Meresapi Keselarasan dalam Borobudur Marathon
Meresapi Keselarasan
dalam
Borobudur Marathon

Borobudur Marathon bukan sekadar ajang lari. Acara itu menjadi perayaan bersama. Entah mereka berlari untuk mengejar prestasi, berikhtiar mengalahkan diri sendiri, atau sekadar senang-senang belaka, mereka semua meresapi keselarasan di Borobudur.

Tidak hanya pelari yang berkesempatan mereguk energi positif dari lari di sekitar kawasan Candi Borobudur. Namun keluarga mereka yang mendampingi para pelari pun menyatu dengan Borobudur.

Borobudur Marathon 2018 singkat kata adalah sebuah perayaan yang menyatukan semua kalangan. Mulai dari pelari hingga warga sekitar, termasuk pelaku usaha kecil. Potret kesatuan yang tumbuh dalam keselarasan.

Ardi Cahyanto (37) misalnya, usai lari langsung lahap menyantap sop empal khas Muntilan bersama Monica (34), istrinya. Mereka berteduh di bawah rindang pohon ketapang di area Race Village Borobudur Marathon 2018 Powered by Bank Jateng, Minggu (18/11/2018). Di dekat mereka, Kafka (6 bulan), tertidur pulas dalam kereta bayi.

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Para peserta mengikuti Friendship Run di sekitar kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (17/11/2018). Kegiatan lari yang diikuti warga sekitar ini merupakan rangkaian Borobudur Marathon 2018.

”Ini lari sekaligus rekreasi. Yang lari saya saja. Istri tadi nunggu di area finis bersama anak. Dari awal sudah direncanakan mau bawa keluarga ke Borobudur Marathon,” ujar Ardi dari Kota Malang, Jawa Timur.

Ardi yang mengikuti kategori half marathon sengaja menghabiskan waktu selama empat hari di Magelang. Mereka menginap di salah satu homestay di kawasan Punthuk Setumbu.

Sementara dokter Angan Nicholas (26), pelari asal Medan, Sumatera Utara, sengaja datang ke Magelang, Jawa Tengah dengan 15 teman dari komunitas Banana Indonesia Runners. ”Saya baru pertama kali ke Borobudur. Warganya ramah dan antusias menyambut para pelari,” ujarnya.

Nicholas pun berlibur selama 9 hari menikmati tempat wisata di Magelang dan Yogyakarta. Nicholas menganggarkan jutaan rupiah untuk Borobudur Marathon dan selama berlibur.

Ada banyak pertunjukan seni. Saya bahkan beberapa kali berhenti untuk memotret atau merekam pertunjukan kesenian tersebut

Adapun bagi Wojciech Machnik (41) asal Polandia, Borobudur Marathon 2018 adalah lomba lari unik. “Ada banyak pertunjukan seni. Saya bahkan beberapa kali berhenti untuk memotret atau merekam pertunjukan kesenian tersebut,” ujarnya.

Pengalaman menyenangkan juga dialami Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, yang ikut berlari di kategori 10K bersama istrinya, Siti Atiqoh. ”Pas di pengkolan, saya sempat berhenti, langsung disambut warga, ’Pak Ganjar berhenti dulu. Saya ambilin jambu, ya.’ Lalu pemilik rumah naik ke pohon jambu, jambunya dibagi,” katanya.

Ganjar juga melihat warga menyajikan tempe goreng. ”Ada yang goreng tempe, lalu menyediakan tempenya di halaman untuk para pelari dan itu gratis. Lha, ini bagaimana, orang lari, kok, dikasih tempe goreng. Ya, enggak apa-apa, kan, habis makan tempe terus lari lagi,” kata Gubernur Jateng itu.

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Partisipasi warga dengan menyediakan hidangan dan minuman kepada para peserta Borobudur Marathon 2018 di Kalinegoro, Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (18/11/2018). Borobudur Marathon 2018 diikuti 9.672 peserta yang terbagi dalam tiga kategori yaitu marathon (2.883 peserta), half marathon (3.888), dan 10K (2.901).

