Secuil Surga di Pulau Jawa

Pada masa kolonialisme Belanda, menanam bunga menjadi simbol perlawanan, khususnya di Magelang, Jawa Tengah. Aktivitas ini menjadi sarana untuk menyampaikan pesan, semacam ”katakan dengan bunga”. Namun, bukan ekspresi untuk sesuatu yang romantis, melainkan strategi simbolik dalam menghadapi diskriminasi.

Sejak dulu, Magelang tersohor keindahannya. Kota ini bahkan dijuluki ”Paradijs van Java” atau surganya Pulau Jawa, seperti termuat dalam artikel berbahasa Belanda berjudul ”In En Om Magelang” (1920). Di situ tertulis, Magelang berada di wilayah pegunungan dan terletak di lembah yang indah dan menyenangkan.

Ada pula yang menyebut kota ini sebagai tamannya Pulau Jawa alias ”Tuin van Java”, yakni buku De Bergstad van Midden-Java Middelpunt van de Tuin van Java yang diterbitkan pada masa kepemimpinan Nessel van Lissa (1936).

JMJ van Eijck
Dua perempuan Belanda bercakap di sebuah taman umum di Magelang, 1910. Foto koleksi universiteitleiden.nl bernomor obyek KITLV 1403048.

Tidak heran, ada cukup banyak orang Eropa yang memilih tinggal di sini. Jumlahnya lebih dari 4.000 orang, seperti diungkapkan Koordinator Komunitas Kota Toea Magelang Bagus Priyana. Ia mengutip buku berjudul Wetenswaardigheden van Magelang karya HJ Sjouke yang menyebutkan, terdapat 4.493 warga Eropa yang tinggal di Magelang pada tahun 1930.

Sebuah sumber lain, yakni buku Magelang De Bergstad van Midden Java Middelpunt van den Tuin van Java, menyebutkan, ada 4.189 warga Eropa tinggal di Magelang pada 1936. Selain orang Belanda, mereka juga berasal dari Jerman dan Belgia.

Rata-rata warga Eropa itu memiliki kebiasaan serupa, yaitu sengaja menyisihkan sebagian areal di halaman rumahnya untuk bercocok tanam. Kesukaan ini didukung oleh sejuknya udara Magelang yang mendukung tumbuhnya bunga-bunga jenis tertentu.

kompas/ferganata indra riatmoko
Bunga yang dibudidayakan di Kebun Bibit Senopati, Kota Magelang, Jawa Tengah, Jumat (8/11/2019). Taman seluas 4.000 meter persegi ini memiliki sekitar 550 jenis tanaman seperti pohon kamboja, palem kurma, serta tabebuya.

Selain mengejar keindahan, keberadaan aneka tanaman tersebut diharapkan dapat memberikan asupan oksigen sebanyak-banyaknya ke dalam rumah mereka yang dirancang berjendela lebar. Tidak hanya menanam langsung di tanah, mereka juga menanam di pot-pot besar yang kemudian ditempatkan di teras.