Virus Korona, “Angsa Hitam” Perekonomian?

Optimisme akan membaiknya pertumbuhan ekonomi pada awal Januari 2020 tiba-tiba mendapat interupsi  berbagai sentimen negatif, mulai dari kabar Presiden AS Donald Trump menginstruksikan pembunuhan petinggi militer Iran, Qasem Soleimani, hingga penyebaran virus korona tipe baru (novel coronavirus 2019-nCoV) yang berasal dari Wuhan, China.

Sentimen ini menjungkirbalikkan segala prediksi yang telah disusun. Proyeksi yang telah disusun para analis, mulai dari harga komoditas, saham, hingga pergerakan nilai tukar valas, bisa ambyar seketika dengan terjadinya suatu peristiwa yang mengguncang dunia.

Biasanya, analis menyusun prediksi untuk beberapa waktu ke depan berdasarkan asumsi dan pola historis yang telah terbentuk. Namun, prediksi ini bisa sewaktu-waktu buyar jika terjadi peristiwa yang mengejutkan dunia.

AFP PHOTO /CENTERS FOR DISEASE CONTROL AND PREVENTION/ALISSA ECKERT/HANDOUT
Gambar ilustrasi morfologi struktur ultra yang diperlihatkan oleh virus-virus korona. Virus korona tipe baru diidentifikasi sebagai penyebab wabah di Wuhan, China.

Kejutan yang menghadirkan ketidakpastian ini diistilahkan sebagai ”angsa hitam” (black swan). Terminologi ini merujuk pada peristiwa-peristiwa tak terduga yang terjadi serta memberi dampak masif. Dalam dunia ekonomi, sebuah kejutan yang mengganggu persepsi dan menimbulkan sentimen negatif bisa berakibat timbulnya gejolak, bahkan krisis.

Suatu peristiwa dapat disebut sebagai black swan apabila memenuhi tiga syarat, yaitu kemungkinan terjadinya rendah, berdampak sangat besar bagi perekonomian, dan setelah peristiwa itu terjadi, kemudian akan banyak orang mulai menyadari bahwa hal itu seharusnya bisa diperkirakan.

Teori ”angsa hitam” dicetuskan oleh Nassim Nicholas Taleb, ahli statistik dan peneliti berdarah Lebanon-Amerika Serikat yang berfokus pada keacakan, peluang, dan ketidakpastian. Taleb memperkenalkan teori ini dalam bukunya yang berjudul The Black Swan.

AFP PHOTO / Henny Ray ABRAMS
Foto arsip yang memperlihatkan menara kembar World Trade Center terbakar setelah ditabrak oleh pesawat yang dibajak oleh teroris, 11 September 2001.

Melalui bukunya, Taleb membahas bagaimana manusia sejak ratusan tahun lalu sudah hidup dengan prediksi dan teori kemungkinan. Namun, tidak ada yang benar-benar bisa menjamin semuanya terjadi sesuai prediksi manusia. Manusia pun akan terkaget-kaget manakala prediksi ini meleset.

Sejumlah kejadian yang menjadi contoh peristiwa ”angsa hitam” antara lain tenggelamnya kapal RMS Titanic, kemunculan internet, peristiwa 11 September 2001, krisis finansial Yunani, dan bencana nuklir di Prefektur Fukushima, Jepang. Lalu, bagaimana kejadian ”angsa hitam” dapat menimpa dunia ekonomi?

Dari aspek ekonomi, bencana nuklir di Fukushima yang terjadi 11 Maret 2011 membuat indeks saham Jepang Nikkei 225 merosot tajam hingga 11,03 persen, atau 1.061,35 poin ke level 8.559,14 poin, saat perdagangan saham kembali dibuka lima hari setelah bencana terjadi.

Kebakaran yang terjadi di reaktor PLTN bertenaga atom tersebut menyebabkan investor khawatir, dampak kecelakaan ini akan meluas terhadap ekonomi Jepang. Ambruknya indeks harga saham di Jepang juga dipengaruhi rontoknya harga saham-saham perusahaan besar, seperti Toyota dan Sony, karena saat itu mereka menghentikan sebagian produksi.

Mundur lagi ke belakang, pada 2006 gelombang gagal bayar debitor kredit perumahan di Amerika Serikat (AS) menyeret investor dan juga lembaga yang terlibat dalam penjaminan ke dalam persoalan likuiditas yang sangat besar. Kala itu, tidak ada ekonom yang menyangka bahwa masalah likuiditas di AS bisa menciptakan rentetan yang berujung pada krisis finansial global dua tahun berselang.

