Adi Saputra (24) harus kehilangan beberapa giginya karena mendapat kekerasan ketika di kapal. Ia pun tidak mau menuntaskan kontrak kerjanya sebagai anak buah kapal ikan berbendera China, April 2019 silam.
”Untungnya” ia tak sampai lompat ke lautan karena kapal akhirnya berlabuh setelah 11 bulan tak menyentuh darat. Ia dan sejumlah kawan asal Indonesia kala itu punya kesempatan mendesak PT Puncak Jaya Samudra (PJS)—perusahaan perekrut—memulangkan mereka dengan menolak naik kapal lagi saat bersandar di Samoa, negara kepulauan di Samudra Pasifik selatan. Mereka juga setuju menanggung biaya pulang yang dibebankan PT meski tak pernah ada transparansi berapa sebenarnya biaya tersebut.
Padahal, gaji Adi di kapal bernama Tian Xiang 16 itu 300 dollar (sekitar Rp 4,24 juta berdasarkan kurs rata-rata 2019) per bulan. Uang yang diterima keluarganya baru sekitar Rp 6 juta karena ada pula potongan gaji 100 dollar kali sembilan bulan untuk utang pembuatan dokumen-dokumen dan biaya proses.
”Jadi, kita pulang kosong sama sekali, gak bawa uang. Yang katanya ada bonus di kapal, itu gak ada sama sekali,” kenangnya.Perkara bermula dari kerja paksa yang dijalani Adi di kapal sejak melaut pada Mei 2018. Dalam sehari, ia menangkap ikan dengan mengoperasikan jaring rata-rata pukul 11.00-05.00. ”Hampir 20 jam enggak boleh duduk sama sekali,” ujarnya.
Masalahnya, istirahat yang hanya empat jam sehari tidak diganjar dengan gizi yang sepadan. Menu bagi Adi dan kawan-kawannya ialah bubur—sebenarnya nasi diberi air—pada pagi hari, nasi dan lauk di sore hari, serta mantau (semacam bakpau) dan satu saset kopi untuk malam.
Alhasil, Adi mudah lapar, lelah, dan mengantuk ketika bekerja. Itu lantas memicu kekerasan dari awak kapal berkewarganegaraan China. Sebuah lingkaran setan. ”Kita ngantuk enggak boleh. Kita makan waktu kerja, enggak boleh. Ngebantah juga enggak boleh,” ucapnya.
Para ABK asal Indonesia serta sejumlah negara lain jadi sasaran hajar AKP China. Pukulan dan tendangan jadi menu sehari-hari mereka. Meski demikian, menurut Adi, kapten kapal sebatas mengumpat dan berkata kasar jika memarahi awak kapal. Kapten tidak ikut main fisik.
Pernah suatu pagi, Adi dan sesama WNI berkumpul untuk minum kopi dan merokok sebelum mulai bekerja. Tiba-tiba ABK China menendangi mereka semua. Bagian perut dekat dada Adi turut jadi sasaran, berdampak pada lambung dan tulang rusuk.