Invasi Kedua
”Negeri Tirai Bambu”

Jejak-jejak pengembangan sayap industri otomotif China mulai nyata di depan mata. Perspektif baru dalam memandang kehadiran mobil China yang dirakit di Tanah Air sedang ditorehkan. Inilah gelombang kedua ”invasi” industri otomotif ”Negeri Tirai Bambu” itu.

Beberapa bulan terakhir, konsumen otomotif ”dipaksa” menoleh pada produk baru yang tiba-tiba hadir dari China. Di tengah dominasi industri otomotif Eropa, Amerika, Korea, dan tentu saja Jepang di dalam negeri, industri otomotif China mulai unjuk gigi.

Citra ”pedagang” yang datang dan pergi dirombak. Kemudahan investasi meyakinkan industri China untuk serius menggarap pasar Indonesia.

PT SAIC-GM-Wuling Automobile Company Limited (SGMW) Motors Indonesia bahkan langsung menanam uang. Tanpa ragu, mereka menginvestasikan lebih dari 700 juta dollar AS atau hampir Rp 9 triliun. Awal Agustus 2017, dari pabrik Wuling di Cikarang hadirlah Wuling Confero.

Hanya dalam enam bulan, pasar nasional kembali digebrak dengan kehadiran medium MPV, Wuling Cortez. Wuling Cortez bahkan dikatakan menandingi Toyota Kijang Innova di antaranya dengan transmisi i-AMT (intelligent automated mechanical transmission).

Auto LED Headlamp

Electric Power Steering

Pengatur Kursi Elektrik

Ban 205/55 R16, alloy Wheel with machining, rem cakram dengan ABS/EBD/EBA

Wuling
Cortez

Klik mobil untuk melihat detail

Dalam hitungan bulan, merek lain asal China kembali mencuri perhatian. Dong Feng-Sokon (DFSK) meresmikan pabrik pertama mereka di Kompleks Industri Modern di Cikande, Serang, Banten, pada November 2017.

Proses produksi dibuat dalam kawasan pabrik seluas 20 hektar, mulai dari pencetakan pelat baja (stamping), pengelasan (welding), pengecatan (painting), hingga perakitan (assembling) final. DFSK sudah memproduksi dua model mobil, yakni DFSK Glory 580 berbentuk SUV dan DFSK Supercab berbentuk mobil niaga pikap, dalam pabrik dengan kapasitas terpasang 50.000 unit per tahun.

Menurut Liu Tianxing, Direktur Manufaktur PT Sokonindo Automobile, pabrik ini akan menjadi basis produksi mobil-mobil DFSK versi setir kanan (di negara asalnya, mobil itu bersetir kiri) tidak hanya untuk pasar Indonesia, tetapi juga untuk seluruh ASEAN.

LED DRL, Height Adjustable Headlamp

Mesin SFG15T 4 Silinder 1.5L Turbo

Kamera Perekam
Lalu lintas

DFSK
Glory 580

Ban 225/60R17 Dilengkapi Tyre Pressure Monitoring System dan rem cakram dengan ABS/EBD/EBA

Klik mobil untuk melihat detail

Tak mudah memasuki pasar otomotif Indonesia. Selain kompetisi yang telah didominasi banyak pemain lama, industri otomotif China juga harus mengobati kekecewaan sebagian besar konsumen Tanah Air terhadap produk otomotif asal China yang sebelumnya telah masuk.

Diawali kemunculan berbagai merek sepeda motor asal China pada akhir periode 1990-an, ”invasi” pertama China berbuah kegagalan karena menggulingkan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas produk-produknya. Saat ini, kerja keras utama mereka adalah mengubah citra sebagai industri otomotif yang serius dan patut diperhitungkan.

Awal Agustus 2017, Wuling Confero diluncurkan. Mobil MPV dengan 7 tempat duduk dan mesin 1.500 cc, itu, menggebrak pasar dengan harga jual Rp 128,8 juta hingga Rp 165,9 juta (on the road Jakarta) atau jauh di bawah harga mobil-mobil MPV sekelasnya.

