Terbang Menantang Maut, Mencegah Banjir Jakarta

Tanpa banyak bicara, ada orang-orang yang berani menantang bahaya untuk mencegah banjir di Jakarta. Mereka terbang menuju awan untuk memodifikasi cuaca, menyemai garam agar hujan turun di laut, bukan di Ibu Kota.

Pascabanjir besar melanda Jakarta, Bekasi, dan Tangerang, 1 Januari 2020, cuaca yang diperkirakan basah dan hujan deras di kawasan tersebut tidak terjadi hingga pekan ketiga Januari. Banjir pun segera surut di Jakarta dan sekitarnya.

Selain faktor cuaca, salah satu kuncinya adalah upaya modifikasi cuaca untuk mencegah atau mengurangi curah hujan di Jabodetabek yang dikerjakan bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB); Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG); serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama Mabes TNI melalui TNI AU yang dilakukan sejak 3 Januari lalu.

Modifikasi cuaca tersebut adalah operasi menantang maut karena pesawat yang diterbangkan dalam operasi menyemai hujan justru terbang mencari awan dan cuaca buruk tempat mereka melepas garam untuk memantik hujan. Makin buruk kondisi awan, termasuk jenis cumulonimbus (awan badai yang hitam pekat), justru harus dihampiri penerbang dan tim modifikasi cuaca demi mencegah hujan badai menghampiri Jakarta dan sekitarnya!

Biasanya, dalam operasional penerbangan ”normal”, awan dan cuaca buruk sekecil apa pun dihindari oleh penerbang. Awan badai bisa mengganggu dan membahayakan penerbangan, seperti kehilangan orientasi, terempas, hingga risiko terburuk yakni jatuh ke daratan, menimpa pesawat yang terjebak dalam awan cumulonimbus.

Sepekan ini, cuaca Jakarta relatif cerah dan tidak ada hujan deras. Salah satunya karena adanya operasi menantang maut yang dikerjakan penerbang-penerbang TNI AU dan ilmuwan BPPT dalam operasi modifikasi cuaca tersebut. Operasi ini diperkirakan bisa mengurangi potensi curah hujan 30 persen sampai dengan 40 persen.

Kepala Subdinas Penerangan Umum TNI AU Kolonel (Sus) Yuris menjelaskan, ada jenis-jenis awan tertentu yang dibutuhkan untuk menyemai terjadinya hujan. Upaya modifikasi cuaca itu pada dasarnya agar hujan tidak terjadi di daratan, melainkan terjadi di laut.

Semakin buruk jenis awannya, semakin bagus untuk menyebar garam dan memicu agar terjadi hujan di laut dan tidak mencapai daratan Pulau Jawa, apalagi sampai ke sekitar Kota Jakarta. Itulah yang dilakukan dalam operasional penerbangan seperti ini,” kata Yuris.