KompasKonser Megadeth

Tak Ada yang Bisa Menghentikan

Megadeth, raksasa metal yang baru saja menerima Grammy Awards itu, sedang menggaungkan album "Dystopia" ke seluruh dunia. Minggu, 7 Mei 2017, mereka konser di Festival Hammersonic, Ancol, Jakarta.

MUSIM di New York pada 11 April 1983 itu segera berganti, begitu juga band Metallica. Sekitar pukul 10.00 pagi, Dave Mustaine dibangunkan anggota Metallica lainnya, James Hetfield, Lars Ulrich, dan Cliff Burton. Mereka memberi tahu keputusan yang mengganggu tidur Mustaine: ia bukan lagi anggota Metallica. Mustaine dipecat.

”Aku bilang, ’Tunggu dulu, tanpa peringatan, tanpa kesempatan kedua’?” kenang Mustaine yang kepalanya masih pengar kebanyakan minum. ”Mereka mengangkat bahu dan bilang, ’Tidak’.”

David Scott Mustaine—begitu nama panjang Dave—lahir pada 13 September 1961 di La Mesa, San Diego County, California. Ia adalah anak keempat, lelaki pertama, dari pasangan John dan Emily. Kedua orangtuanya bercerai ketika Mustaine berusia empat tahun. Setelah perceraian itu, Mustaine dan sekandungnya tinggal bareng sang ibu. John menjadi mantan suami yang menyebalkan. Ia selalu cari gara-gara. Supaya bebas dari gangguan, Emily mengajak anak-anaknya berpindah tempat tinggal di seantero California.

”Kami seperti keluarga dalam pelarian,” kata Mustaine seperti tertulis di buku Birth, School, Metallica, Death: Volume I susunan Paul Brannigan dan Ian Winwood.

Keretakan rumah tangga itu tak banyak berpengaruh pada masa sekolah Mustaine, malah ia bisa bergaul dan punya banyak teman karena punya bakat musik dan olahraga. Ketika Mustaine lulus SD, sang ibu menyisihkan sebagian upahnya sebagai pembantu rumah tangga untuk membeli gitar akustik untuk Mustaine. Ia pun asyik belajar sendiri akord dasar gitar.

Ketika Mustaine lulus SD, sang ibu menyisihkan sebagian upahnya sebagai pembantu rumah tangga untuk membeli gitar akustik untuk Mustaine

Selayaknya remaja yang baru belajar gitar, Mustaine bergabung di band bareng John Vorhees dan sepupunya, Mark Balli. Mereka membawakan lagu-lagu David Bowie, Kiss, dan Led Zeppelin di pesta-pesta barbeque halaman rumah. Rupanya, ia merasa gitar bisa memberinya popularitas di kalangan cewek-cewek.

”Ada cewek cakep yang nonton bareng temen-nya temen-ku. Begitu tahu aku bisa main gitar, cewek itu memutuskan cowoknya dan berpaling kepadaku. Wah, hanya karena aku bisa main gitar, aku bisa kencan. Asyik nih!” katanya.

Maka, Mustaine mulai melakoni rock ’n roll dan seks. Tak butuh waktu lama bagi dia merambah satu lagi kebengalan ala anak muda California era 1970-an: obat-obatan.

Mustaine pertama kali teler pada umur 13 tahun. Dua tahun kemudian, dia berjualan ganja di rumah. Dari berjualan itu, Mustaine dapat uang, teman-teman baru, juga reputasi. Salah satu pelanggannya sering membayar dengan album rock dan metal kalau sedang bokek. Untuk pertama kali ia merasa hidupnya penting dan dihargai.

”Pokoknya rock ’n roll abis! Bayangkan, ada gitar di punggungku, ada belati di pinggang, dan ada seringai di wajahku. Itu saja sudah lebih dari cukup”, tulis Mustaine di buku otobiografi Mustaine: A Life in Metal.

Getty Images/Dave Etheridge-Barnes
Punggawa Megadeth, Dave Mustaine, saat tampil di Download Festival, 10 Juni 2005 di Donington Park, Inggris.