Sambutan hangat

Namun, bukan hanya kuliner yang memanjakan pelari. Selain sapaan ramah warga yang tulus menyemangati melalui sorak-sorai di sepanjang lintasan, para pelari juga disambut pesta meriah di area panggung utama. Sekitar pukul 07.00, saat sebagian pelari kategori 10K memasuki garis finis. Pertunjukan seni mulai digelar.

Salah satunya, tari soreng dari kelompok seni Komunitas Lima Gunung. Tari yang diperankan para pria dengan busana ala prajurit keraton ini mengembalikan semangat para pelari yang kelelahan. Tari ini berkembang di area kaki Gunung Andong, Merbabu, Merapi, Telomoyo, dan Sumbing.

Menjelang siang, selain berburu kuliner, pelari mulai mengerumuni panggung utama. Setelah berjingkrak menarikan zumba bersama, mereka didinginkan dengan lantunan vokal lembut Monita Tahalea. Walau cuaca mulai terik, para pelari bertahan duduk di hamparan rumput, terhanyut suara Monita yang mendayu.

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Peserta Borobudur Marathon 2018 menikmati sambutan yang dilakukan murid-murid SDN Wanurejo, Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (18/11/2018). Borobudur Marathon 2018 diikuti 9.672.

Satu penampil yang paling semarak adalah kelompok penyanyi Sahita. Empat perempuan berusia paruh baya tersebut mampu mengajak para pelari bergoyang. Walau tidak muda lagi, gerak mereka rancak dan lucu. Para personelnya tak segan turun panggung, bergoyang sambil membanyol di tengah para pelari. Tak ada sekat di antara pelari dan penampil. Semuanya larut dalam pesta.

”Wah, Borobudur Marathon betul-betul ajang lari yang membumi. Saya terharu, saat di salah satu jalur hampir menyerah, ada warga membawakan teh manis yang dibuatnya sendiri. Habis lari, kami dihibur dan bergembira bersama. Tahun depan pokoknya saya harus ikut lagi,” kata Chandra (31), pelari dari Lampung yang baru pertama kali mengikuti Borobudur Marathon.

Tentu saja, lomba adalah sebuah lomba. Banyak yang lari sebagai upaya mengolah tubuh hingga sekadar berekreasi. Walau tidak sedikit pula yang mencoba “mengalahkan” diri sendiri hingga mengejar prestasi.

Rute Borobudur Marathon
Berlatih keras

Menjadi juara dalam perlombaan lari jelas tidak didapat lewat keberuntungan. Untuk menjadi yang terbaik, atlet harus menempuh proses panjang yang melelahkan. Semua pelari yang menjadi juara dalam Borobudur Marathon 2018 powered by Bank Jateng melakukan persiapan matang. Mereka berlatih keras untuk menjadi pelari pertama yang mencapai garis finis.

Juara maraton (42,195 kilometer) putra Geoffrey Birgen (33), misalnya. Pelari asal Kenya itu juara pada kesempatan kedua mengikuti Borobudur Marathon. Tahun lalu ia hanya di urutan kelima dengan catatan waktu 2 jam 28 menit 28 detik. Ia mengaku saat itu sangat kecewa.

Birgen pun berlatih keras setahun terakhir. Ia mengaku berlatih setiap hari bersama saudara laki-laki dan pelatihnya. Latihan dilakukan dua kali, sekitar 80-90 menit pada pagi hari dan 10 kilometer pada sore hari. ”Latihan saya berjalan baik karena mengikuti program yang diberikan pelatih,” ujar Birgen, yang memiliki waktu terbaik 2 jam 10 menit.

Akhirnya, Birgen memenuhi targetnya menjadi juara pada Borobudur Marathon 2018 dengan waktu 2 jam 20 menit 10 detik.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Jaguar F-Pace yang menjadi mobil official lead car dalam ajang Borobudur Marathon di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (17/11/2018).

Birgen mengaku tidak banyak ikut lomba. Ia hanya memilih lomba yang berpotensi membuatnya juara. ”Saya hanya ikut dua sampai lima lomba setahun. Saya tidak berkompetisi terlalu banyak karena saya ikut lomba dengan target tertentu,” katanya.

