk menyelaraskan dua alam dengan membawa banten (sesaji) ayam yang merepresentasikan sifat buruk suka berkelahi pada satu hari sebelum mesangih.
Dilanjutkan prosesi ngekeb (pingit) sebelum matahari tenggelam untuk memberikan kekuatan mental pada anak yang akan melaksanakan potong gigi. Anak tidak boleh keluar dari halaman yang sudah diberi garis batas spiritual dan dapur agar tidak celaka.
Pada pagi hari, dilakukan sembahyang di pura keluarga untuk meminta restu dari leluhur. Dilanjutkan prosesi padasevanam (sungkeman) untuk menunjukkan rasa bakti sang anak pada orangtua. Selanjutnya prosesi mesangih dilaksanakan.
Peralatan yang digunakan sangging
Sebelum digendong kembali ke kamar, anak menginjak banten yang diletakkan di bawah bale pesangihan dan dicuci oleh ibunya.
Rangkaian mesangih ditutup dengan sembahyang bersama di pura keluarga.