Sombongnya Minta Ampun

”KESAN pertamaku tentang dia: anak ini sombongnya bukan main,” kata Ron McGovney kepada Rock Entertainment TV. Ron adalah pemain bas pertama Metallica. Dialah yang menerima telepon dari Mustaine sewaktu melamar jadi pemain gitar band asal California itu. Sebelumnya, Lars Ulrich memang memasang iklan mencari gitaris di koran lokal.

”Di telepon dia bilang begini, ’Aku mungkin adalah gitaris terbaik yang kalian pernah dengar’. Oke, wow. Aku bilang kepada James dan Lars untuk menjajal si besar kepala ini,” lanjut Ron.

Mustaine akhirnya datang ke markas anak-anak Metallica itu. ”Begitu gitarnya tersambung, dia pemanasan dulu. Gila, belum main saja sudah keren banget!” ujar Ron.

Lars tipikal dedengkot (mastermind), James jago bikin riff, dan Mustaine bintangnya

”Rencananya, di audisi itu kami memainkan lagu demo ’Hit The Lights’. Aku pemanasan dulu dengan gitarku. Tiba-tiba mereka keluar ruangan, kasar banget. Aku teriak ke James, ’Hey, jadi audisi, nggak?!’. Dia jawab, ’Nggak perlu. Kamu diterima’,” kata Mustaine tentang peristiwa di tahun 1982 itu.

Ron mengenang, ikatan antara James, Lars, dan Mustaine cepat terbangun. Mereka kompak, sering jalan bareng, nonton band di banyak gigs, dan berpesta setelahnya. Menurut Ron, Lars tipikal dedengkot (mastermind), James jago bikin riff, dan Mustaine bintangnya. Ron sendiri didepak dari band beberapa bulan setelah Mustaine gabung. Posisinya digantikan Cliff Burton.

Mustaine berkontribusi dalam penulisan dua lagu Metallica, ”Jump in the Fire” dan ”The Mechanix” yang masuk demo awal mereka. Demo berbentuk kaset itu beredar di kalangan anak metal Bay Area, radio underground, juga diulas di zine. Metallica mulai dapat jadwal panggung rutin.

Musik mereka cepat dan agresif. Mereka juga sama-sama doyan minum. Hasrat untuk minum itu disebut-sebut melebihi hasrat apa pun. ”Kalau habis minum, James dan Lars berlaku kekanak-kanakan, konyol. Kalau aku justru bisa melampiaskan amarah,” ujar Mustaine.

Akhir Kemesraan

PERBEDAAN perilaku itulah yang kelak memicu perselisihan. Menurut Ron, Mustaine, dengan rasa percaya diri berlebihan, cenderung ingin mendominasi band. Cuap-cuap di pentas awal mereka Mustaine yang ambil alih, bukannya James si vokalis yang waktu itu masih sering kikuk.

Urusan kecil bisa berujung adu jotos. James pernah mengusir anjing peliharaan Mustaine yang diajak ke tempat latihan di rumah Ron lantaran anjing pitbull itu mencakar-cakar mobil Ron. James mengusirnya pakai kaki. Mustaine, agak teler, nggak terima dan menonjok James. Ron, teman lama James, memisahkan perkelahian itu.

Kompas/Yuniadhi Agung
Dave Mustanie, gitaris dan vokalis grup musik asal Amerika Serikat yang beraliran heavy metal Megadeth beraksi dalam konser di Tennis Outdoor stadion Jakarta, Kamis (25/10/2007).

”Pulang sana. Kamu dipecat!” umpat James kepada Mustaine. Sang gitaris itu manut, tapi bersungut-sungut. Keesokan harinya mereka rujuk. Namun, keakraban mereka sudah berkurang kadarnya.

Kekesalan Metallica memuncak ketika mereka menjalani tur ke New York pada April 1983. Mereka menempuh jalan darat dari San Francisco hampir seminggu lamanya. Pada suatu ketika, Mustaine menyetir, dan lagi-lagi mabuk, membuat mobil mereka selip di atas aspal berlapis salju.

