Skandal ”Plusvalenza”, Petaka Juventus di Bursa Transfer

Awan gelap menggelayuti markas Juventus, Stadion Allianz, sejak pertengahan Januari lalu. Itu bukan hanya didasari musim dingin yang mulai mencapai titik puncak di Turin—yang berada di kaki Pegunungan Alpen—melainkan disebabkan juga hukuman pengurangan 15 poin ”Si Nyonya Besar” di papan klasemen.

Hukuman itu merupakan hasil dari penyidikan kasus plusvalenza terkait laporan keuangan transfer fiktif Juve yang dilakukan Kejaksaan Turin bersama Federasi Sepak Bola Italia (FIGC). Tak hanya pengurangan poin, 10 mantan pemimpin direksi Juve, antara lain Andrea Agnelli dan Pavel Nedved, juga mendapat hukuman larangan aktivitas di sepak bola.

Pengurangan poin itu membuat Juve harus melepas ambisi untuk bersaing memperebutkan scudetto musim ini. Si Nyonya Besar pun bakal kesulitan untuk menembus empat besar atau zona Liga Champions yang merupakan target klub.

Di tengah upaya banding yang dilakukan manajemen atas hukuman pengurangan 15 poin, menurut Corriere dello Sport, FIGC juga tengah melanjutkan penyelidikan untuk mengungkap adanya dugaan kebohongan dalam memberikan laporan gaji pemain di masa pandemi Covid-19 pada 2020 silam.

AFP/GABRIEL BOUYS
Mantan presiden Juventus, Andrea Agnelli, saat berbicara dalam acara World Football Summit (WFS18) 24 September 2018 di  Madrid. Agnelli termasuk salah satu mantan petinggi Juve yang terkena hukuman akibat skandal plusvalenza.

Jika kembali terbukti bersalah, jaksa FIGC menuntut Juve tambahan pengurangan 20 poin. Itu akan menjadikan Juve sebagai salah satu tim yang berjuang keluar dari ancaman degradasi di sisa musim ini.

Berbeda dengan kasus calciopoli di tahun 2006 ketika mayoritas publik Italia menyalahkan Juve atas aksi tidak terpuji untuk meraih kemenangan di liga, publik Italia, terutama mayoritas pendukung Juve, mengecam hukuman dalam kasus plusvalenza.

Aksi massal dilakukan untuk memprotes hukuman itu. Misalnya, media Italia, Il Giornale, melaporkan ada sekitar 500.000 pelanggan membatalkan langganan paket menonton Serie A di saluran DAZN dan Sky. Lalu, pendukung Juve juga menerbitkan iklan di tiga surat kabar Italia, Il Giornale, Libero, dan La Verita, dengan pesan bertulis ”Giu le mani dalla Juventus” atau ”Lepaskan Juventus”.

Berbeda dengan kasus calciopoli di tahun 2006 ketika mayoritas publik Italia menyalahkan Juve atas aksi tidak terpuji untuk meraih kemenangan di liga, publik Italia, terutama mayoritas pendukung Juve, mengecam hukuman dalam kasus plusvalenza.

Di luar kasus plusvalenza, Juve memang kesulitan menyeimbangkan neraca keuangan. Dalam laporan keuangan lima tahun terakhir sejak musim 2017-2018 hingga 2021-2022, Juve selalu mencatatkan jumlah kerugian yang meningkat setiap musimnya.