Latihan keras juga dijalani juara 10K putra kategori tertutup, Atjong Tio Purwanto (27). Sebelum menjadi juara di Borobudur Marathon 2018, ia memecahkan rekor nasional lari halang rintang 3.000 meter dengan waktu 8 menit 54,32 detik pada Asian Games 2018.

Ia memecahkan rekor lama milik Muhammad Qurosi dengan 8 menit 55,91 detik pada SEA Games 2011. Atjong juga meraih emas lari halang rintang 3.000 meter SEA Games 2017 dengan waktu 9 menit 3,94 detik.

Menurut pelari kelahiran Malang, Jawa Timur, 17 Oktober 1991, itu, prestasinya tak datang begitu saja. Ia menjalani latihan panjang selama 10 tahun terakhir. Selain berlatih, dirinya menerapkan pola hidup sehat, antara lain asupan nutrisi yang baik dan istirahat yang cukup.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Peserta melakukan start gelaran Borobudur Marathon 2018 di Candi Borobudur, Kabupten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (18/11/2018). Borobudur Marathon menjadi salah satu agenda tahunan yang mampu menarik wisatawan dan menggerakkan perekonomian kawasan tersebut melalui ajang wisata olahraga.

Pemimpin Redaksi Harian Kompas Budiman Tanuredjo, hari Minggu lalu, mengatakan, salah satu kendala yang dikeluhkan sejumlah pelari pada Borobudur Marathon 2018 itu adalah faktor cuaca mengingat suhu mencapai 36 derajat. ”Itu menguras stamina,” ujarnya.

Budiman menjanjikan evaluasi menyeluruh akan dilakukan demi meningkatkan kualitas penyelenggaraan. Apalagi, ada mimpi untuk menempatkan Borobudur Marathon masuk dalam World Marathon Majors (WMM) setingkat dengan Boston Marathon maupun Tokyo Marathon.

Rute Borobudur Marathon sudah disertifikasi Asosiasi Maraton dan Lari Jarak Jauh Internasional (AIMS) sejak 2017 dan berlaku lima kali penyelenggaraan (hingga 2021).

Ganjar menambahkan, ”tiga tahun lagi, pada tahun 2021, kualitas penyelenggaraan Borobudur Marathon diharapkan sudah setara World Marathon Majors.”

Kurangnya penginapan

Pemprov Jateng juga akan mengevaluasi hasil penyelenggaraan Borobudur Marathon selama dua tahun terakhir. Mereka juga akan menganalisis kekurangan Borobudur Marathon Powered by Bank Jateng dengan melakukan survei dan membandingkan dengan penyelenggaraan Tokyo Marathon di Jepang. Kunjungan ke Jepang dijadwalkan Maret 2019.

Sejauh ini, kata Ganjar, hal yang banyak dikeluhkan pelari antara lain kurang memadainya hotel dan tempat menginap lainnya di kawasan Borobudur. Menyikapi masalah tersebut, Pemprov Jateng bersama Bank Jateng, akan berupaya mendorong warga setidaknya menyediakan satu kamar di rumahnya untuk dibenahi menjadi kamar atau tempat menginap berkelas internasional.

”Jika warga setuju dan merespons gagasan ini, Bank Jateng akan segera mendukung pendanaan untuk membangun kamar-kamar berkelas internasional tersebut,” ujar Ganjar.

Apapun Borobudur Marathon terbukti mampu memberikan rezeki tambahan bagi warga. Reggaena Ulfa, pemilik warung mi ongklok dari Kota Magelang, mengatakan, pendapatan yang diterima selama dua hari terbilang fantastis.

Dia membandingkan, kalau berjualan di warung, dia mendapatkan Rp 300.000 hingga Rp 500.000 per hari. Di akhir pekan, Sabtu dan Minggu, dia baru bisa mendapatkan Rp 2 juta hingga Rp 2,5 juta per hari. Sementara di acara ini, dari 200 porsi, dia mendapat Rp 4 juta.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Start Borobudur Marathon 2018 di Candi Borobudur, Kabupten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (18/11/2018). Borobudur Marathon menjadi salah satu agenda tahunan yang mampu menarik wisatawan dan menggerakkan perekonomian kawasan tersebut melalui ajang olahraga.

