KompasBorobudur, Simbol Harmoni dan Toleransi

Borobudur
Simbol Harmoni dan Toleransi

Mulai dari Che Guevara hingga Presiden Amerika Barack Obama pernah menyambangi Candi Borobudur. Para tokoh dunia itu pun kagum. Tidak sekadar mengagumi arsitekturnya, mereka juga kagum dengan keberadaan candi sebagai lambang toleransi di Indonesia.

Dalai Lama XIV Tenzin Gyatso pun pernah singgah di Candi Borobudur, di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Pemimpin agama Buddha asal Tibet itu sangat kagum dengan Borobudur. Begitu lama memendam keinginan mengunjungi Borobudur sehingga saat waktu baru menunjukkan pukul 07.00, Dalai Lama telah bergegas melangkah menuju Borobudur.

Kompas/Djoko Poernomo
Dalai Lama XIV Tenzin Gyatso, Kamis (5/8/1982) pagi, mengunjungi Candi Borobudur. Dalai Lama sedang mengamati candi yang tengah dipugar itu.

Begitu tiba di Borobudur, Dalai Lama langsung bersembahyang di depan patung Buddha Gautama di lantai lima di sisi timur. Kemudian, Dalai Lama melesat menyusuri tiap tingkat candi, sambil berdecak kagum dan tertawa keras—yang menunjukkan kegembiraan hatinya (Kompas, Jumat, 6 Agustus 1982)

Ketika itu, Dalai Lama sempat meminta perbaikan patung Buddha yang anggota badannya tidak lengkap. ”Kekurangan ini, memang tak ada pengaruhnya,” ujarnya. Permintaan itu, atas nama restorasi, kemudian tidak dipenuhi, tetapi Dalai Lama telah memakluminya.

Borobudur memang memikat. Sebelum Dalai Lama, pemenang Nobel Sastra dari India, Rabindranath Tagore, pernah mengunjungi Borobudur pada 1927. Salah satu tokoh Amerika Selatan, Che Guevara, juga singgah pada 1959. Sayangnya, harian Kompas tidak memiliki dokumentasinya karena baru mencetak koran sejak 1965.

Obama juga menekankan keistimewaan Candi Borobudur karena menjadi simbol toleransi dan kerukunan beragama di Indonesia.

Namun, ketika Ratu Belanda Juliana dan suaminya Pangeran Bernhard menyambangi Borobudur pada Kamis (2/9/1971), Kompas ada di sana. Kompas juga menyaksikan selama Ratu Juliana di Borobudur, ada satu pesawat terbang kecil terbang terus-menerus di atas Borobudur.

Ternyata, dengan difasilitasi pemancar di pesawat, Pangeran Bernhard melaporkan secara langsung perjalanannya dengan sang ratu kepada rakyat di Belanda.

Kehadiran Putri Maha Cakri Sirindhorn dari Thailand juga terbilang epik. Begitu tertariknya sang putri dengan Borobudur membuat dirinya berada di Borobudur hingga 3,5 jam! Padahal, kunjungannya dijadwalkan hanya 1 jam.

Saat di Borobudur, selain bersembahyang, Putri Sirindhorn sempat mendiskusikan kisah kuno Mahakarma Wibangga. Putri Sirindhorn juga sempat memamerkan keahliannya membaca aksara kuno di relief Borobudur (Kompas, Jumat, 12 Oktober 1984).

Apabila dibandingkan dengan Putri Sirindhorn, Obama seolah hanya mampir di Borobudur, yakni kurang dari satu jam, pada Rabu (28/6). Kata Mura Aristina, petugas dari Balai Konservasi Borobudur, Obama mengagumi struktur candi yang indah.

Sebagai mantan orang paling berpengaruh di dunia, Obama juga menekankan keistimewaan Candi Borobudur karena menjadi simbol toleransi dan kerukunan beragama di Indonesia, yang kini mayoritas warganya adalah Muslim.

Harmoni
Harmoni Borobudur dengan lingkungan sekitarnya menampilkan pemandangan begitu indah. Foto ini diambil dari tempat yang bernama Puthuk Setumbu, Jumat (22/7/2016).
Kompas/P Raditya Mahendra Yasa

Sempat ditinggalkan

Candi Borobudur didirikan oleh wangsa Syailendra dan dituntaskan pembangunannya pada 824 masehi di masa pemerintahan Samaratungga. Sempat menjadi pusat peribadatan, candi ini akhirnya ditinggalkan setelah pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur.

Ada teori yang mengatakan, candi ini ditinggalkan karena terjadinya letusan gunung berapi meski tidak ada bukti otentiknya. Berabad-abad kemudian, tepatnya pada abad ke-14, Borobudur makin ditinggalkan seiring melemahnya pengaruh Buddha di Jawa.

Tahap-tahap Pembangunan Borobudur
Geser kursor ke atas gambar

Borobudur pun dilupakan meski dibahas sekilas dalam Kitab Negarakertagama. Borobudur dalam kitab itu disebut sebagai Budur.