Akhir pekan lalu, Kepala Makroekonomi dan Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat mengatakan, sentimen ”angsa hitam” juga kembali muncul pada awal tahun ini.

kompas/lasti kurnia
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok dari posisi 6.076 ke 5.940, Jumat (31/01/2020). Penurunan diakibatkan kekhawatiran pasar pascapengumuman situasi darurat global oleh WHO terkait virus Korona.

”Kejadian demi kejadian ini memicu investor dan manajer investasi asing mengalihkan portofolionya dari pasar saham ke instrumen safe haven. Selain itu, gangguan persepsi juga membuat investor melakukan penjualan paksa sejumlah saham di pasar domestik,” ujar Budi.

Rambatan daya kejut

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Senin (3/2/2020), investor asing mencatatkan penjualan bersih hingga Rp 812,4 miliar. Aksi tersebut membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjerembap ke level 5.884,17 pada penutupan perdagangan di hari yang sama. Adapun sejak awal Januari hingga 3 Februari 2020, investor asing telah lakukan penjualan bersih mencapai Rp 778,82 miliar.

Budi menilai, persoalan ”angsa hitam” sendiri bergantung pada sudut pandang dan sisi observasi. ”Contohnya kalkun, selama setahun kalkun dipelihara, kemudian terkejut karena disembelih. Tapi, dari sisi peternak, disembelihnya kalkun adalah kepastian. Black swan bagi si kalkun, tapi tidak bagi peternak,” ucapnya.

Apabila dilihat dari sudut pandang yang lain, lanjut Budi, faktor eksternal juga bakal menopang prospek investasi pasar modal di Indonesia. Faktor eksternal itu terutama kebijakan bank sentral di negara maju, khususnya The Fed, yang kembali menempuh pelonggaran moneter, baik melalui penurunan suku bunga maupun penggelontoran likuiditas atau quantitative easing (QE).

Di sisi lain, harga minyak diharapkan relatif stabil dengan lebih banyak pasokan, tak hanya dari negara OPEC, tetapi juga dari produsen gas sintetis yang produksinya terus meningkat. 

”Kondisi eksternal seperti ini pernah terjadi tahun 2017 yang melandasi kenaikan harga saham dan obligasi negara di negara berkembang, termasuk Indonesia,” kata Budi.

 

Sementara itu, jika dilihat dari perspektif ekonomi makro, Kepala Riset Bahana Sekuritas Lucky Ariesandi menyinyalir, penyebaran virus korona tipe baru dapat memengaruhi harga komoditas global. Pasalnya, saat ini China menjadi importir terbesar untuk sejumlah komoditas, antara lain batubara, nikel, tembaga, gas, emas, dan minyak kelapa sawit mentah (CPO).

Lucky khawatir, apabila penyebaran virus korona tipe baru terjadi dalam periode yang panjang, hal itu dapat mengganggu kinerja ekspor Indonesia. Kontribusi ekspor nonmigas terhadap total ekspor Indonesia selama ini sekitar 70 persen.

”Jika melihat secara historis, pengalaman di masa lalu ketika terjadi penyebaran virus SARS pada 2002-2003 dan flu burung pada 2005-2007 tidak berdampak bagi pasar saham dan obligasi. Namun, situasi saat ini berbeda mengingat posisi kuat China pada rantai ekonomi global,” ujarnya.

kompas/didit putra erlangga rahardjo
Karyawan PT Sat Nusapersada merampungkan kelengkapan pada perangkat ponsel pintar Mi A1 dari Xiaomi yang dirakit di pabrik yang berlokasi di Batam, Senin (4/12/2017).

Adapun dampak dari penyebaran virus ini terhadap kinerja impor Indonesia dinilai Lucky tidak akan signifikan. Hal itu karena perusahaan di Hubei yang bisnisnya terkait dengan Indonesia, yakni Yangtze Optical Fibre and Cable (YOFC) dan Xiaomi, juga memiliki fasilitas perakitan di Indonesia.

”Penyebaran epidemi virus ini sebenarnya bisa menjadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan produksi manufaktur karena kinerja manufaktur China akan berkurang, terutama untuk baja dan serat optik,” ucapnya.

Reaksi pemerintah

Pemerintah Indonesia bahkan berencana membatasi impor sejumlah barang konsumsi dari China untuk sementara waktu. Pembatasan impor barang konsumsi ini untuk mengantisipasi penyebaran wabah virus dari Wuhan.

kompas/lasti kurnia
Buah impor dijual di supermarket di Jakarta, Rabu (5/2/2020). Pemerintah RI masih mengizinkan impor holtikultura dari Cina, seperti buah-buahan dan bawang putih dan hanya membatasi impor hewan hidup untuk mengantisipasi dampak wabah virus korona.

