Strategi Nike Membiarkan Neymar Pergi

Di pertengahan 2020, Nike memutuskan kontrak kemitraannya dengan pesepak bola megabintang, Neymar. Seiring keputusan itu, strategi visioner telah dilancarkan Nike.

Setelah menjalani kemitraan bersama Neymar hampir selama 15 tahun, pada 31 Agustus 2020 Nike memutuskan untuk tidak melanjutkan kontrak kemitraannya. Pemain bernama lengkap Neymar da Silva Santos Junior itu kini telah menjalin kerja sama kemitraan dengan Puma, dua minggu setelah putus kontrak dengan Nike. Dari Puma, Neymar akan mengantongi lebih dari 30 juta dollar ASĀ  atau sekitarĀ  Rp 432 miliar per tahun.

Neymar pertama kali mengikat kontrak dengan Nike ketika masih berseragam klub Santos, Brasil, pada 2011. Dirinya mendapat nilai kontrak sebesar 105 juta dollar AS atau setara Rp 1,5 ribu triliun untuk jangka 11 tahun dan habis pada 2022. Artinya, dirinya mendapat Rp 125 miliar per tahun dari Nike.

Bukan hanya Neymar, pesepak bola bintang, seperti Raheem Sterling, Sergio Ramos, serta Robert Lewandowski, juga dilepas oleh Nike. Apakah perusahaan industri olahraga terbesar ini tidak mampu membayar kontrak para pemain bintang ini? Atau sebenarnya ini adalah strategi visioner Nike di tengah pandemi?

Melihat kontrak Neymar di Puma yang fantastis itu, sesungguhnya dikatakan lumrah dalam dunia bisnis retail barang-barang olahraga dan sejenisnya. Dengan menjalin kemitraan dengan atlet olahraga terkenal, citra merek menjadi naik. Penjualan barang diharapkan meningkat dengan memanfaatkan ceruk penggemar si atlet, konsumen penonton siaran sepak bola, serta ketertarikan peminat olahraga tersebut.

Lima laga sepak bola terbesar di dunia ialah Liga Inggris (English Premier League), Liga Jerman (Bundes Liga), Liga Italia (Serie A Italia), Liga Spanyol (La Liga), dan Liga Perancis (League 1). Kelimanya memperoleh banyak atensi para penggemar sepak bola melalui tayangan siaran pertandingan di televisi atau tayangan berbayar lainnya. Inilah pasar pemasaran yang selalu diincar perusahaan industri sepak bola, seperti Nike, Adidas, Puma, dan New Balance.

Di kelima liga sepak bola di dunia itulah, Nike mendominasi sebagai merek sepatu bola yang paling banyak digunakan para pemain sepak bola. Berdasarkan laporan Football Boots DB, situs statistik sepatu bola di Eropa, pada 2021 sepatu Nike dipakai oleh 4.550 pesepak bola atau 53 persen. Pesaing terdekatnya hanyalah Adidas yang mampu meraup 37,2 persen pesepak bola. Sedangkan, merek lainnya tidak ada yang sampai 10 persen dari jumlah pesepak bola.

Padahal, Adidas dan Puma adalah dua merek sepatu sepak bola yang lebih dulu hadir sebelum Nike dan mendominasi pasar dunia. Kemunculan pertama Nike dimulai dengan berfokus pada pasar sepak bola dan bola basket di Amerika Serikat. Setelah dirasa mulai dikenal, Nike melebarkan sayap di kancah Eropa dan menjadikan sepak bola sebagai fokus utama produk-produk mereka.