Sejarah Alutsista: dari Overvalwagen hingga Panser Bandung

Selain duel artileri, Perang Ukraina sejak Februari 2022 membuktikan peran penting tank dan kendaraan lapis baja di medan pertempuran. Sebelum itu, tank menjadi salah satu senjata utama bagi pihak yang terlibat peperangan, seperti saat Perang Dunia II hingga Perang Teluk. Tentara Sekutu, Nazi Jerman, Rusia, hingga Irak memiliki sejumlah tank andalan dalam peperangan tersebut.

Tak terkecuali, dalam perang di Nusantara semasa kolonial, ada peran kendaraan lapis baja ini. Sepanjang sejarah, ada beberapa jenis kendaraan lapis baja yang dibuat di Pulau Jawa sejak zaman kolonial Hindia Belanda hingga Republik Indonesia dengan produksi panser Anoa oleh PT Pindad, Bandung, Jawa Barat.

Overvalwagen adalah kendaraan tempur berbasis truk Chevrolet jenis COE (Cab Over Chassis) enam ban dengan tahun produksi 1939.

Kendaraan lapis baja pertama di Nusantara adalah Braat Overvalwagen sebagaimana ditulis dalam buku Tarakan Pearl Harbour Indonesia (1942-1945). Overvalwagen digunakan dalam pertahanan Kota Tarakan yang merupakan salah satu pusat produksi minyak utama di Asia Tenggara waktu itu. Batalyon 7 Infanteri KNIL diperkuat satu detasemen kendaraan lapis baja Overvalwagen dengan jumlah kendaraan tujuh unit dan kekuatan 80 prajurit.

Overvalwagen adalah kendaraan tempur berbasis truk Chevrolet jenis COE (Cab Over Chassis) enam ban dengan tahun produksi 1939. Kendaraan ini diberi armour atau pelindung lapis baja pada kubah muka dan sisi samping serta belakang yang digunakan untuk mengangkut pasukan penjaga kota (stadswacht) dan infanteri KNIL.

Pabrik perakitan Overvalwagen adalah fasilitas perakitan truk milik General Motors (GM) di bilangan Tanjung Priok, Kota Batavia. Selanjutnya truk tersebut dikirim ke pabrik BRAAT di Surabaya, Jawa Timur, untuk dimodifikasi dengan lapis baja serta aneka alutsista.

 

KITLV
Kendaraan lapis baja Braat Overvalwagen bersama sejumlah tentara Belanda di di Jawa, sekitar tahun 1941.

Kendaraan tempur tersebut lebih berfungsi sebagai kendaraan angkut lapis baja (Armoured Personnel Carrier/APC) demi mengantisipasi serbuan Jepang ke Asia Tenggara. Meski demikian, dalam laman tanks-encyclopedia.com disebut adanya varian anti-serangan udara hingga varian untuk Angkatan Laut Kerajaan Belanda-Koninlijk Marine (KM).

Lapisan baja yang digunakan adalah pelat baja kubah setebal 20 milimeter, pada bagian sisi 12 milimeter, celah penglihatan dibuatkan di sisi pengemudi, pada sisi komandan kendaraan terdapat celah untuk senapan mesin Browning kaliber 30 atau senapan mesin Vickers 7.7 milimeter berpendingin air. Total bobot operasional mencapai 6 ton dengan kecepatan maksimal 90 kilometer per jam.