Sebelum tahun 1989, Serpong hanya semak belukar dan hamparan hutan karet yang tidak produktif lagi. Sejak 1960-an, Serpong sudah dikenal dengan lokasi galian pasir. Di sejumlah tempat tampak bekas galian pasir yang menyebabkan wajah Serpong bopeng di mana-mana, meninggalkan kerusakan lingkungan hidup. Pasir-pasir ini dikirim ke Jakarta untuk mendukung pembangunan Ibu Kota yang masif.
Nama Serpong disebut setiap kali digelar peringatan bersejarah Pertempuran Lengkong setiap Januari. Tugu Pahlawan Pertempuran Lengkong diresmikan pada 17 April 1966 oleh Pangdam V Jaya Brigjen Amirmachmud.
Serpong juga sering disebut-sebut karena di wilayah inilah Pusat Penelitian, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi (Puspiptek) dibangun. Pada 1976, Menteri Negara Riset Prof Dr Sumitro Djojohadikusumo pada era pemerintahan Soeharto memutuskan membangun Puspiptek di lahan seluas 350 hektar. Presiden Soeharto mengeluarkan surat keputusan pada Oktober 1976.
Sumitro menyebutkan, Puspiptek Serpong dibangun dalam tiga tahap, 1976-1979, 1979-1982, dan 1982-1986. Pembangunan Puspiptek di Serpong, seperti dilaporkan harian Kompas, 19 Januari 1977, dimaksudkan untuk menciptakan iklim yang sehat bagi para peneliti ilmiah di bidang besar, termasuk bidang teknologi nuklir terapan.
Sejak 1972, wilayah Kecamatan Serpong yang terbagi menjadi 15 desa di Kabupaten Tangerang (masih merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat) ditetapkan sebagai obyek penelitian ”Interdisciplinary Family Planning Research and Training Scheme” Universitas Indonesia dan Universitas Leiden, Belanda.
Tahun 1986, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jawa Barat (saat itu) Dr Ateng Syafrudin menyatakan, Serpong akan dikembangkan menjadi kawasan permukiman dan kota baru untuk menyangga beban Jakarta yang makin padat. Untuk itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat membentuk konsorsium real estat yang diketuai Menteri Negara Urusan Perumahan Rakyat.
Sebelas real estat yang bergabung dalam Bumi Serpong Damai membuat perencanaan bersama mengembangkan 6.000 hektar tanah menjadi permukiman baru, juga mengatasi masalah tak tersambungnya perencanaan antarpengembang dalam pembangunan jalan dan drainase.
Serpong sebelum 1989 merupakan hamparan hutan karet yang sangat luas. Kebun karet seluas 1.131 hektar yang sudah tidak produktif lagi milik PTP XI di wilayah ini lalu ditingkatkan nilai ekonomi tanahnya menjadi kota mandiri Bumi Serpong Damai (BSD). Selain itu, semak belukar yang tak produktif di Kecamatan Serpong dan Legok, Kabupaten Tangerang, juga akan digunakan untuk kepentingan kota baru Serpong.
Pembangunan Bumi Serpong Damai dilakukan konsorsium PT BSD terdiri atas 11 perusahaan swasta dengan investasi Rp 3,2 triliun. PT BSD didirikan pada 16 Januari 1984 oleh konsorsium yang terdiri atas beberapa perusahaan yang tergabung dalam kelompok usaha Sinar Mas, Salim, Metropolitan, dan Pembangunan Jaya.
Pada 16 Januari 1989, Menteri Dalam Negeri Rudini meresmikan dimulainya pembangunan Kota Mandiri Bumi Serpong Damai. Saat itu Direksi PT BSD Eric Samola SH mengungkapkan, Kota Mandiri Bumi Serpong Damai dibangun di atas areal 6.000 hektar dengan fasilitas lengkap dan memenuhi kebutuhan warganya. Pada tahap pertama (1989-1996), dibangun 29.565 rumah terdiri dari 15.000 rumah kecil, 11.000 rumah menengah, dan sisanya rumah besar.