Sir Stamford Raffles, gubernur jenderal pada masa pemerintahan Inggris, yang ”membangunkan” Borobudur dari tidur panjangnya.

Adalah Sir Stamford Raffles, gubernur jenderal pada masa pemerintahan Inggris, yang ”membangunkan” Borobudur dari tidur panjangnya. Saat inspeksi ke Semarang pada 1814, dia mendapatkan informasi terkait keberadaan sebuah candi besar di Magelang.

Tidak mengabaikan informasi itu, Raffles mengutus seorang perwira zeni asal Belanda, HC Cornelius. Di bawah instruksi HC Cornelius, dua ratus orang kemudian bekerja selama 45 hari untuk menguak candi itu. Pohon-pohon ditebangi, semak-semak disingkap, tanah digali dengan hati-hati.

Candi Borobudur pun seolah lahir kembali. Raffles, meski hanya memberi ringkasan pendek di kitabnya History of Java, telah memanggungkan Borobudur ke pentas dunia.

Pada 1835, Residen Kedu CL Hartmann meneruskan kerja HC Cornelius. Batu yang berserakan disingkirkan. Hartmann juga sempat membongkar stupa puncak. Sayang sekali, pekerjaan itu tidak didokumentasikan sehingga selama bertahun-tahun ada perdebatan apakah stupa puncak itu ada patungnya atau tidak? Dokumentasi ternyata penting di sebuah proses pemugaran.

Kompas/Zaenal Efendi
Sejumlah pekerja menyelesaikan pemugaran Candi Borobudur pada 17 Februari 1983.

Pemugaran agak serius baru dikerjakan pada 1907-1911 di bawah kepemimpinan insinyur Belanda Theodore van Erp. Van Erp berupaya membersihkan permukaan candi meski dihadapkan pada deformasi candi dan air yang merembes keluar dari struktur serta relief candi.

Pemugaran oleh Van Erp, yang disebut sebagai fase pemugaran I, akhirnya tidak tuntas karena tidak cukup dana.

Selama puluhan tahun kemudian, dana tetap tidak ada karena berbagai faktor, mulai dari krisis global, perang dunia, hingga kemerdekaan Indonesia. Pada era Orde Lama, jelas Republik tidak punya cukup dana untuk menuntaskan proyek pemugaran Borobudur.

Dunia membantu Borobudur

Borobudur baru menampakkan bentuk aslinya setelah fase pemugaran II pada 1973-1983. Borobudur dipugar oleh Pemerintah Indonesia didukung oleh UNESCO.

Tentu saja, sebelumnya Orde Lama sempat berbuat sesuatu. Namun, kerusakan Borobudur begitu parah. Pada 1963, air masih meresap di dinding candi sehingga kemiringan candi mencapai 11 derajat. Balok kayu pun terpaksa dipasang untuk menopang dinding candi.

Keterlibatan UNESCO menegaskan keterlibatan dunia dalam pemugaran Borobudur. Pada Desember 1972, UNESCO membentuk Consultative Committee dan pada 27 Januari 1973 diluncurkan International Appeal for Restoration of Borobudur.

Dalam waktu belasan tahun, dunia kemudian membantu restorasi Borobudur.

Kompas/Piet Warbung
Presiden Soeharto menerima cek senilai Rp 70 juta dari Imelda Romualdez Marcos, istri Presiden Filipina, disaksikan Ny Tien Soeharto dan Nona Irene Marcos, 22 April 1974. Cek itu merupakan sumbangan Pemerintah Filipina untuk pemugaran Candi Borobudur.

Hingga Agustus 1974, misalnya, Pemerintah Jepang telah menyetorkan 100.000 dollar AS kepada Dana Istimewa UNESCO bagi Borobudur. Dengan demikian, total sumbangan Jepang ketika itu telah mencapai 300.000 dollar AS.

Jauh sebelum ada dukungan UNESCO, rakyat Jepang telah membantu Borobudur. Pada 18 Mei 1970, misalnya, telah didirikan Association for the Restoration of Borobudur. Pada Kamis (11/6/1970), misalnya, diserahkan sumbangan 615.222 yen melalui Duta Besar Indonesia untuk Jepang D Ashari.

Pada Senin (22/4/1974), Imelda Marcos, istri Presiden Filipina, juga menyerahkan cek senilai Rp 70 juta kepada Presiden Soeharto di kediaman pribadi Presiden di Jalan Cendana. Dana itu dari Pemerintah Filipina untuk pemugaran Borobudur (Kompas, Selasa, 23 April 1974).

Begitu besar perhatian dunia. Dari harianKompas, edisi 24 Februari 1983, dalam berita berjudul ”Jaga Bersama Kehadirannya (Candi Borobudur) secara Utuh di Tengah Masyarakat”, kita jadi paham kalau penyumbang Borobudur dari luar negeri datang dari 28 negara.