Penggerak ekonomi

Hal serupa diakui Siti Fatma, pengelola Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Bumiharjo, Kecamatan Borobudur, yang menyediakan nasi sayur jantung pisang dengan lauk tradisional. Baru buka sekitar empat jam, pukul 03.00-07.00, dia sudah mendapatkan Rp 900.000 dari penjualan 30 porsi.

Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Jateng Ema Rachmawati mengatakan, tersedianya sejumlah gerai UMKM di Borobudur Marathon menjadi hal positif sebab Jateng kaya akan kekhasan daerah yang perlu terus diperkenalkan. Terlebih, sekitar 73 persen peserta laro berasal dari luar Jateng.

Ema menyatakan, area rehat UMKM di Borobudur Marathon punya potensi untuk dikembangkan. ”Lari ini kan ada H-1 atau H-2. Akan sangat menarik jika yang terlibat nantinya seluruh kabupaten/kota di Jateng. Misalnya, pada H-1 ada pembukaan bazar dengan festival foodtruck atau lainnya,” ujar Ema.

Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno menyatakan komitmen menjadikan ajang Borobudur Marathon sebagai mesin penggerak ekonomi rakyat. Dia mencontohkan, perputaran uang sepanjang pelaksanaan Borobudur Marathon mencapai puluhan miliar rupiah. ”Kami menargetkan perputaran uang yang berdampak langsung kepada masyarakat dari ajang ini setidaknya Rp 20 miliar,” ucapnya.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Peserta mengikuti Lari Persahabatan yang merupakan rangkaian dari Borobudur Marathon 2018 di Candi Pawon, Kecamatan Borobudur, Kabupten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (17/10/2018). Penyelenggaraan Borobudur Marathon 2018 ini menjadi salah satu wujud untuk mempromosikan pariwisata melalui acara olahraga.

Borobudur di masa mendatang memang harusnya lebih maju lagi. Terlebih lagi, telah ada jaminan pembangunan infrastruktur jalan.

Pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah berencana membuat jalan nasional dari Borobudur ke Kulon Progo, bandara baru Yogyakarta.

Nantinya, jalan sepanjang 40 kilometer itu akan punya empat lajur selebar 10 meter. Dari bandara baru Yogyakarta, wisatawan dapat langsung menuju ke Borobudur.

Selain itu, Pemprov Jateng juga akan meningkatkan kapasitas jalan provinsi dan kabupaten di Magelang, termasuk di sekitar Borobudur. Jalan provinsi akan ditingkatkan dari lebar 7 meter jadi 10 meter. Jalan kabupaten ditingkatkan dari berlebar 5 meter jadi 8 meter.

Namun, pembangunan infrastruktur itu takkan banyak berbuat demi warga Borobudur, Magelang, dan Jawa Tengah, jika tidak diimbangi dengan perhelatan besar berskala nasional maupun internasional. Dan, Borobudur Marathon adalah salah satu perhelatan besar untuk mengangkat nama Borobudur.

Sampai jumpa lagi tahun depan….

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Kesenian tradisional dari warga menghibur peserta lari saat mengikuti gelaran Borobudur Marathon 2018 di Kecamatan Borobudur, Kabupten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (18/11/2018).

Kerabat Kerja

Penulis: Gregorius M Finesso, Regina Rukmorini, Aditya Putra Perdana, Haris Firdaus, Adrian Fajriansyah, Megandika Wicaksono | Fotografer: Hendra A Setyawan, P Raditya Mahendra Yasa | Videografer: Rony B Kuncoro | Editor video: A Sunardi | Produser video: Marina Ekatari | Desainer dan Pengembang: Elga Yuda Pranata | Penyelaras Bahasa: Hibar Himawan | Produser: Haryo Damardono, Prasetyo Eko Prihananto

Suka dengan tulisan yang Anda baca?

Nikmati tulisan lainnya dalam rubrik Tutur Visual di bawah ini.