Perumahan pertama yang diresmikan awalnya rumah-rumah yang dibangun di Sektor 1 atau Griya Loka di Kelurahan Rawabuntu, Serpong. Rumah-rumah itu rumah tipe BTN dengan tipe paling kecil 21/60 seharga Rp 4,9 juta. Tipe di atasnya 27/90, tipe 36/120, dan tipe 45/145.
Saat itu banyak konsumen membatalkan pembelian karena tak percaya promosi BSD sebagai Kota Mandiri setelah melihat lokasi rumah yang dianggap ”jauh ke mana-mana”. Tapi kini mereka yang sudah telanjur menjual rumah di Serpong, menyesal melihat pesatnya perkembangan wilayah ini.
Memang, warga yang akan ke bank pada awal BSD dibangun harus ke Kota Tangerang yang jaraknya 18 kilometer dari BSD. Saat ini hampir semua bank BUMN, bank swasta nasional, dan bank swasta asing memiliki kantor cabang di wilayah Serpong.
Pada akhir tahun 1980-an, hanya ada satu jalan tol, yaitu Tol Kebon Jeruk-Merak yang menghubungkan BSD melalui Jalan Raya Serpong ke kawasan barat Jakarta. Akses utama lainnya menghubungkan BSD dengan kawasan selatan Jakarta melalui Lebak Bulus, Pondok Cabe, Pamulang, Serpong. Jalan Raya Serpong masih dua jalur dan sangat sepi.
”Waktu tempuh dari BSD ke pintu tol di Kebon Nanas yang berjarak 8 kilometer hanya 5-10 menit. Di atas pukul 17.00, hanya satu-dua kendaraan melintasi Jalan Raya Serpong,” ujar Dhony Rahajoe, warga Serpong, yang juga Managing Director President Office Sinar Mas Land.
Sebelum tahun 2000-an, wilayah Serpong belum terhubung dengan wilayah sekitarnya dengan baik. Banyak warga harus berputar melalui jalan desa yang gampang rusak dan berkubang pada musim hujan. Warga BSD masih harus melintasi jalan di wilayah Bintaro Jaya karena Jalan Tol Serpong-Jakarta belum dibangun.
Kini wilayah Serpong sudah bisa diakses melalui Jalan Tol Tomang-Kebon Jeruk-Tangerang-Merak (ke luar di gerbang Tol Serpong Km 18), dan Tol JORR (Tol Lingkar Luar) dari Cikampek-Cikunir ataupun Jalan Tol Lingkar Luar yang menghubungkan Bandara Internasional Soekarno-Hatta-Ulujami menembus Tol Bintaro-BSD, yang semuanya menghubungkan BSD dengan sejumlah kawasan di Jakarta.
Kini hampir semua wilayah Serpong dan sekitarnya sudah saling terhubung. Pengembang Sinarmas Land membangun halte yang dilengkapi dengan tempat khusus pejalan kaki. Pengembang Paramount bekerja sama dengan BSD membangun jalan tembus BSD-Gading Serpong sehingga memecah kepadatan lalu lintas yang sebelumnya hanya mengandalkan jalan raya Serpong.
Saat BSD pertama dibangun, hanya ada satu jalur kereta dan stasiun-stasiun kecil. Stasiun Serpong dan Stasiun Rawabuntu hanyalah stasiun-stasiun kecil. Penumpang KA yang melintasi Serpong sebagian besar masih bisa duduk di atap meski sudah ada kereta ekspres yang tarifnya relatif lebih mahal.
Saat ini wilayah Serpong dan sekitarnya mengandalkan Stasiun Serpong, Stasiun Cisauk, dan Stasiun Rawabuntu yang sudah dibenahi menjadi lebih baik. Para pengguna KRL Commuter Line yang tinggal di wilayah Serpong dan sekitarnya naik dan turun di stasiun-stasiun ini.
Jalur kereta saat ini sudah jalur ganda dengan kondisi stasiun (Rawabuntu dan Serpong) yang sudah lebih baik. Jalan-jalan penghubung antara BSD dan Jakarta hidup 24 jam. Lalu lintas KRL Commuter Line meningkat pesat. Saat ini akses di BSD sudah saling terkoneksi dilengkapi pedestrian dan halte-halte transportasi publik. Sinar Mas Land membangun stasiun intermoda di Cisauk.
