Tragedi dari Lapas ke Lapas

Berbagai tragedi yang berujung pada kebakaran di lapas terus menerus terjadi di negeri ini. Sampai kapan pihak yang bertanggung jawab gagal mengantisipasi peristiwa yang melulu berulang tersebut?

Dalam sepuluh tahun terakhir, sejumlah insiden kebakaran terjadi di lembaga pemasyarakatan atau lapas di Indonesia. Lapas yang seyogianya menjadi ’rumah’ teraman bagi warga binaan bisa menjadi sebaliknya. Segala situasi fatal yang mungkin terjadi seharusnya dapat diantisipasi semua pihak yang bertanggung jawab sehingga peristiwa naas tersebut tidak terulang kembali.

Peristiwa naas terakhir adalah insiden kebakaran di Blok C2 Lapas Kelas I Tangerang pada 8 September 2021 dini hari. Kabar ini diketahui sebagian keluarga dari warga binaan melalui saluran berita di TV. Mereka mendatangi posko krisis (crisis centre) lapas untuk memastikan kondisi anggota keluarganya pascainsiden. Gestur dan bahasa tubuh mereka menyiratkan ketidakberdayaan, badan yang lunglai, tatapan yang kosong, dan langkah-langkah yang berat.

”Saya panik dan gelisah selama perjalanan (menuju lapas). Dalam hati (saya) terus berdoa, semoga semua baik-baik saja,” ucap Iis Partini (68), salah satu keluarga dari warga binaan.

KOMPAS/STEFANUS ATO
Keluarga korban kebakaran Lapas Tangerang, Banten, saat melihat jenazah para korban kebakaran di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, pada Rabu (8/9/2021) siang.

Sejak pukul 08.30, dia dan suaminya, Tan Swie (70), berangkat naik motor dari Kampung Melayu (Jatinegara, Jakarta Timur) menuju Lapas Kelas I Tangerang. Setibanya di lapas, mereka langsung mendatangi posko krisis. Ekspresi penuh syukur tersirat dari gestur dan mata mereka setelah keluar dari ruangan itu.

Iis berulang kali mengelus dada dan memejamkan mata cukup lama. ”Anak saya selamat. Semoga keluarga para korban yang ditinggalkan diberi kekuatan dan ketabahan,” ujarnya sambil mengatupkan kedua tangan di dada.

Mereka tak langsung pulang, tapi duduk di kursi yang terletak di depan ruangan itu. Tentu saja untuk menenangkan diri, tangan mereka masih bergetar. Selain mereka, keluarga lainnya juga berupaya untuk menenangkan diri.  Sejumlah pertanyaan terucap, ”Kok, bisa terjadi kebakaran?”, ”Kenapa gak segera dipadamkan sebelum api membesar?”

KOMPAS/STEFANUS ATO
Petugas mengevakuasi jenazah para korban kebakaran di Lembaga Pemasyarakatan Tangerang ke Kamar Jenazah RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, pada Rabu (8/9/2021) siang. Jenazah para korban itu selanjutnya diindetifikasi oleh Tim DVI Polri untuk mengetahui identitas dari masing-masing korban.

Di parkiran motor, Nursin (47), orangtua RK (23), korban meninggal akibat insiden ini, meneteskan air mata. Dia menyayangkan insiden ini tak seharusnya terjadi di dalam penjara yang merupakan tempat teraman bagi warga binaan.