”Tak ada yang cedera, sih. Tapi kesalahan itu ditumpahkan semuanya kepadaku karena aku yang kebetulan nyetir. Aku merasa dikucilkan sepanjang sisa perjalanan,” ucap Mustaine.

Bersama Metallica, Mustaine main dua kali di New York, yaitu di Paramount Theater pada 8 April dan malam berikutnya di L’Amour Club. Dua pertunjukan itu disertai band Vandenberg and The Rods. Mustaine lagi-lagi berulah. Ketika Vandenberg cek sound, gitaris pirang ini meledek dan mengusir band itu agar segera turun panggung. Ulah memalukan ini bikin kesal anggota Metallica lainnya.

Kemudian, pada 11 April pagi, terjadilah pemecatan itu. Lars meminta Mustaine pulang kampung ke Los Angeles. Mereka telah membelikan Mustaine karcis, bukan pesawat, tapi bus Greyhound yang berangkatnya tinggal satu jam lagi. James mengantar Mustaine ke terminal. Kedua seteru itu berangkulan. James menitikkan air mata dan berharap Mustaine baik-baik saja.

Mustaine makin gusar karena ia baru sadar tidak ada uang di sakunya. Selama empat hari itu ia dibayari makan dan minum oleh penumpang lain. Pada saat hampir bersamaan, pengganti Mustaine di Metallica, Kirk Hammett, sedang di pesawat dari San Francisco menuju New York.

Babakan Mustaine di Metallica pun usai. Band ini kelak jadi raksasa thrash metal, sampai sekarang. Di sisi lain, Mustaine membikin band sendiri, yang ia pikirkan saat berada di dalam bus antarkota itu.

Dongkol karena ditendang dari band yang sebentar lagi rekaman album perdana itu, Mustaine bertekad membuat band tandingan. Apa pun yang Metallica lakukan, band baru ini harus lebih: lebih cepat, lebih agresif, lebih berteknik. Saking ngebet-nya, Mustaine menulis lirik lagu pada pamflet bekas saat di bus.

Setiba di Los Angeles, Mustaine kembali tinggal bareng ibunya. Ia tak buang waktu menuntaskan ambisinya bikin band yang lebih hebat. Teman-temannya yang ia kenal bisa main musik ia kumpulkan. Kumpulan itu diberi nama Fallen Angels, pilihan nama yang terlalu lembek dibandingkan ambisi besar mengungguli Metalllica.

Setelah beberapa kali mencari personel paling pas, Mustaine akhirnya bertemu dengan David Ellefson, tetangga satu apartemen. Perkenalan itu cukup ajaib. Mustaine mengetuk pintu apartemen Ellefson karena terusik dengan musik yang terlalu keras. Mereka belum berkenalan. Untuk mendinginkan suasana, Ellefson membawa bir ke unit Mustaine. Mereka lalu mengobrol soal musik semalaman dan memutuskan nge-band bareng.

Mustaine waktu itu belum yakin pada kemampuan bernyanyinya. Makanya ia mengajak Lor Kane untuk jadi vokalis, tapi tak lama. Jejak terbesar Lor adalah usulan nama ”Megadeth” yang ia lihat dari lirik lagu karangan Mustaine. Pada 1983, lahirlah band idaman Mustaine: Megadeth.

Bukan urusanku kalau mereka pakai heroin, tapi jangan curi dan jual alat milik band

Band itu mulai sering manggung di seantero Los Angeles. Corak thrash metal yang mereka usung sedang meledak di daerah itu. Makanya, mereka mulai dapat penggemar. Setahun kemudian, Megadeth mendapat kontrak rekaman dengan label independen, Combat Records. Label itu mengongkosi rekaman mereka seharga 8.000 dollar AS, yang kelak membengkak jadi 12.000 dollar AS.