Pada 1988-1990, jika warga mencari makanan, biasanya ke restoran padang atau warteg di pinggir Jalan Raya Serpong juga di pelosok kampung.
Saat ini, Serpong jadi ”surga” makanan, mulai dari makanan kaki lima sampai ”bintang lima”.
Serpong juga sudah menjadi pusat gaya hidup yang memikat. Komunitas line dance bertebaran di wilayah ini demi gaya hidup sehat. Anggota komunitas ini memenuhi pusat-pusat perbelanjaan dan gaya hidup yang menyediakan band dan tempat untuk ber-line dance.
Setelah krisis moneter 1998, Sinar Mas membeli saham-saham lainnya dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan menjadi pemilik mayoritas. Setelah itu, PT BSD menjadi perusahaan Tbk dan hingga saat ini sebagian sahamnya dimiliki masyarakat.
Sejak itu, Serpong betul-betul menjadi magnet baru. Serpong bukan hanya kawasan BSD, melainkan juga Alam Sutera dan Gading Serpong (dibangun pengembang Summarecon dan Paramount). Empat pengembang membangun fasilitas pendukung sekolah, universitas, perkantoran, pusat perbelanjaan dan hiburan, serta pasar modern.
Kantor cabang BRI, BNI, BCA, dan Mandiri dibangun di BSD. Perusahaan multinasional Unilever memindahkan kantor pusatnya ke BSD sejak akhir 2016.
Serpong dilengkapi pusat perbelanjaan Summarecon Mall Serpong, Teras Kota, Living World, Mal Alam Sutera, The Breeze, Mal AEON, Q-Big BSD, gedung konvensi dan pameran terbesar di Asia Tenggara, Indonesia Convention Exhibition, serta puluhan hotel dan apartemen.
Indonesia Convention Exhibition (ICE) sudah menggelar pameran mobil Gaikindo, pertunjukan musik penyanyi Michael Buble dan Katty Perry serta bintang-bintang K-Pop dari Korea, Pekan Raya Indonesia (semacam Jakarta Fair), dan aneka pameran dan eksibisi lainnya.
Generasi milenial yang melek digital membuat pengembang melakukan transformasi menjadikan BSD sebagai smart digital city. Pendidikan informal yang mendukung pertumbuhan digital adalah GeeksFarm dan Purwadhika Startup & Coding School.
Apple Inc memutuskan membangun pusat riset dan inovasi di Green Office Park BSD. ”Kami bercita-cita menjadikan BSD semacam Silicon Valley,” kata CEO Sinar Mas Land Michael Widjaja, beberapa waktu lalu. Sinar Mas Land mengucurkan dana Rp 7 triliun untuk membangun digital hub ini untuk menampung mereka yang bergerak dalam dunia digital.
Mulai interaksi
Hentikan interaksi
Digital Hub BSD, kawasan cerdas terintegrasi pertama di Indonesia mulai dibangun pada Kamis 18 Mei 2017, ditandai dengan acara groundbreaking oleh CEO Sinarmas Land Michael Widjaja; Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf; dan pejabat lainnya.
Digital Hub BSD dirancang menjadi ”Silicon Valley” Indonesia, menjadi ”rumah” yang nyaman bagi berbagai perusahaan teknologi dan digital, mulai dari usaha rintisan (startup), perusahaan yang bergerak di bidang teknologi dan digital, sampai lembaga pendidikan di bidang teknologi informasi.
Michael Widjaja juga membangun pusat kendali (command center) yang memantau pergerakan lalu lintas dan keamanan wilayah BSD di sebuah gedungnya di kawasan Green Office Park BSD. ”Command center ini merupakan bagian dari rencana digital hub, kawasan komunitas digital seluas 26 hektar di BSD,” kata cucu taipan Eka Tjipta Widjaja itu.
Terkait inisiatif digital, Sinarmas Land (SML) bekerja sama dengan Qlue, yang berpengalaman membangun sistem layanan publik digital di seluruh wilayah DKI Jakarta. Lewat aplikasi Qlue, warga Jakarta dapat melaporkan berbagai peristiwa di Ibu Kota, mulai dari kemacetan lalu lintas, banjir, kebakaran, pohon tumbang, sampai aksi kriminal, dan lainnya.
