Vaksinasi Rabies untuk Anabul Kesayangan

Riuh pengunjung Cihampelas Walk di Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (28/9/2022) pagi, membuat Nono, anjing jantan ras flat-coated retriever itu, gelisah. Mata anjing berumur dua tahun itu bergerak cepat memperhatikan orang-orang yang mondar- mandir di hadapannya.

Yoas (37), pemilik Nono, sadar dengan tingkah itu. Yoas pun mengelus-elus tubuh dan kepala anabulnya. Anjing berbulu hitam itu menikmati perhatian Yoas. Nono menjadi jauh lebih tenang.

KOMPAS/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
Salah satu pemilik anjing menenangkan peliharannya usai pengecekan kesehatan di Jabar Kick Out Rabies Cihampelas Walk, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (28/9/2022).

Hari itu adalah saat istimewa bagi Nono. Hadir dalam acara ”Jabar Kick Out Rabies”, dia dan banyak satwa lainnya bakal mendapat suntikan rabies. Yoas yakin, suntikan itu bisa menyelamatkan hidup Nono dan orang di sekitarnya kelak. Dilakukan setahun sekali, kali ini adalah suntikan rabies kedua bagi Nono. ”Ini wajib diberikan agar Nono bisa bebas bermain di sekitar rumah,” ujar Yoas yang tinggal di Sukahaji, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung, ini.

Akan tetapi, Yoas mengatakan, semua bukan hanya untuk kesehatan Nono. Ada yang lebih penting dari vaksinasi ini. Dia hendak memastikan semua penghuni rumahnya terbebas dari rasa cemas terkena rabies. Yoas tahu, lengah sedikit nyawa menjadi taruhannya.

Baca juga: Ancaman Rabies

Belum ada obat

Beberapa pemilik anjing membawa peliharaannya untuk pengecekan kesehatan di Jabar Kick Out Rabies Cihampelas Walk, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (28/9/2022). Rabies bukan acaman baru. Penyakit ini sudah dikenal sejak zaman Mesopotamia tahun 2300 sebelum Masehi.

Di Indonesia, kasus rabies pertama kali dilaporkan oleh Esser di Jawa Barat tahun 1884 pada seekor kerbau. Tahun 1889, Penning melaporkan kasus pada anjing. Sementara kasus pada manusia dilaporkan pada tahun 1894 oleh EV de Haan.