Kereta Madiun Merambah Dunia
Kereta Madiun Merambah Dunia

PT INKA adalah satu-satunya industri kereta api di ASEAN yang bersaing dengan India dan China di segmen pasar kelas menengah. Jarang diketahui masyarakat Indonesia, sejatinya beragam produksi INKA sudah digunakan di sejumlah negara Asia dan bahkan sampai Australia.

Pada tahap awal INKA bekerja sama membuat KRL dengan ABB-Hyundai, BN-Holec, hingga Hitachi. Dengan berkolaborasi mitra asing, seperti dengan Sumitomo Jepang tahun 1998, INKA menembus pasar Malaysia pada tahun 1991.

Ketika itu INKA bersama PT Pindad dan PT Barata Indonesia mengerjakan 150 gerbong datar pengangkut kontainer.

KOMPAS/Eddy Hasby

Pekerja tengah menyeselesaikan modul rangka ruang kereta penumpang di pabrik PT INKA, Madiun, Jawa Timur, Kamis (18/10/2018). Selain memenuhi kebutuhan dalam negeri, saat ini PT INKA tengah menyelesaikan pesanan kereta dari berbagai negara.

KOMPAS/Eddy Hasby

Pekerja menyelesaikan modul dinding kereta penumpang di pabrik PT INKA.

Ekspor berlanjut pada 1998 ke Thailand dengan mengekspor 70 gerbong BHW (Balast Hopper Wagon) pesanan State Railway of Thailand (SRT). Pesanan ulang diajukan SRT tahun 2000 dengan memesan 20 gerbong jenis yang sama. Ketika itu INKA dan Nippon Sharyo menjadi produsen dan Sumitomo menjadi international trader.

Kemudian pada 1995, dalam buku 35 Tahun INKA Berkarya untuk Negeri terbitan 2016, disebutkan INKA bersama General Electric berhasil membuat 30 lokomotif, yang di antaranya diekspor ke Filipina.

KOMPAS/Eddy Hasby

Pekerja tengah menyeselesaikan perakitan roda bogie kereta penumpang di pabrik PT INKA.

KOMPAS/Eddy Hasby

Pekerja membersihkan roda bogie kereta penumpang sebelum dirakit di pabrik PT INKA.

Selepas tahun 2003 ketika INKA selesai memasok satu set KRL-I untuk jalur Sudirman-Serpong dan Komuter Jabodetabek, kembali pesanan datang dari Malaysia melalui operator Kereta Tanah Melayu (KTM) Berhad sebanyak 55 Bogi Gerbong Datar atau Bogie Refer Flat Car dan dua gerbong pembangkit (power generating car/PGC).

Melalui kerja sama dengan Nippon-Sumitomo, INKA pada 2004 mengekspor 25 gerbong barang dan 224 blizzard center sills ke Bradken Rail, Australia.

mulai

INKA juga mengekspor dua komponen kereta kepada Kirrow (Jerman) dan satu Track Motor Car (TMC) kepada John Holland. Lalu pada 2005, kembali INKA mengekspor 260 blizzard center sills kepada Bradken Rail.

Tak ketinggalan negeri jiran, Singapura, juga membeli well wagon buatan PT INKA. INKA juga mengerjakan pemasangan kabel pada jalur KA di Singapura pesanan Land Transport Authority (LTA) Singapura.

Tahun 2006, INKA mengerjakan 370 kereta ekonomi dan eksekutif pesanan Republik Sudan di Afrika, negara tetangga Mesir.

KOMPAS/Eddy Hasby

Ruang interior kereta penumpang di pabrik PT INKA, kota Madiun, Jawa Timur, Kamis (18/10/2018).

KOMPAS/Eddy Hasby

Pekerja mengecat rangka dalam kereta penumpang di pabrik PT INKA.

Presiden Direktur PT INKA Budi Noviantoro menambahkan, tahun silam pihaknya juga mendapat permintaan dari Senegal untuk memasok rangkaian kereta yang melayani jalur antarnegara, yakni Senegal-Mali.

”Itu pasar tradisional produsen dari Perancis mengingat daerah tersebut adalah wilayah frankofon di Afrika. Namun, mereka mengajukan permintaan ke kita dan perundingan sedang berlangsung,” kata Budi.

Demi memajukan usaha, kerja sama terus dikembangkan, tidak saja dengan Jepang, Belgia dan Belanda, serta Amerika Serikat-Kanada, tetapi juga bersama Perancis, Inggris, Jerman, dan Swedia.

Adapun ekspor berulang yang ketiga kalinya disiapkan INKA untuk Bangladesh dengan membuat rangkaian untuk Ramhree Express yang melayani jalur kereta antarnegara dari ibu kota Dhaka ke kota Kolkatta di India. Pengiriman ketiga direncanakan awal tahun 2019 dan ada pesanan baru dari Filipina yang juga harus diselesaikan tahun 2019.

Selain itu, yang sedang diperjuangkan INKA adalah rencana ekspor kereta api ke Sri Lanka. Presdir INKA menceritakan, dukungan penuh Pemerintah Indonesia membuat pihaknya optimistis dan siap memenuhi permintaan Sri Lanka. Pesaing utama Indonesia dalam proyek di Sri Lanka adalah China.

Sementara dari percakapan dengan sejumlah sumber diplomatik Vietnam, negara tersebut juga sangat terbuka dan berharap Indonesia dapat mengajukan kerja sama bidang kereta api di Vietnam.

KOMPAS/Eddy Hasby

Pekerja tengah menyelesaikan pengerjaan atap kereta penumpang di pabrik PT INKA.

KOMPAS/Eddy Hasby

Pekerja melakukan pengerjaan pada bagian luar kereta penumpang di pabrik PT INKA.

Saat ini diperlukan waktu 31 jam untuk perjalanan kereta api dari Hanoi ke Ho Chi Minh dengan jalur tunggal. Pihak Vietnam sangat terbuka pada inisiatif Indonesia mengembangkan bisnis kereta api di negeri mereka.

Adapun Presdir PT INKA Budi Noviantoro mengatakan, pihaknya sedang menyelesaikan langkah akhir membangun fasilitas pendukung dan layanan kereta api melalui anak perusahaan di Thailand.

Posisi Thailand yang strategis sebagai persimpangan transportasi di daratan Asia Tenggara dan hubungan baik dengan Indonesia selama ini diyakini mampu menjamin pengembangan bisnis INKA di Asia Tenggara dan mengibarkan nama industri manufaktur transportasi Indonesia di kawasan dan dunia!

Kerabat Kerja

Penulis: Iwan Santosa | Fotografer: Eddy Hasby | Videografer: Eddy Hasby |Ilustrator: Novan Nugrahadi | Penyelaras Bahasa: Hibar Himawan | Desainer & Pengembang: Rafni Amanda, Elga Yuda Pranata | Produser: Dahono Fitrianto, Haryo Damardono, Prasetyo Eko Prihananto

Suka dengan tulisan yang Anda baca?

Nikmati tulisan lainnya dalam rubrik Tutur Visual di bawah ini.