Laporan dan komplain warga langsung direspons pemerintah untuk ditindaklanjuti. Qlue merupakan bagian dari program Jakarta Smart City yang diresmikan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pada 15 Desember 2015.
SML lalu menggandeng Qlue dan meluncurkan aplikasi One Smile bagi pengguna ponsel dengan sistem operasi Android dan iOS. Melalui aplikasi ini, semua penghuni BSD dan pekerja yang berkantor di kawasan ini mendapatkan informasi tentang transportasi, mulai dari jadwal feeder bus BSD-Jakarta (dengan rute ke Ratu Plaza, Mangga Dua, dan Pasar Baru); BSD City Shuttle (dengan rute ke halte bus Trans-BSD, Icon Centro, kluster De Park, The Breeze, AEON, ICE); rute bus transjakarta BSD City yang mangkal di samping Giant/Lembur Kuring ke Grogol lewat Tol Tangerang-Tomang; sampai jadwal KRL Commuter Line.
Lewat aplikasi One Smile, warga juga dapat membayar iuran pengelolaan lingkungan, tagihan air dan listrik, pembelian voucer kartu prabayar dan pascabayar, pembayaran BPJS Ketenagakerjaan/Kesehatan, serta multifinance. Warga juga dapat memesan makanan lewat Grab-Food dan Go-Food. Pengguna aplikasi ini juga dapat memesan tiket secara daring (online), mulai tiket masuk wahana Ocean Park dan BSD Xtreme Park, sampai tiket acara-acara yang digelar di ICE.
Yang terpenting, warga dapat melaporkan dan menyampaikan komplain ke pengembang SML lewat aplikasi One Smile lewat chat (percakapan online), surat elektronik (e-mail), dan telepon. Pada hari kerja, respons hanya 1-2 menit. Pada akhir pekan, respons ditindaklanjuti pada awal pekan.
Sebenarnya yang paling tepat tampil di depan membangun infrastruktur digital ini adalah pemerintah daerah karena ini menyangkut layanan publik. Inisiatif pengembang swasta SML membangun command center, aplikasi One Smile, dan kawasan komunitas digital (digital hub) perlu diapresiasi.
SML tidak hanya membangun rumah, rumah toko, dan fasilitas pelengkap seperti yang dilakukan pengembang properti umumnya, tetapi juga membuat kawasan ini memiliki ”roh dan jiwa”, bukan sekadar deretan bangunan.
Serpong makin menjadi daya tarik karena selain banyak sekolah berkualitas dibuka di sini, juga makin banyak perguruan tinggi menjaring mahasiswa baru. Pengelola lembaga pendidikan menengah dan tinggi tampaknya ”menjemput bola”, mendekatkan diri sekolah dan kampus mereka ke permukiman.
Sekolah-sekolah pendidikan menengah itu di antaranya Santa Ursula, Al Azhar, Stella Maris, Cikal Harapan, Ora Et Labora (BSD City), St Laurensia (Alam Sutera), serta Tarakanita, BPK Penabur, dan Pahoa (Gading Serpong).
Adapun perguruan tinggi yang membangun kampus utamanya di wilayah Serpong dan sekitarnya adalah Universitas Multimedia Nusantara (Gading Serpong), Universitas Prasetiya Mulya dan Universitas Katolik Atmajaya (BSD City), serta Universitas Binus dan Swiss German University (Alam Sutera). UMN bahkan sudah membangun menara ketiga mengantisipasi minat lulusan SMA kuliah di kampus milik Kompas Gramedia itu.
Mengapa Universitas Multi Media Nusantara dibangun? Irwan Oetama, Komisaris Kompas Gramedia dan Komisaris Utama PT Medialand, menjelaskan, Jakob Oetama, pendiri Kompas Gramedia dan juga pendiri UMN, selalu peduli dengan UMN dan selalu menanyakan kabar terbaru UMN.