Saat Wuling Cortez diluncurkan enam bulan kemudian, lagi-lagi harga jualnya menimbulkan rasa tercengang. Dengan berbagai kelengkapan fitur yang seolah ”palugada” alias apa lu mau gua ada, Wuling Cortez hanya dibanderol Rp 218 juta hingga Rp 264 juta (on the road Jabodetabek). Padahal, Wuling Cortez disebut-sebut akan menandingi Toyota Kijang Innova.

Produk mobil China setelah itu, DFSK Glory 580, mulai bisa dipesan pada April 2018 ini, meski tanggal peluncurannya belum dipastikan. Harga SUV berkapasitas 7 tempat duduk ini rumornya di bawah Rp 300 juta!

Proses Produksi DFSK Glory 580

StampingDi workshop ini, lembaran-lembaran baja dipres dengan 4 mesin pres berbeda untuk berbentuk menjadi bagian-bagian bodi dasar mobil.

Pencetakan plat-plat baja menjadi bagian-bagian mobil yang diinginkan.

Pemotongan dan pelubangan plat baja berdasarkan cetakan dasar pertama.

Pengecekan kembali hasil stamping.

WeldingPotongan plat baja yang sudah dibentuk sesuai kebutuhan bagian mobil kemudian dilas satu sama lain membentuk bodi dasar mobil.

Proses pengelasan dilakukan secara robotik sehingga presisi dan rapi. Dan akan dicek kembali hingga benar-benar rapi.

PaintingKerangka bodi yang sudah disatukan pada proses welding kemudian dibawa ke bagian pengecatan.

Pengecatan dilakukan oleh robot dari segala arah dengan presisi yang sama sehingga menjadi rata dan rapi.

AssemblingBagian ini memiliki empat jalur yang saling tersambung satu sama lain sesuai urutan perakitan, dimulai dari Line Trimming, Line Chassis, Line Final, dan jalur pengetesan dan pengecekan.

Proses pemasangan seperti karet pada pintu, kursi, roda, pipa pengisian bahan bakar, hingga pencetakan nomor rangka.

Proses penyempurnaan seperti pemasangan kaca-kaca hingga pengecekan pertama pada baut-baut yang terpasang.

Proses pengecekan, salah satunya adalah pengecekan kebocoran air pada mobil yang dimasukkan ke sebuah terowongan yang menyemprotkan air bertekanan tinggi.

Jejak kehadiran mobil China pertama ke Tanah Air bisa dilacak hingga Sebelas tahun lalu. Kala itu, medio 2006, Kompas mengangkat laporan tentang mobil mungil Chery QQ. Saat itu, harga jual Chery QQ di Indonesia sekitar Rp 70 juta hingga Rp 80 juta, harga yang cukup murah untuk sebuah mobil perkotaan (city car) 11 tahun lampau.

Menurut Komisaris PT Indomobil Sukses International (ISI) Tbk Gunadi Sindhuwinata, Chery QQ masuk ke pasar Indonesia dengan menggandeng Indomobil pada akhir 2005. ”Mereka sanggup memproduksi cetakan-cetakan yang menjadi cikal bakal industri komponen otomotif secara lengkap.

Ini merupakan modal besar untuk memproduksi mobil dengan tingkat komponen dalam negeri yang sangat tinggi,” ujar Gunadi, yang kala itu menjabat Presiden Direktur PT ISI.

Saat itu, pengusaha Indonesia sangat hati-hati memasukkan mobil China ke Tanah Air. Merek China sempat rusak akibat kehadiran sepeda-sepeda motor China pada akhir 1990-an yang sebagian besar adalah jiplakan sepeda motor buatan merek Jepang. Menurut Gunadi, rusaknya merek otomotif China dipicu ulah orang-orang yang hanya mau berjualan saja tanpa membangun basis industri otomotif yang serius.

Kerabat Kerja

Penulis

Dahono Fitrianto

Stefanus Osa Triyatna

Penyelaras Bahasa

Lucia Dwi Puspita Sari

Panorama 360

Arjendro Darpito

Grafis Desainer

Dicky Indratno

Gunawan Kartapranata

Web Desainer

Deny Ramanda

Produser

Pandu Lazuardy

Haryo Damardono

Bab Selanjutnya