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan, pembatasan impor dari China akan diberlakukan sementara. Sejauh ini, produk-produk impor yang mungkin terjangkit wabah virus korona masih diidentifikasi, seperti hewan unggas hidup dan beberapa jenis hewan liar. Meski demikian, detail produk masih belum final.

”Jadi, pemberhentian impor baru akan kami lakukan. Namun, secara spesifik masih harus dikoordinasikan dengan kementerian lain,” kata Agus.

Dampak terdekat yang paling terasa adalah di sektor pariwisata. Larangan perjalanan ke luar negeri oleh Pemerintah China kepada warga China akan berdampak pada jumlah kunjungan turis asing ke Indonesia tahun ini.

kompas/kristian oka prasetyadi
Wisatawan dari China mengantre di konter lapor diri di Bandara Sam Ratulangi Manado, Jumat (31/1/2020), untuk kembali ke Guangzhou, China.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, China menempati urutan kedua asal kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) terbanyak selama 2019 dengan jumlah 2,072 juta kunjungan atau sekitar 12 persen dari 16 juta wisman yang datang ke Indonesia.

Menurut data Bank Indonesia, pada 2018, wisatawan China yang mengunjungi Bali rata-rata menghabiskan uang Rp 9,7 juta setiap kedatangan. Lucky memproyeksikan, Indonesia bisa kehilangan banyak potensi devisa karena wisman China lebih suka datang pada triwulan pertama dan ketiga.

Berdasarkan data BPS tiga tahun terakhir, rata-rata kunjungan wisatawan China di triwulan pertama mencapai 532.000 kunjungan. ”Bila kedatangan wisatawan China berkurang sekitar 50 persen saja, kita berpotensi kehilangan pendapatan dari sektor pariwisata sekitar Rp 2,5 triliun,” ujarnya.

 

Potensi kehilangan itu kian nyata setelah maskapai-maskapai penerbangan membatalkan perjalanan dari dan menuju China. Kompas mencatat, hingga Senin (3/2/2020), terdapat lima maskapai nasional yang memiliki rute penerbangan ke sejumlah kota di China, yakni Garuda Indonesia, Citilink Indonesia, Batik Air, Lion Air, dan Sriwijaya Air.

Garuda Indonesia telah memutuskan menunda sementara rute penerbangan dari dan menuju China. Sejumlah layanan penerbangan yang ditutup melingkupi destinasi Beijing, Shanghai, Guangzhou, Zhengzhou, dan Xi’an. Saat ini Garuda melayani 30 frekuensi penerbangan setiap minggu ke China.

Lion Air yang memiliki rute penerbangan menuju 15 destinasi di China juga menunda penerbangan. Destinasi China yang diterbangi dari lima kota di Indonesia adalah Changsha, Chengdu, Chongqing, Fuzhou, Guangzhou, Hangzhou, Haikou, Jinan, Nanjing, Nanchang, Shenzhen, Shanghai, Tianjin, Wuhan, dan Xi’an.

kompas/ferganata indra riatmoko
Sebagian anggota rombongan wisatawan asing asal China mengenakan masker saat mengunjungi Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat (31/1/2020).

China yang mendunia

Kenapa dampak virus korona baru itu bisa merambat cepat ke seantero perekonomian dunia, termasuk Indonesia? Hal itu bisa terjadi karena ekonomi China beberapa tahun terakhir ini jauh lebih besar dan lebih terhubung dengan ekonomi global.

Dari waktu ke waktu, pengaruh China terhadap dunia di berbagai sektor ekonomi, terutama perdagangan barang dan jasa, investasi, serta finansial, semakin besar.

Pada 2019, Dana Moneter Internasional (IMF) menempatkan China sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua setelah AS. Pada tahun itu, produk domestik bruto (PDB) China sebesar 14,14 triliun dollar AS, sedangkan AS senilai 21,43 triliun dollar AS.

 

China yang masih bersengketa dagang dengan AS semakin tertekan karena harus melawan virus korona galur baru. Berbagai sektor di ”Negeri Tirai Bambu” itu lumpuh, mulai dari manufaktur, ritel, pangan, pariwisata, finansial, bisnis, hingga konsumsi rumah tangga.

Sebelum kasus virus korona baru meledak, ekonomi China diproyeksikan tumbuh sekitar 6 persen sepanjang tahun ini. IMF menyebutkan, pada 2019 ekonomi China hanya tumbuh 6,1 persen dan pada 2020 sebesar 6 persen.