”Pak Jakob selalu mengatakan bahwa beliau dulu seorang guru. Demikian juga Pak PK Ojong dan Pak IJ Kasimo. Seorang romo kemudian memberikan nasihat kepada Pak Jakob bahwa guru sudah banyak, tetapi yang menjadi wartawan masih sedikit. Karena itu, Pak Jakob memilih menjadi wartawan. Setelah mengelola perusahaan Kompas Gramedia, Pak Jakob selalu menempatkan diri sebagai wartawan, bukan pengusaha,” kata Irwan Oetama, salah satu putra Jakob Oetama.
”Di usia senjanya, Pak Jakob berpikir sudah waktunya beliau juga memiliki universitas. Teman-temannya, yaitu almarhum Pak Frans Seda, mendirikan Universitas Katolik Atma Jaya; almarhum Pak PK Ojong mendirikan Universitas Tarumanagara. Almarhum Pak IJ Kasimo mendirikan LPPM (Lembaga Pendidikan Pengembangan Manajemen). Pak Jakob ingin mendirikan universitas. Beliau ingin ada sesuatu yang ditinggalkan untuk bangsa dan negara ini,” ungkap Irwan lagi.
”Pak Jakob mengingatkan kami bahwa surat kabar, majalah, hotel, dan toko buku ada masanya. Pemiliknya bisa berganti, tetapi kepemilikan universitas tetap,” kata Irwan.
Jakob Oetama kemudian memanggil Teddy Surianto, Ketua Yayasan Medialand, menyampaikan keinginannya mendirikan universitas yang berbeda dan tidak umum. Jakob juga memanggil putranya, Irwan, agar mewujudkan impiannya memiliki universitas. Keduanya kemudian sepakat melakukan studi banding.
Irwan menilai ayahnya mampu melihat jauh ke depan meski pada awalnya banyak yang bimbang dengan UMN. ”Tetapi, lihatlah perkembangan UMN sekarang, luar biasa. Kalau Pak Jakob datang ke UMN, pasti beliau menangis bahagia,” katanya.
”UMN adalah universitas yang universal, tidak menonjolkan agama dan etnis tertentu. Salah satu kelebihan UMN adalah kampus ini bersih dan ini salah satu warisan pendiri Kompas Gramedia,” ujar Irwan. Dia meminta pengelola UMN agar menjaga cita-cita pendiri Kompas Gramedia, menjaga agar semua tetap kompak dan tidak terpecah.
Irwan juga berharap agar UMN memperhatikan 21.000 keluarga karyawan Kompas Gramedia. ”Anak-anak karyawan yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi dan tidak punya biaya harus dibantu,” kata Irwan. ”Pak Jakob sering mengingatkan saya, ’Tony, kalau kamu punya rezeki lebih, kelebihan itu milik orang lain, bukan untuk dibagikan kepada anak-cucu. Ingat, ya, Tony’. Karena itu, saya akan menjaga pesan Pak Jakob,” kata Irwan yang akrab dipanggil Tony itu.
Teddy Surianto juga mengatakan, misi UMN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ini sesuai visi Kompas Gramedia, enlightening people, mencerdaskan masyarakat.
Teddy juga bangga karena UMN kini masuk dalam jajaran perguruan tinggi yang dicari calon mahasiswa. ”Waktu open house, ada 11.000 pelajar SMA ke UMN. Dari jumlah itu, sebagian besar mendaftar ke UMN. Akan tetapi, yang diterima hanya kurang dari 2.000 orang,” kata Teddy, yang juga bangga karena UMN merupakan pionir yang memperkenalkan kampus hemat energi.
Rektor UMN Dr Ninok Leksono mengatakan, UMN membuka program studi baru, yaitu teknik elektro, teknik fisika, dan teknik arsitektur. ”Prodi yang masih ditunggu adalah jurnalistik,” kata Ninok. ”Kelak yang akan dibuka adalah hospitality karena berkaitan dengan perhotelan dan konvensi,” katanya. Ke depan, kata Ninok, pada saatnya nanti, UMN akan membuka program S-2 dan S-3.
