Kelapa amat ”luwes”. Hampir semua bagian pohonnya bisa dimanfaatkan. Ada yang digunakan sebagai bahan bangunan, makanan, ataupun kerajinan tangan. Kepopulerannya tak perlu diragukan lagi. Jauh sebelumnya, kelapa memang telah digunakan masyarakat dunia untuk berbagai keperluan.
Sejumlah bagian dari pohon kelapa bahkan bersinggungan dengan keseharian kita mulai dari bangun pagi hingga tidur lagi. Pagi hari, orang menggunakan tebah lidi yang terbuat dari tulang daun kelapa untuk membersihkan tempat tidur.
Saat santap siang hari di rumah makan, jika kebetulan menunya adalah sayur atau lauk yang menggunakan santan, bahannya adalah daging buah kelapa. Belum lagi kalau minumnya air kelapa muda. Bisa jadi, lauknya juga dibakar menggunakan tempurung dan sabut kelapa, seperti ikan atau ayam bakar.
Tak hanya itu, masih cukup banyak yang menggunakan centong nasi yang terbuat dari batok kelapa. Tidak sedikit pula rumah makan yang menyajikan menunya dengan alat makan, seperti mangkuk, sendok, dan gelas, dari batok kelapa sebagai ciri khas dan daya tarik, misalnya soto bathok.
Tanpa disadari, kehadiran kelapa begitu akrab dalam keseharian, seperti juga ketika kita menikmati jajanan tradisional. Apakah kudapan tersebut dibungkus dengan daun kelapa seperti celorot atau lepet? Atau mungkin menggunakan gula kelapa, seperti klepon atau kue putu? Apakah ada campuran santan dan kelapa parut di dalamnya seperti lupis dan kue bandros?
Sebagian besar jajanan tradisional di Indonesia memakai bahan baku gula jawa, kelapa parut, santan, beras ketan, tepung beras, singkong, dan tepung ketan. Penggunaan bahan baku untuk jajanan tradisional tersebut menyesuaikan dengan sumber daya alam yang tersedia di sekitarnya.
Misalnya, di daerah Jawa Barat, lebih banyak dijumpai produk jajanan tradisional yang menggunakan bahan singkong karena tanaman itu banyak tumbuh di wilayah tersebut. Komponen kelapa, seperti santan dan kelapa parut, juga turut menandai bahwa di wilayah itu terdapat banyak pohon kelapa.