Sesi rekaman itu diisi oleh pemain drum ketiga mereka, Gar Samuelson. Gar adalah drumer yang terbiasa main jazz. Tekniknya dianggap amat mumpuni. Gar, Mustaine, Ellefson, dan Chris Poland adalah formasi Megadeth yang tercatat dalam debut album Killing is My Business… And Business is Good! pada 1985.

Dengan album yang mulai terjual, Megadeth menjalani tur sepanjang tahun itu dan pernah membuka konser band pionir speed metal Exciter. Setelah tur selesai, mereka langsung masuk studio lagi untuk menyusun album berikut. Mustaine menawarkan bandnya kepada label besar Capitol Records. Perusahaan itu setuju dan bersedia membayar kompensasi kontrak kepada Combat Records.

Album kedua yang berjudul Peace Sells… But Who’s Buying? keluar pada September 1986. Capitol Records mengadakan promosi dan distribusi yang amat gencar dan hanya bisa dilakukan oleh perusahaan besar. Albumnya laris dan masuk daftar Billboard 200, bareng Master of Puppets dari Metallica dan Reign in Blood dari Slayer.

Megadeth, Metallica, Slayer, dan menyusul kemudian Anthrax mulai sering disebut-sebut sebagai ”The Big 4” kancah thrash metal. Pendengar mereka banyak dan konser serta albumnya tak henti diburu anak-anak metal.

Album kedua ini membawa Megadeth menjalani tur yang lebih panjang. Awal 1987, mereka dijadwalkan jalan bareng Motorhead, tetapi beberapa jadwal terakhir batal akibat perselisihan manajemen. Megadeth lantas diajak jalan dengan Alice Cooper.

Kompas/Dahono Fitrianto
Grup band metal Megadeth formasi 2007, dari kiri: Dave Mustaine (gitar, vokal), James Lomenzo (bas), Shawn Drover (drum), dan Glen Drover (gitar).

Selama perjalanan dengan Alice Cooper itulah, Megadeth merombak lagi personelnya. Chris Poland dan Gar Samuelson didepak karena kecanduan heroin. Permainan Gar amat payah kalau sedang mabuk sehingga ia digantikan oleh teknisinya, Chuck Behler, sedangkan Poland diam-diam menjual instrumen band untuk membeli heroin.

”Bukan urusanku kalau mereka pakai heroin, tapi jangan curi dan jual alat milik band,” kata Mustaine kepada Loudwire. Posisi gitar yang lowong diisi Jeff Young, sarjana musik dari Musician Institute. Formasi ini menghasilkan album ketiga So Far, So Good… So What! pada 1988.

Popularitas mereka makin berkilau. Mereka diajak tur band tenar di kancah metal. Megadeth jadi pembuka Dio untuk tur Eropa dan Iron Maiden di AS. Mereka juga main di festival besar dengan catatan penonton terbanyak 100.000 orang di Monsters of Rock di Inggris. Namun, narkotika makin membayangi kesuksesan ini.

Sejumlah jadwal selama tur—kini mereka mulai merambah Australia—terpaksa batal. Behler dan Ellefson kecanduan berat. Mustaine memberhentikan Young karena ia curiga gitaris ini ada main dengan pacarnya. Mustaine sendiri masuk penjara karena menyetir ketika teler. Ia diwajibkan ikut program rehabilitasi.

Mustaine keluar dari rehabilitasi dengan kepala bersih. Ia dipertemukan dengan gitaris Marty Friedman dan langsung masuk studio. Semua personel sedang dalam kondisi waras. Mereka merampungkan album anyar Rust in Peace yang beredar pada September 1990 di bawah produser Mike Clink yang baru saja dielu-elukan kejeliannya pada album spektakuler Guns N’ Roses, Appetite for Destruction.

Menuai Hasil

RUST in Peace seperti memberikan cetak biru Megadeth. Mereka memainkan thrash metal yang agresif dengan beraneka riff gitar, tanpa mengabaikan permainan melodi gitar berteknik tinggi. Album-album mereka bisa disukai anak-anak bengal, tapi juga bisa dinikmati gitaris sekolahan. Mereka mendapat nominasi pertama Grammy Awards untuk pencapaian musikalitas itu.