Ninok mengatakan, banyak lembaga negara, seperti TNI serta Kementerian Komunikasi dan Informatika, menunggu kontribusi UMN. Sebelumnya, Ninok menceritakan, dia dan staf UMN bertemu dengan Rektor ITB. ”Rektor ITB mengatakan bahwa Indonesia saat ini krisis insinyur. Apalagi Presiden Jokowi gencar membangun infrastruktur. Ini berarti yang tumbuh adalah teknik sipil, teknik konstruksi,” katanya. Namun, teknik sipil membutuhkan laboratorium besar.
”Saat ini UMN memprioritaskan teknik elektro karena dekat dengan bidang multimedia, dan mendukung pemahaman tentang gadget, drone, dan robot. Lapangan kerja untuk ahli-ahli itu terbuka luas,” kata Ninok Leksono.
Rektor UMN ini mengingatkan, kampus UMN bukan sekadar gedung baru dan jumlah mahasiswa yang banyak. ”UMN akan paripurna apabila mendapat pujian dari reputasinya karena kontribusinya pada ilmu pengetahuan dan kemanusiaan melalui riset terlihat nyata. Forensiknya ada di jurnal-jurnal ilmiah,” kata Ninok Leksono.
Salah satu andalan UMN adalah Skystar Ventures, yaitu program inkubasi yang pertama dibangun di kampus perguruan tinggi di Indonesia. Kampus lain juga memiliki program inkubasi, tetapi umumnya tidak ada tindak lanjutnya. Kampus-kampus lain juga baru memulai, tetapi acap kali mismanajemen.
Semua mahasiswa UMN dari lintas program studi (prodi) diwajibkan mengambil kelas entrepreneurship. Mereka diharuskan membangun ide bisnis dan mewujudkannya. Dari dua batch selama dua tahun, sudah terbentuk 15 tim startup, masing-masing beranggotakan 3-5 mahasiswa. Saat ini yang masih berjalan tim-tim lainnya. Apabila mereka kesulitan mengatur waktu, Skystar Ventures memberikan kesempatan kepada mereka untuk lulus terlebih dahulu. Yang penting, mereka sudah paham usaha rintisan.
Program inkubasi Skystar Ventures berupa pelatihan (training), mentorship, penyediaan fasilitas tempat kerja, dan akses ke jaringan profesional. Intinya, Skystar Ventures membantu para pendiri mengembangkan ide dan kapabilitas di bidang teknologi informasi.
Banyak anak muda yang memulai usaha rintisan tidak mendapatkan pelatihan dan pengetahuan tentang bisnis. Setelah lulus dari UMN, apa yang akan mereka kerjakan?
”Di Indonesia, keterampilan dalam bidang teknologi komunikasi informasi masih relatif rendah, sementara tenaga yang ahli di bidang ini banyak dibutuhkan,” kata Geraldine Oetama, Executive Director Skystar Ventures. Usaha rintisan di Indonesia saat ini jumlahnya masih relatif kecil, padahal pasar Indonesia sangat besar. Inilah saatnya mengedukasi.
Mulai interaksi
Hentikan interaksi
Geraldine berpendapat, market di dunia teknologi komunikasi dan informasi sangat besar, tetapi belum banyak yang memulainya dari kurikulum di bidang edukasi, program inkubasi, mentoring, dan foundation. ”Melalui SkyStar Ventures di Universitas Multimedia Nusantara, kami membangun ekosistem startup,” katanya.
”Kami lebih fokus pada internet dan mobile base. Tahap dini, re-engine dari ide ke prototipe. Tujuannya untuk meningkatkan skill dan kapabilitas. Kenapa? Banyak kualitas pendidikan perguruan tinggi di bidang teknologi informasi masih teori,” kata Geraldine.
Para peserta program inkubasi di Skystar Ventures dibantu para profesional yang sudah sukses dalam bidangnya. Mereka mulai mengerjakan bisnis kecil-kecilan. Adapun Skystar Capital membantu dalam pendanaan awal dan keahlian bisnis. Delapan puluh persen mentor adalah pendiri usaha rintisan yang berhasil dan pernah gagal. Dengan demikian, peserta program inkubasi mendapatkan pengalaman nyata.
