Tempat Singgah Pedagang yang Dibom Jepang

Akhir abad ke-19, ekonomi di pesisir selatan Jawa Tengah semakin berdenyut seiring pembangunan jalur rel. Banyak komoditas ekspor diproduksi di sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa, antara lain gula, teh, dan tembakau.

Jejak kemajuan itu bisa dijumpai di Kota Cilacap, yang dulunya menjadi tempat persinggahan para pedagang mancanegara membeli hasil bumi dari wilayah selatan Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Potensi ini mendorong Pemerintah Hindia Belanda membangun jalur rel dari pedalaman hingga Pelabuhan Cilacap. Sebelum ada jalur rel, transportasi pengangkutan komoditas dilakukan via Sungai Serayu menuju pelabuhan.

arsip kitlv
Stasiun Cilacap pada tahun 1908.

Pada 1879, perusahaan milik Pemerintah Hindia Belanda, Staatsspoorwegen (SS), membangun jalur rel yang menghubungkan Yogyakarta dan Cilacap. Pembangunan jalur sepanjang 187 km ini selesai tahun 1887.

Selain sebagai pusat perdagangan, Pelabuhan Cilacap juga berperan penting dalam pertahanan militer. Dalam buku Di Bawah Matahari Terbit: Sejarah Pendudukan Jepang di Indonesia 1941-45 (2016) karya Nino Oktorino, dituliskan, Pelabuhan Cilacap satu-satunya pelabuhan berkondisi baik di pantai selatan Jawa.

Selain sebagai pusat perdagangan, Pelabuhan Cilacap juga berperan penting dalam pertahanan militer.

Apabila Laut Jawa terancam oleh kekuatan musuh, Cilacap menjadi pintu gerbang Pulau Jawa untuk berhubungan dengan dunia luar, khususnya Australia.

Dengan potensi ini, tak heran Jepang ingin menguasai Cilacap. Pada 4 Maret 1942, pasukan Jepang berhasil menembus Cilacap. Suasana kota dan pelabuhan kacau balau akibat serangan Jepang. Kebakaran hebat akibat pengeboman terjadi di pelabuhan dan stasiun yang mengakibatkan ratusan orang meninggal. Cilacap akhirnya dikuasai Jepang pada 8 Maret 1942.