Utang yang Merenggangkan Hubungan Keluarga

Tony (34) bersama keluarga kecilnya masih berjuang untuk lepas dari jeratan pinjaman daring. Warga Banten ini masih memiliki pinjaman aktif di tiga aplikasi tekfin dengan total cicilan sekitar Rp 8 juta per bulan.

Semua berawal pada pertengahan tahun lalu saat ia harus mengembalikan pinjaman kepada orangtuanya karena ada kebutuhan mendesak. Ia terpaksa mengajukan pinjaman daring karena tidak mudah untuk mencari pinjaman ke teman atau anggota keluarga lain, apalagi jumlahnya besar. Pinjaman dari aplikasi pertama sebesar Rp 20 juta dengan cicilan Rp 3,9 juta per bulan selama 12 bulan.

”Tabungan kami belum bisa dijadikan jaminan untuk mengambil pinjaman yang jumlahnya besar,” kata Tony.

Pada bulan-bulan awal, Tony yang saat itu masih berstatus pekerja swasta dapat mencicil pinjamannya dengan baik. Kondisi berubah ketika pada Februari 2023 Tony mengambil keputusan keluar dari pekerjaan tetapnya dengan harapan dapat membesarkan usaha sampingan yang sebelumnya sudah dirintis bersama istri.

KOMPAS/ADRYAN YOGA PARAMADWYA
Ilustrasi seorang warga yang tengah membaca berita terkait pinjaman online (pinjol), Selasa (14/11/2023).

Sejak saat itu keuangannya mulai goyah karena penghasilan dari usaha ini tidak sebesar ketika masih kerja di kantor. Hingga akhirnya Tony kembali mengajukan pinjaman daring dari dua aplikasi lainnya. Besar cicilannya masing-masing Rp 2,2 juta dan Rp 2 juta per bulan.

”Harapan kami awalnya dapat menutup pinjaman yang pertama, tapi lama-lama justru semakin kacau,” ujar Tony.

Hingga kini Tony sulit melunasi tiga pinjaman itu. Ia pun harus menanggung tekanan sosial. Hubungannya dengan orang tua merenggang gara-gara mereka menjadi sasaran teror debt collector, baik via WA, telepon, maupun didatangi langsung karena alamat di KTP Tony masih sama dengan alamat orangtua.

”Jadi mereka datangnya ke rumah orangtua. Itu yang sekarang jadi polemik. Mereka terus datang ke situ ngancam dan mengadu domba. Padahal, di WA kita selalu respons,” ungkapnya.