Warna Jawa dalam Goresan Pelukis Propaganda Jepang

Seorang pria mengenakan celana pendek bertopi demang dan berkacamata berdiri di atas bangku sembari menggenggam kuas. Di hadapannya sebuah tembok rumah di kawasan Serang, Banten, tergores lukisan di dinding tembok bertuliskan ”Bersatoelah Bangsa Asia”. Mural itu lengkap dengan gambar tentara Angkatan Darat Kekaisaran Jepang bersalaman dengan masyarakat lokal memakai peci dan kain sarung.

Lelaki yang berdiri di atas bangku itu tak lain adalah Ono Saseo, kartunis asal Jepang yang bekerja di unit propaganda tentara Jepang. Lukisan tembok atau mural itu dibuatnya tiga hari setelah dirinya mendarat di Teluk Banten bersama bala tentara Angkatan Darat Kekaisaran Jepang, tepatnya pada malam  1 Maret 1942.

ARSIP BUKU JAWA JUGUN GAFU
Ono Saseo melukis mural di salah satu tembok rumah penduduk di Serang tanggal 3 Maret 1942, tiga hari setelah pendaratan tentara angkatan darat Jepang. Arsip buku Jawa Jugun Gafu

Dalam pendaratan di Teluk Banten yang dramatis itu pula, Ono Saseo bersama dengan seratus seniman lainnya yang tergabung dalam Sendenbu barisan propaganda Jepang sempat pula membuat dokumentasi berupa sketsa pertempuran di tengah hujan peluru dan bom saat pertempuran sengit melawan Belanda dan sekutunya.

Ono Saseo, pelukis dan seniman manga, lahir di Yokohama, 6 Februari 1905. Selepas SMA di Akasaka tahun 1929, ia menjadi mahasiswa seni lukis bergaya barat di Tokyo University of the Arts dan lulus tahun 1930.

Dari tahun 1930 hingga 1950-an, ia aktif di berbagai media, membuat karya kartun dan lukisan untuk majalah manga serta ilustrasi untuk novel berseri di koran.

Semasa perang Perang Dunia II, Ono Saseo yang memiliki keterampilan naratif sejak kecil ini direkrut sebagai personel propaganda dan dikirim ke Indonesia. Ono sendiri yang terbiasa menggambar langsung peristiwa atau obyek di lapangan sangat terpesona dengan cahaya dan warna di Jawa. Ia membuat sketsa sangat detail tentang kehidupan masyarakat di Jawa dan Bali.