Setengah Abad Melestarikan Kesenian Wayang Orang

Wayang orang adalah salah satu jenis tontonan yang penuh tuntunan dan filosofi. Kesenian ini merupakan warisan nenek moyang yang harus dilestarikan. Salah satu kelompok yang masih eksis dalam upaya melestarikan wayang orang adalah Paguyuban Wayang Orang (WO) Bharata yang sudah berusia 50 tahun. Semboyan yang selalu diucapkan dalam setiap pentas WO Bharata yaitu ”Langgengmu adalah harapanku, lestarimu adalah tanggung jawabku” (langgengnya kesenian wayang adalah harapan kita, melestarikan budaya merupakan tanggung jawab kita).

Riwayat Wayang Orang Bharata

1960 | Terdapat beberapa paguyuban kesenian wayang orang, antara lain Wayang Pancamurti dan Wayang Adiluhung.

1960-1970 | Paguyuban Wayang Pancamurti pecah menjadi Pancamurti I dan Pancamurti II.

5 Juli 1972 | Beberapa pemain dari Pancamurti I dan II serta berbagai seniman di daerah Jawa membentuk komunitas Paguyuban Wayang Orang Bharata.

Hingga 1989 | Pentas digelar setiap hari diselingi pentas ketoprak pada setiap malam Rabu dan Sabtu.

2000-2005 | Tidak ada kegiatan karena gedung direnovasi.

2006 | Pentas wayang seminggu sekali dan mendapat bantuan dari Pemprov DKI Jakarta.

Gedung Bharata Purwa

Bangunan peninggalan Belanda ini merupakan gedung tonil/wayang pada era 1960-an yang awalnya merupakan gedung bioskop dan pernah menjadi gudang penggilingan padi. Pada 2000-2004, gedung direnovasi untuk pertama kali. Kapasitas kursi berkurang dari 280 menjadi 250. Pemprov DKI Jakarta mulai mengelola gedung pada 2006. Rencananya pada Agustus 2022 gedung akan kembali direnovasi.

Eksterior dan Interior Gedung

Anggota Paguyuban Wayang Orang Bharata

 

 

 

Bila ada acara khusus melibatkan anak-anak generasi ke-8 dan ke-9 sehingga anggota bisa mencapai 200 orang.

Tidak ada persyaratan/seleksi untuk menjadi anggota reguler. Keterampilan yang menjadi nilai tambah untuk pemain, yaitu:

• Menari Jawa
• Memahami antawacana/dialog (intonasi tokoh wayang),
• Mendalami tembang (bernyanyi)
• Memiliki rasa (memahami karakter)

Untuk menarik minat penonton, WO Bharata membuat terobosan dengan meracik cerita sehingga durasinya tidak panjang tetapi mencakup isi cerita yang utuh sesuai pakem wayang. Alur dan dinamika cerita diatur sedemikian rupa agar penonton tidak bosan.

 

 

Tahapan sebelum pentas:

• Pembagian peran
• Bedah naskah
• Penempatan casting agar pemain sesuai dengan karakter yang dibawakan.

Pemeran karakter wayang dipilih sutradara dengan prinsip mematut wujud (menyesuaikan karakter yang akan dimainkan). Pemilihan dilihat dari segi pembawaan keseharian, kemampuan, serta sosok dan postur tubuh.

 

Kostum dan Aksesori

• Seorang pemain wayang wajib memiliki alat makeup dan aksesori (rician).

• Setiap karakter/tokoh wayang memilki kostum dan aksesori yang berbeda-beda. Misalnya irah-irahan/mahkota raja berbeda dengan kesatria, ada yang memakai probo (aksesori menyerupai sayap) ada yang tidak.

• Perbedaan karakter perempuan lebih banyak dibedakan dari aksesorinya (corak kain, corak sampur, corak mahkota).

 

Aksesori Lain:
Simbar (bulu dada Bima), kumis, brewok, rompi rambut buto, kotang (rompi Gatotkaca), taring, cakil, probo, dan lain-lain.

Beberapa irah-irahan yang dapat membedakan karakter tokoh wayang antara lain:

Tata Rias

Setiap pemain wayang harus bisa merias wajah sendiri. Awalnya pemain dirias oleh penata rias sambil diberi arahan. Pada penampilan berikutnya, separuh wajah dirias penata rias dan pemain meneruskan riasan separuh wajahnya mengikuti arahan dari penata rias.

Make up tradisi zaman dulu dibuat dari bubuk bahan dasar cat (singwit) dimasak dengan air kapur, disaring, diendapkan, dan dipadatkan. Sebelum dipakai dicampur air terlebih dulu. Dapat juga ditambah daun pandan agar wangi. Warna hitam dibuat dari jelaga atau arang yang dihaluskan, disaring, dan dicampur dengan krim rambut atau minyak kelapa.

Jenis riasan untuk karakter wayang pria

• Telengan (satria yang berwatak keras): Gatotkaca, Setiaki, Bima, Baladewa
• Alusan (satria yang berwatak halus/ lembut): Arjuna, Abimanyu, Yudistira, Kuntodewo, Nakula-Sadewa, dan lain-lain
• Buto/raksasa: Cakil, buto, Rahwana

Jenis riasan untuk karakter wayang wanita

• Alusan/lembut
• Lanyapan (gagah): Srikandi
• Kasran
• Raksesi

Riasan Karakter Punakawan

Punakawan adalah pelayan atau pengawal raja atau bangsawan pada zaman dahulu. Punakawan selalu muncul dalam berbagai cerita pewayangan baik pakem Mahabarata maupun Ramayana. Setiap kali tampil, Punakawan selalu membawakan pesan-pesan moral yang dibalut dalam humor. Tingkah laku dan ucapan mereka hampir selalu mengundang tawa penonton.

Merias Wajah Karakter Petruk

 

Gamelan dan Pemain Gamelan (Pengrawit)

Gamelan dan pengrawit tidak dapat dipisahkan dalam pertunjukan wayang. Alunan gamelan selalu menjadi pembuka pentas, pengiring gerakan tari, dan tembang dari pemain wayang, serta untuk mengisi suara saat adegan pertempuran sehingga pertunjukan menjadi lebih menarik. Beberapa alat musik gamelan antara lain:

 

Sumber: Yudhi Bharata, Pengurus Paguyuban Wayang Orang Bharata; Pemberitaan Kompas dan media lain