Rajin Ngopi tapi Belum Rajin Genjot Produksi

Tren kopi kekinian memicu peningkatan konsumsi kopi dalam negeri. Kini, Indonesia tidak hanya tercatat sebagai salah satu produsen kopi dunia, tetapi juga konsumen kopi yang tidak bisa diremehkan.

Kondisi ini menciptakan peluang bagi pelaku industri dan petani kopi. Tantangannya, produktivitas lahan perkebunan kopi perlu ditingkatkan guna mencukupi kebutuhan pasar lokal dan global.

Tahun 2018-2019 merupakan puncak konsumsi kopi dalam negeri. Pada periode ini, konsumsi kopi dalam negeri mencapai 4,8 juta kantong biji kopi. Jumlah tersebut empat kali lebih banyak dibandingkan dengan konsumsi pada 1990/1991.

kompas/hendra a setyawan
Biji kopi hasil panen petani di Desa Srimulyo, Dampit, Malang, Jawa Timur, Selasa (9/1/2018). Kawasan ini merupakan penghasil utama kopi robusta di Malang.

Data International Coffee Organization (ICO) menunjukkan, sejak 1990 konsumsi kopi dalam negeri memang tumbuh. Rata-rata peningkatannya mencapai 5,16 persen per tahun.

Pertumbuhan yang melesat ini dipicu oleh tren kopi kekinian, yakni es kopi yang diolah dengan alat pembuat kopi modern dan dicampur susu segar dengan tambahan gula aren, sirup vanila, bubble, hingga biskuit. Kemunculan kedai kopi kekinian ini merajalela hampir di setiap daerah.

Salah satu indikasinya adalah peningkatan pencarian merek kopi-kopi kekinian di situs Google. Pencarian merek Kopi Kulo meningkat mulai Februari 2018, hanya dua bulan sejak kedai ini mulai beroperasi. Menyusul Kopi Kenangan dan Kopi Janji Jiwa yang mulai dicari masyarakat secara daring pada September dan Oktober 2018.

Ketertarikan masyarakat akan kopi kekinian membuka peluang bagi pelaku usaha untuk melebarkan sayap bisnisnya. Dalam kurun waktu kurang dari tiga tahun, outlet kopi kekinian dengan mudah dapat ditemukan hampir di setiap daerah.