Teater Pertunjukan Bintang-bintang

Planetarium dan Observatorium Jakarta dibangun atas gagasan Presiden Soekarno yang dituangkan dalam SK Presiden Nomor 155 Tahun 1963. Planetarium Jakarta pada saat itu merupakan yang terbesar di dunia dengan kapasitas 500 kursi.

Soekarno berharap dapat meningkatkan pengetahuan bangsa Indonesia mengenai benda-benda langit, tata surya, galaksi, dan sebagainya. Planetarium dan Observatorium didirikan di atas lahan milik Raden Saleh, yang sebelumnya merupakan Kebun Tanaman dan Kebun Binatang. Pada 1968 di lokasi yang sama dibangun Taman Ismail Marzuki (TIM). 

Sejarah Planetarium

9 September 1964
Pemancangan tiang pertama dilakukan Presiden Soekarno. Pembangunan didanai oleh Gabungan Koperasi Batik Indonesia.
1965
Pembangunan terhenti karena adanya peristiwa G30S/PKI.
1967
Pembangunan dilanjutkan oleh Pemprov DKI Jakarta. Selesai pada 10 November 1968 dan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin.
1 Maret 1969
Planetarium dibuka pertama kali untuk umum dan hari itu dijadikan hari lahir Planetarium Jakarta.
1982
Ruang arsip/perpustakaan, gedung permanen untuk ruang kerja, dan lain-lain dibangun mengelilingi Planetarium.
1996
Pemutakhiran alat pertunjukan dan renovasi bangunan.
• Proyektor awal model universal yang bersifat manual diganti dengan proyektor model Universarium M VIII yang dikontrol dengan komputer.
• Perubahan jumlah kursi dan layout ruangan teater bintang. Dari 500 kursi melingkar menghadap ke tengah menjadi 320 kursi yang semuanya menghadap ke selatan. Lantai dibuat bertingkat.
• Perubahan diameter layar dari 23 meter menjadi 22 meter.
2022
Pemprov DKI Jakarta merevitalisasi seluruh kawasan TIM yang dimulai pada 2019. Revitalisasi area Planetarium dimulai pada 2021 (tahap II revitalisasi TIM). Bangunan kubah tetap dipertahankan. Perubahan pada interior Teater Bintang, akses jalan masuk Teater Bintang dan Ruang Pamer Planetarium, serta revitalisasi gedung yang mengelilingi Planetarium.

Pengadaan Alat Planetarium dan Observatorium

• 1964
Planetarium Jakarta memiliki proyektor universal yang bekerja secara manual serta teleskop Coude yang digunakan untuk pengamatan dan pemotretan Matahari.
• 1982
Membeli teleskop portabel kecil untuk mengamati fenomena gerhana matahari total 1983.
• 1992
Pemerintah DKI Jakarta menyetujui pembelian teropong bintang bergaris tengah 31 cm sebagai pengganti alat yang sudah usang.
• 1996
Proyektor pertama yang berumur 27 tahun diganti dengan proyektor generasi terbaru dari Pabrik Carl Zeiss (Universarium M VIII) yang dikontrol dengan komputer.

Star ball alat (proyektor universal) yang terdiri dari puluhan lensa buatan Carl Zeiss (Jerman) berfungsi untuk memproyeksikan gambaran bintang dan planet dalam sistem alam semesta. Foto diambil pada Juli 1972.

 

Kompas/Iwan Setiyawan
Star ball Universarium M VIII di ruang teater bintang Planetarium Jakarta. Star ball memiliki 36 lensa buatan Carl Zeiss (Jerman). Foto diambil pada Mei 2012.

 

Denah Kompleks Planetarium dan Observatorium setelah Revitalisasi

 

Sumber: Planetarium Jakarta Tempat Wisata Ilmiah, BP Planetarium & Observatorium Jakarta; Jakarta Propertindo; Unit Pengelola Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (UP. PKJ TIM), DinasKebudayaan DKI Jakarta; pemberitaan Kompas dan media lain