Formasi Mustaine, Ellefson, Friedman, dan drumer Nick Menza awet sampai 1998. Inilah formasi klasik Megadeth. Selama dekade ini, muncul album-album paling favorit fans mereka, yaitu Countdown to Extinction (1992), Youthanasia (1994), dan Cryptic Writings (1997).

”Album Countdown kami garap amat teliti. Sebelumnya kami baru tur panjang bareng band thrash metal Slayer dan Anthrax. Kami merasa, kami mampu bikin aransemen yang lebih rumit melampaui kebanyakan band thrash metal,” ungkap Ellefson kepada GearGods.net.

Kami merasa, kami mampu bikin aransemen yang lebih rumit melampaui kebanyakan band thrash metal.

Pemain bas itu menjabarkan, Countdown dikerjakan dalam dua termin; satu di sela-sela tur, lantas di studio setelah tur rampung. Proses di studio itulah yang menurut Ellefson melahirkan lagu rumit macam ”Sweating Bullets”, ”Captive Honor”, dan ”Symphony of Destruction”. ”Kami menganalisis setiap nada: kenapa pakai nada itu, kenapa ada di bagian ini, kenapa dimainkan begitu. Detail banget,” lanjut Ellefson, yang belakangan ini jadi pendeta.

Pada masa ini, lagu mereka juga sering masuk televisi. Music Television alias MTV masih amat berpengaruh. Selama 1990-1997, tujuh lagu mereka masuk nominasi best metal performance di ajang Grammy.

Di luar urusan estetika musik, Megadeth berhasil menjaring banyak penggemar lewat internet. Pada 1994, Capitol Records membuatkan situs bertajuk Megadeth, Arizona—merujuk pada markas band saat itu. Jadilah situs internet pertama milik band berasal dari arena musik metal, bukan pop.

”Kampanye band waktu itu cukup di koran, radio, dan televisi. Itu sudah bisa menghasilkan jutaan dollar,” kata Robin Sloan Bechtel, yang bertanggung jawab mengurusi promosi band di Capitol Records. Ia sedang bersiap mempromosikan album Youthanasia. Ia terperangah dengan keajaiban internet, cocok dengan Mustaine dan Ellefson yang menyukai teknologi komputer.

Kompas/Yuniadhi Agung
Grup musik asal Amerika Serikat yang beraliran heavy metal, Megadeth, menggelar konser di Tennis Outdoor Stadion, Jakarta, Kamis (25/7/2007).

Situs internet itu akhirnya mendapat pujian di kalangan pemasaran digital dan teknologi informatika. Imbasnya, ulasan tentang Megadeth di media utama, terutama koran, tak melulu soal karya musik, tapi juga strategi pemasaran.

Penggemar dari berbagai belahan dunia juga bisa bertemu di fitur obrolan maya. ”Megadeth ikut membentuk pola perilaku interaksi media sosial masa kini”, tulis Robin di situs pribadinya. Imbasnya, album Youthanasia laris 143.000 keping di pekan pertama peluncurannya, November 1994, mengungguli dua album sebelumnya.

Megadeth telah menjelma menjadi raksasa metal. Musuh abadi Mustaine, Metallica, sedang seret ide setelah kegemilangan The Black Album (1991) dan diikuti Load (1996) dan Reload (1997) yang kurang ugal-ugalan untuk ukuran thrash metal. Seringai Mustaine makin lebar.

”Aku keluar dari band dan menjajaki area lain di bisnis musik tanpa harus main instrumen (gitar),” kata Mustaine pada Januari 2002, seperti dilansir Billboard. Megadeth, yang saat itu diawaki Mustaine, Ellefson, Al Pitrelli, dan Jimmy DeGrasso, mengakhiri perjalanannya.

Mustaine tengah bergulat dengan penyakit saraf pada tangan kirinya. Ia tidak bisa main gitar. Hubungannya dengan personel Megadeth lain sedang memburuk, termasuk dengan partner abadinya, Ellefson. Sebelumnya, Megadeth hengkang dari label Capitol.

