Pukulan Berlipat Produsen Minyak

Penurunan aktivitas selama karantina wilayah, sebagai dampak pandemi Covid-19, ikut menurunkan konsumsi bahan bakar dan menjatuhkan harga jual sehingga memukul produsen minyak, seperti Pertamina.

Wabah korona yang melanda Indonesia sejak awal Maret 2020 memberikan pukulan berlipat untuk sektor energi, khususnya produsen bahan bakar minyak seperti PT Pertamina (Persero).

Triwulan II-2020 memberikan tekanan berat bagi perekonomian nasional. Pertumbuhan ekonomi Indonesia anjlok drastis hingga minus 5,32 persen. Pertumbuhan negatif ini adalah yang pertama kali sejak era Reformasi Indonesia yang berjalan sudah sekitar 20 tahun.

Apabila pada triwulan ketiga nanti pertumbuhan nasional masih bernotasi negatif, secara resmi Indonesia akan memasuki masa resesi. Suatu masa yang relatif sulit bagi perekonomian untuk tumbuh dan berkembang karena terjadi penurunan produksi barang dan jasa serta diikuti dengan penurunan daya beli masyarakat.

Dampaknya akan beraneka rupa secara perekonomian, seperti bangkrutnya sejumlah industri, banyak toko dan usaha sepi pembeli, bertambahnya pengangguran, penerimaan pajak kian mengecil, utang negara meningkat, serta terganggunya sejumlah program pembangunan yang sudah direncanakan pemerintah.

Tentu saja, pemerintah tidak akan tinggal diam menghadapi bayang-bayang ancaman resesi itu. Beberapa waktu lalu, pemerintah mengumumkan memasuki masa transisi new normal dengan berbagai adaptasi baru terkait protokol kesehatan.

Hal ini merupakan salah satu upaya nyata untuk terhindar dari resesi. Harapannya, ekonomi dapat perlahan-lahan tumbuh dan bangkit kembali. Industri, perkantoran, pusat-pusat perbelanjaan, sektor pariwisata, dan transportasi publik diatur sedemikian rupa oleh pemerintah untuk terus mematuhi protokol kesehatan sambil pelan-pelan memulihkan aktivitas bisnisnya.

Hanya saja, upaya menekan penularan penyakit sambil memulihkan perekonomian itu tampaknya tidak berjalan seperti yang diharapkan. Angka penularan penyakit yang saat ini rata-rata lebih dari empat ribu orang per hari merupakan ancaman nyata bagi kesehatan manusia.