Tantangan Menampung Lansia Telantar

Bagi Theresia Esti (43), tidak mudah meneruskan pengelolaan tiga panti wreda milik Yayasan Bina Bakti, peninggalan almarhum ayahnya. Namun, karena panggilan merawat orang lansia telantar, Ninis, panggilan Theresia Esti, memutuskan keluar dari pekerjaan formalnya di sebuah perusahaan swasta, beberapa tahun yang lalu.

Almarhum ayahnya, Supardi, mendirikan panti wreda di Babakan, Tangerang Selatan, bekerja sama dengan suster kongregasi Biarawati Karya Kesehatan (BKK) tahun 1986. Almarhum ayahnya mendirikan panti dengan misi untuk merawat orang lansia telantar yang sudah dianggap tidak berdaya atau dilupakan keluarga. ”Almarhum bapak punya slogan bahagia sebelum tiada,” kata Ninis.

Dari satu panti di Babakan, hingga berkembang menjadi tiga panti. Dua panti lainnya ialah Caritas di Bekasi Timur dan yang terakhir Panti Wreda Stella Maris di Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.

Pendanaan menjadi tantangan Ninis untuk mengelola tiga panti wreda ini. Biaya Rp 2 juta per bulan untuk menitipkan orangtua lansia di panti ini tidak bisa menutup biaya operasional panti. Panti lebih banyak menampung orangtua lansia telantar yang tidak ada anak ataupun kerabatnya.

Pada akhirnya, panti wreda Yayasan Bina Bhakti ini lebih banyak mengandalkan sumbangan sukarela dari donatur, baik berupa barang maupun uang. ”Puji Tuhan, selalu ada sumbangan untuk mencukupi kebutuhan harian oma oma,” katanya dengan tersenyum.

 

KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN
Petugas panti mendorong kursi roda lansia di Panti Werdha Stella Maris, Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jumat (26/4/2024). Panti Werdha ini dihuni oleh 14 lansia dan merupakan cabang dari panti Wreda Yayasan Bina Bhakti yang berada di Tangerang Selatan.