Samar Aroma Rempah Nusantara

Sekitar lima abad lalu, Asia merupakan sumber rempah dunia. Termasuk di dalamnya wilayah Nusantara. Beberapa jenis rempah, seperti lada, kayu manis, cengkeh, dan pala, menjadi komoditas yang paling dicari. Berabad kemudian, pamor rempah Nusantara mulai meredup. Meski demikian, Indonesia masih merajai pasar rempah dunia. Mampukah masa keemasan rempah Nusantara terulang kembali?

Rempah tidak hanya digunakan dalam masakan, tetapi juga bahan baku pembuatan parfum, pengawet jenazah, pengawet daging, hingga obat. Rempah tak hanya menunjukkan potensi ekonomi, tetapi juga kekayaan kebudayaan.

Sebelum kedatangan bangsa Eropa, para pedagang Arab telah memasarkan pala, bunga pala, dan cengkeh yang diambil dari Kepulauan Maluku. Setelah dikumpulkan di Pantai Malabar, India, rempah-rempah diangkut ke Teluk Persia dan Lembah Sungai Eufrat, Mesopotamia, ke Babilonia. Catatan sejarah ini diperkuat penemuan jambangan berisi cengkeh di dapur rumah di Situs Terqa, Eufrat Tengah, Suriah, yang dulunya termasuk wilayah Mesopotamia.

Daerah asal sumber rempah-rempah di Nusantara.

Hingga memasuki abad ke-14, harga pala di Eropa masih sangat fantastis. Satu pon (0,45 kilogram) pala konon dihargai setara dengan tujuh lembu gemuk! (Joanna Hall Brierly, Spices, The History of Indonesia’s Spice Trade (1994).

Selama berabad-abad mengalir ke Eropa tanpa diketahui muasalnya, aroma cengkeh, lada, dan pala kemudian mengundang Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda datang ke Nusantara pada abad ke-16.

Mereka berduyun-duyun mencari pulau penghasil rempah untuk meraup untung berlipat-lipat. Perburuan rempah mendorong penjelajahan dunia dan kolonialisme yang berlangsung selama beberapa abad, seperti terjadi di Maluku dan beberapa daerah di Sumatera.

kompas/totok wijayanto
Benteng Belgica di Pulau Banda Naira, Kepulauan Banda, Maluku, ini menjadi saksi sejarah atas kejayaan VOC di pulau penghasil pala tersebut. Belgica-dengan latar belakang Pulau Gunung Api-dibangun VOC tahun 1602.

Meski pamor rempah kemudian meredup, Indonesia saat ini masih merajai pasar rempah dunia dengan komoditas utama berupa lada, pala, cengkeh, kayu manis, dan vanili. Setiap tahun ratusan juta dollar Amerika Serikat diperoleh dari ekspor lima jenis rempah ini, meski sebenarnya pengembangannya belum optimal.