”Aku sedih mendengar pernyataan Dave itu. Tapi bersyukur juga karena baru menuntaskan tur yang hebat dan mengembalikan pamor Megadeth,” kata Ellefson. Ia juga memutuskan mundur dari band, sementara Pitrelli kembali ke band lamanya, Savatage.

Getty Images/Jo Hale
Dua punggawa Megadeth, Dave Mustaine dan Glen Drover, tengah tampil di panggung utama hari pertama Download Festival di Donington Park, Castle Donington, 10 Juni 2005 di Leicestershire, Inggris.

Selama setahun penuh Mustaine menjalani perawatan intensif dan perlahan memulih. Megadeth rupanya masih punya utang kontrak mengeluarkan album. Akhirnya Megadeth menghasilkan The System Has Failed pada 2004. Album itu membawa Mustaine tur dunia lagi. Kali ini, hanya ia seorang personel aslinya.

Penerimaan yang baik atas album itu mendorong Mustaine merancang tur bernama Gigantour. Bersama personel anyar, Mustaine terbang lebih jauh, mendatangi negara-negara yang jarang tersentuh konser metal, seperti India, Dubai, Arab Saudi, juga Indonesia. Melanglang buana adalah kebiasaan yang mereka bangun sejak lama.

Sosiolog Keith Hahn-Harris menyebutkan, Megadeth, bersama rombongan thrash metal dari AS yang besar pada dekade 1990-an, menyuburkan bentuk musik metal ekstrem ke penjuru dunia.

”Pertumbuhan komunitas metal didorong oleh beberapa band yang berada di antara ranah heavy metal dan extreme metal. Komunitas extreme metal di Inggris, misalnya, membesar setelah menyaksikan tur Clash of The Titans yang menampilkan Slayer dan Megadeth. Komunitas metal di negara ’terpinggirkan’ juga tumbuh karena band ini bertandang ke sana, misalnya Israel”, tulis Harris di buku Extreme Metal: Music and Culture on the Edge.

Grammy Pertama

MESIN Megadeth terus memanas hingga album Dystopia keluar pada Januari 2016. Album ini kembali menghadirkan David Ellefson, yang sebelumnya mundur di awal dekade 2000-an. Mustaine juga ditemani Kiko Loureiro dari Angra di gitar melodi. Chris Adler dari Lamb of God duduk di balik drum meskipun hanya untuk rekaman. Chris digantikan Dirk Verbeuren sebagai drumer tetap Megadeth.

Dengan formasi itu, majalah Rolling Stone menyebut Megadeth terlahir kembali. Raksasa thrash metal itu menunjukkan bentuk terbaiknya: kocokan gitar yang padat dengan melodi rumit. Dengan geraman yang khas, Mustaine menuding dunia sebagai ”one spinning disaster” pada lagu ”Post-American World”. Ia masih sinis seperti sediakala.

Berkat Dystopia, Megadeth menggenggam piala Grammy pertama mereka setelah 12 kali masuk nominasi, tapi tak pernah menang

”Fantastis! Ternyata butuh 12 kali (nominasi) untuk dapat piala ini,” ujar Mustaine pada pidato penerimaan piala Grammy, Februari lalu. Berkat Dystopia, Megadeth menggenggam piala Grammy pertama mereka setelah 12 kali masuk nominasi, tapi tak pernah menang.

Mustaine akan menutup gempita Dystopia dan ingar-bingar penghargaan Grammy hingga akhir tahun ini. Mereka menjalani tur dunia sejak tahun lalu untuk menggaungkan album bagus itu, termasuk kembali ke Indonesia. Setelahnya, tentu rekaman lagi.

Lewat Twitter, Mustaine mengisyaratkan masa depan Megadeth. Ia merencanakan Megadeth membuat dua album lagi dan menjalani tur setidaknya selama enam tahun ke depan. ”Aku nggak mau gonta-ganti lagi. Susunan anggota band ini harus bertahan sampai akhir…,” ujar Mustaine.