Program ini dimulai dengan business competition pada akhir 2013. Peserta kompetisi ini di antaranya DreamBox dan IniGame, yang sampai sekarang bisnisnya berjalan dengan lancar.
Yovita Surianto, Program Manager Skystar Ventures UMN, menjelaskan, program inkubasi itu berdurasi enam bulan. ”Kami fokus membantu mahasiswa UMN dan juga dari luar UMN, mulai dari proses pengembangan ide, validasi, sampai mengembangkan produk-produk yang diinginkan customer. Program mentoring dan coaching ini dilakukan satu atau dua minggu sekali selama dua-tiga jam dengan mempertemukan startup dengan entrepreneur. Kami membantu mahasiswa agar mereka punya kapasitas,” ujarnya.
Topik lokakarya yang dilakukan Skystar Ventures secara intensif setiap minggu beragam, mulai dari marketing, business development, sampai cara membangun tim. Semua topik ini relevan dengan bisnis usaha rintisan yang dibangun.
Lokakarya dilakukan mentor-mentor Skystar yang berjumlah 60 orang. Sebagian besar adalah pendiri usaha rintisan yang pernah gagal dan kini berhasil serta praktisi yang terlibat program inkubasi Skystar Ventures.
Kurikulum yang diterapkan dalam program ini dibangun menggunakan metodologi lean startup. Peserta belajar bagaimana memvalidasi ide, mewawancarai customer, dan bagaimana mendapatkan customer. Di sinilah, pengelola Skystar melihat bagaimana usaha rintisan bisa berkembang. Mereka belajar mencari solusi dari berbagai masalah yang ada, dari hal logistik, komunikasi, media, sampai pada inefisiensi anggaran.
Dengan mentorship, fasilitas kerja, dan network yang diberikan, Skystar Ventures berharap lebih banyak pendiri muda mengembangkan usaha rintisannya lebih baik dan lebih profesional. ”Itu berarti kami menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan sumber daya manusia. Di emerging country seperti Indonesia, lulusan perguruan tinggi banyak memilih menjadi PNS. Melalui program ini, kami mempromosikan mahasiswa untuk menjadi wirausaha, entrepreneur.Kami ingin memajukan startup Indonesia melalui edukasi,” kata Geraldine Oetama.
Melihat UMN sukses mendekatkan diri dengan kawasan permukiman, sejumlah perguruan tinggi lain mengikuti jejak UMN. Universitas Prasetiya Mulya dan Universitas Katolik Atma Jaya memindahkan kampus S-1 mereka ke wilayah BSD City.
Apakah bakal ada kampus lain yang akan memindahkan kampus mereka di wilayah Serpong dan sekitarnya? Dhony Rahajoe, Managing Director President Office Sinarmas Land, belum lama ini mengatakan, akan ada dua perguruan tinggi swasta terkenal lain, termasuk yang berafiliasi dengan perguruan tinggi terkenal di luar negeri, yang sudah berencana membangun kampus mereka di BSD. ”Tunggu waktunya,” kata Dhony.
Wajah Serpong kini memang berubah. Lahan-lahan tak produktif sudah menjadi ”kawasan emas” bernilai tinggi. Semak belukar, galian pasir, dan hutan karet Serpong sudah berubah menjadi kota baru yang mandiri, menjadi pusat pendidikan yang merupakan magnet baru di era digital, serta menjadi pusat gaya hidup yang gemerlap dan memikat.
Penulis: Robert Adhi Kusumaputra | Fotografer: Dudy Sudibyo, Elga Yuda Pranata, JB Suratno, Juilan Sihombing, Kartono Ryadi, Mohammad Nasir, Robert Adhi Kusumaputra, Totok Wijayanto, Yosep Wihelmus Nabu | Foto Adjuster: Elga Yuda Pranata | Penyelaras Bahasa: Rosdiana Sitompul | Desainer dan Pengembang: Deny Ramanda, Elga Yuda Pranata, Gregorius Andito, Rafni Amanda, Yosef Yudha Wijaya, Yosep Wihelmus Nabu
Nikmati tulisan lainnya dalam rubrik Tutur Visual di bawah ini.