Star Wars: Kisah Pertarungan Ambisi Para Skywalker
Star Wars lahir sebagai kritik terhadap kondisi sosial politik saat itu, Perang Vietnam. Di Star Wars, pemberontak yang notabene musuh negara didapuk menjadi protagonis. Semua kisah akan pungkas dalam Star Wars: The Rise of Skywalker.
Star Wars merupakan film fiksi ilmiah yang ditulis oleh George Lucas. Secara garis besar, Star Wars berkisah tentang kehidupan manusia dan spesies-spesies lain di galaksi nan luas. Mereka terbagi dalam dua kubu utama, yakni penjaga perdamaian dan penguasa diktator. Rentang perjalanan kisah ini akan berakhir di film yang rilis mulai 18 Desember 2019, Star Wars: The Rise of Skywalker.
Nyaris semua konflik berakar dari obsesi untuk menguasai galaksi. Segala cara akan ditempuh agar kekuasaan absolut ada di tangan. Di sisi lain, para penjaga perdamaian berdiri paling depan menentang obsesi itu.
Kesatria penjaga perdamaian disebut Jedi. Mereka menggunakan Force—energi dari alam semesta—untuk kebajikan dan menjaga keseimbangan alam. Mereka berlatih dan menjaga laku sepanjang hayat agar teguh di jalan kebenaran. Jika tidak, mereka akan jatuh ke sisi gelap Force (Dark Force).
Kejatuhan seorang Jedi ke Dark Force terjadi pada Anakin Skywalker. Ia terjebak dalam rasa takut dan amarah atas tragedi hidupnya. Padahal, emosi tersebut menjadi pintu masuk ke jalan Dark Force.
Sekali terjatuh, sulit bagi seseorang untuk kembali dari jalan kegelapan. Dirinya akan dilingkupi obsesi dan agresi. Sisi manusiawinya mati. Ia pun mengubah namanya menjadi Darth Vader. Mereka yang bergabung dengan Dark Force disebut Sith.
”Fear is the path to the dark side. Fear leads to anger. Anger leads to hate. Hate leads to suffering,” kata Yoda, master Jedi yang muncul dalam Star Wars I: The Phantom Menace (1999).
Kisah Star Wars terbagi dalam beberapa trilogi yang kisahnya masih berlanjut hingga sekarang. Trilogi pertama disebut original trilogy (1977-1983), kedua adalah prequel trilogy (1999-2005), dan ketiga sequel trilogy (2015-2019).