Diskografi

Killing is My Business… And Business is Good! (1985)

Ini adalah album pertama studio Megadeth yang dirilis 12 Juni 1985 oleh label independen Combat Records. Album itu mengekspolarasi soal kematian, kekerasan, dan hal-hal yang gaib. Album ini mendapat ulasan yang bagus.

Peace Sells… But Who’s Buying? (1986)

Ini adalah album masterpiece thrash metal yang menggabungkan kesadaran politik anak-anak muda yang agresif dengan pandangan dunia yang gelap, dan mengancam. Sebuah pandangan terhadap dunia yang khas oleh band heavy metal. Album yang dirilis 1986 ini menjadi salah satu album paling thrash paling kuat di era itu.

So Far, So Good… So What! (1988)

Rust in Peace (1990)

Countdown to Extinction (1992)

Ini adalah studio ke-5 Megadeth yang memamerkan komposisi panjang, progresif, dengan lirik-lirik yang padat, namun cocok diperdengarkan di radio dan MTV. Album bertahun 1992 itu mendapat sambutan positif dari kritikus musik dan sukses bertengger di urutan 2 dalam daftar Billboard 200. Posisi tertinggi yang pernah dicapai Megadeth.

Youthanasia (1994)

Youthanasia menandai evolusi Megadeth yang terus berlanjut. Mengikuti langkah album sebelumnya, Countdown To Extinction, Youthanasia memamerkan sound yang lebih rapat dan melodik dibandingkan album-album Megadeth sebelumnya. Lagu-lagunya jempolan dan sound-nya terdengar sebening kristal. Secara keseluruhan album ini menjadi bagian integral dari katalog Megadeth yang sukses. Album ini menempati posisi ke-4 dalam tangga lagu U.S. Billboard dan mendapatkan Platinum pada 1995.

Cryptic Writings (1997)

Risk (1999)

The World Needs a Hero (2001)

The System Has Failed (2004)

United Abominations (2007)

That One Night: Live in Buenos Aires (LIVE 2007)

Ini adalah album live Megadeth yang dirilis dalam bentuk CD dan DVD. Album ini direkam dalam konser di Obras Stadium pada 9 Oktober 2015 yang ditonton 25.000 pengemar fanatik Megadeth.

Endgame (2009)

Album ini direkam di studio sendiri, Vic's Garage, dekat San Diego, dan dirilis pada 2009. Album ini memamerkan teknik tingkat tinggi dan musik ganas yang identik dengan Megadeth. Endgame sekaligus memperlihatkan bagaimana otak Megadeth, Dave Mustaine, sekali lagi kembali ke akarnya. Hasilnya, Dave berhasil membuat album spektakuler yang masuk dalam daftar album terbaik dalam katalog Megadeth. Tidak hanya itu, album ini dinilai sebagai salah satu album paling bagus yang bisa ditawarkan musik metal saat ini.

Thirteen (2011)

Super Collider (2013)

Dystopia (2016)

Dystopia adalah album studio ke-15 Megadeth yang dirilis 22 Januari 2016. Namun, single pertama dalam album ini "Fatal Illusion" dirilis lebih dulu dalam bentuk digital pada 2 Oktober 2015. Dystopia merupakan salah satu album terpenting Megadeth. Lewat lagu “Dystopia”, Megadeth menerima Grammy Awards pertamanya untuk kategori Best Metal Performance Februari 2017. Perlu 12 kali nominasi Grammy, sebelum Megadeth benar-benar menggenggam trofi bergengsi itu.

Kerabat Kerja

Produser: Budi Suwarna, Prasetyo Eko Prihananto | Penulis: Herlambang Jaluardi | Fotografer: Yuniadhi Agung, Dahono Fitrianto | Penyelaras Bahasa: Priskilia Bintang Cornelia Sitompul | Desainer & Pengembang: Elga Yuda Pranata, Yosep Wihelmus Nabu

Suka dengan tulisan yang Anda baca?

Nikmati tulisan lainnya dalam rubrik Tutur Visual di bawah ini.