Namun, pasca-merebaknya virus itu, IMF belum mengubah prediksi tersebut. Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan, IMF belum bisa memprediksi kerugian yang akan berdampak pada China atau negara lain yang bergantung kepadanya.

kompas/priyombodo
Foto aerial kawasan pelabuhan tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (16/12/2019). Menurut data BPS, nilai ekspor Indonesia November 2019 menurun 6,17 persen dibanding ekspor Oktober 2019 karena pengaruh perang dagang AS-China. Diperkirakan kinerja ekspor Indonesia juga akan terdampak oleh merebaknya virus korona tipe baru.

Namun, dia menyebutkan, pertumbuhan ekonomi China akan melambat pada triwulan I-2020. Hal ini akan berpengaruh juga ke negara-negara lain yang bergantung pada China, termasuk Indonesia.

”Kita hidup di tengah dunia yang rentan terhadap guncangan. Kata-kata favorit saya belakangan ini adalah nikmati langkah perubahan hari ini. Ini (pertumbuhan) tidak akan pernah menjadi sangat lambat di masa depan,” ujar Georgieva.

Bank Dunia melalui Chief Economist East Asia and Pacific Aaditya Mattoo mengeluarkan pernyataan bahwa terlalu dini apabila mengaitkan dampak penyebaran virus korona terhadap perdagangan global.

GREG BAKER / AFP
Warga melintas di dekat kompleks pembangunan sebuah konstruksi di Beijing, 11 Februari 2019. Virus korona tipe baru yang menyerang negeri ini memengaruhi perekonomian setempat dan berdampak secara internasional.

Menurut dia, terlalu berlebihan jika negara-negara melakukan kebijakan proteksionisme secara berlebihan apabila ada sebuah wabah penyakit yang melanda.

”Kebijakan-kebijakan preventif yang berlebihan ini bisa memengaruhi perekonomian dan perdagangan global secara signifikan,” ujarnya.

Laporan gisanddata.maps.arcgis.com oleh John Hopkins hingga 11 Februari 2020, jumlah orang yang telah terinfeksi virus korona tipe baru sudah menembus 43.138 jiwa di 25 negara dengan 1.018 meninggal. Kasus paling banyak terjadi di China, mencapai 42.667 orang.

John MACDOUGALL / AFP
Mobil Palang Merah Jerman (DRK) membawa orang-orang yang baru saja datang dari China menyusul merebaknya virus Korona, 9 Februari 2020. Saat itu, 20 warga negara Jerman ditarik pulang dari Wuhan, China.

Mobil Palang Merah Jerman (DRK) membawa orang-orang yang baru saja datang dari China menyusul merebaknya virus Korona, 9 Februari 2020. Saat itu, 20 warga negara Jerman ditarik pulang dari Wuhan, China.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, wabah virus korona tipe baru akan memengaruhi sebagian besar aktivitas perekonomian di China. Dampak merebaknya wabah virus asal Wuhan ini akan terasa pada triwulan I dan II tahun 2020.

China kehilangan momentum untuk meningkatkan konsumsi domestik saat perayaan tahun baru dan libur panjang hingga Februari 2020. Wabah virus korona baru yang terjadi di China dan sejumlah negara lain menambah risiko ketidakpastian global.

STR / AFP
Para pekerja di Pelabuhan Lianyungang, Provinsi Jiangsu, China, 14 Januari 2019. Wabah virus korona dipastikan sangat berdampak pada perekonomian China dan efeknya merambat ke dunia internasional.

”Semua negara, termasuk Indonesia, harus waspada tinggi untuk menghalau dampak rambatan ke perekonomian domestik. Terlebih, China adalah mitra dagang utama Indonesia. Risikonya (yang kini muncul) tidak terduga dan sangat volatile sehingga semua negara wajib mewaspadai dan menyiapkan instrumen kebijakan apabila ingin ekonomi tetap tumbuh tinggi,” tuturnya.

Kajian Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan menunjukkan, setiap 1 persen depresiasi pertumbuhan ekonomi China akan membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat 0,23 persen. Apabila durasi mewabahnya virus korona tipe baru cukup panjang, pertumbuhan ekonomi China diproyeksikan akan melambat 1 persen, yakni dari 6 persen pada 2019 menjadi 5 persen pada 2020.

Sesuai kajian dampak perlambatan ekonomi China terhadap ekonomi Indonesia, perlambatan ekonomi China berpotensi membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020, akan berada di kisaran 4,7 hingga 5 persen.

”Perlambatan ekonomi yang akan dihadapi Indonesia merupakan fakta yang mesti dihadapi, lantaran China saat ini sudah menjelma sebagai rantai pasokan terbesar sektor perdagangan,” kata Kepala BP3 Kementerian Perdagangan Kasan Muhri.