Sumbangan di antaranya berasal dari Australia, Belanda, Belgia, Ghana, India, Inggris, Irak, Iran, Italia, Jepang, Jerman Barat, Kuwait, Malaysia, Nigeria, Pakistan, Perancis, Filipina, Qatar, Selandia Baru, Singapura, Swiss, dan Thailand.

Berapa total dana pemugaran Candi Borobudur? UNESCO menyebut angka 17,2 juta dollar AS, dengan dana sebesar 6,6 juta dollar AS dari negara donor. Namun, Pemerintah Indonesia mengungkapkan total dana hingga 25 juta dollar AS, dengan 6,5 juta dollar AS berasal dari sumbangan luar negeri.

Mengapa berbeda? Ketika itu, Dirjen Kebudayaan Haryati mengatakan, UNESCO tidak memasukkan biaya bagi para seniman, pekerja pemugaran, dan biaya lain.

Dana sebesar itu, pertama, untuk membongkar satu juta potong batu (29.000 meter kubik) di bagian tengah candi. Kedua, pembersihan dan pengawetan 170.000 potong batu (6.000 meter kubik), dan ketiga, pemasangan fondasi beton bertulang (4.000 meter kubik) dilengkapi saluran-saluran air di dalam konstruksi candi.

Meski dikerjakan di medio 1970-1980-an, kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef, ketika itu, upaya pemugaran melibatkan ilmu pengetahuan modern dan peralatan modern pula. Di antaranya, analisis foto udara, arkeologi, arsitektur, seismologi, ilmu kimia, teknik sipil, meteorologi, mikrobiologi, dan komputer.

Selain menyumbang dana, ada langkah lain, seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Belgia, yakni dengan mengembalikan dua kepala patung Buddha.

Kompas/Zaenal Efendi
Pekerja tengah melakukan pekerjaan pemugaran Candi Borobudur pada 17 Februari 1983.

Meski demikian, ternyata ada relief-relief yang tidak pernah bisa dikembalikan. Ada beberapa peti relief dari Borobudur yang tenggelam di laut. Kekayaan Borobudur itu diberikan oleh Residen Kedu CL Hartmann kepada Raja Siam Chulalongkorn, yang bertolak dari Pelabuhan Semarang pada 1840. Namun, kini peti-peti itu di dasar laut karena sebagian kapal pengirim armada raja tenggelam akibat cuaca buruk.

Bicara soal dana, pertanyaan besarnya adalah, apakah diperlukan dana sebesar itu untuk memugar Candi Borobudur? Apa gunanya?

Di harian Kompas edisi Selasa, 13 Maret 1973, di halaman 5, wartawan Kompas, Alfons Taryadi, telah mempertanyakan tujuan dari pemugaran Borobudur. Ketika itu, diprediksi biaya pemugaran Borobudur mencapai 7,75 juta dollar AS yang kira-kira dapat untuk membangun 357 gedung sekolah menurut standar DKI Jakarta! Bahkan, nilainya lebih dari 3,5 kali lipat dari dana untuk proyek rehabilitasi irigasi di Jawa Tengah 1973/1974.

Menurut Suradji Kertawidjaja, Ketua Perhimpunan Buddhis Indonesia, ketika itu, Borobudur dapat menguntungkan bangsa Indonesia dengan mendatangkan devisa dari kebangkitan pariwisata. Dengan demikian, Borobudur layak direstorasi.

Sejak puluhan tahun silam, arkeolog Perancis, Bernard Philippe Groslier, bahkan telah menegaskan, ”Dalam segala hal, Candi Borobudur adalah monumen paling tua dan terindah di setengah bulatan dunia sebelah selatan”.

Ada beberapa peti relief dari Borobudur yang tenggelam di laut.

Dari Borobudur, seharusnya dapat digali banyak hal dari masa lampau, seperti ketatanegaraan, masyarakat, model pakaian, kapal, hingga sistem-sistem nilai.

”Prospek penelitian sejarah seperti Borobudur ataupun penelitian-penelitian yang lebih penting lagi mengenai zaman pra-Hindu, apabila disebarluaskan secara baik, akan menentukan perkembangan kebudayaan Indonesia mendatang,” ujar Bambang Susmadya, Ketua Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Namun, makin hari, keberadaan Candi Borobudur justru tampak semakin relevan. Pernyataan Obama terkait Borobudur sebagai simbol toleransi dan kerukunan beragama di Indonesia juga lebih tepat lagi mengingat persoalan-persoalan terkini.

Konflik dengan dalih agama, misalnya, masih terjadi di berbagai belahan dunia. Hebatnya, lebih dari 1.100 tahun lalu, Candi Borobudur mampu tegak berdiri tanpa pertentangan berdarah-darah antara penganut Buddha dan Hindu di tanah Jawa.

Denah Borobudur

Hidup berdampingan antarkedua penganut agama itu diperkuat dengan penemuan prasasti batu berbentuk pseudo lingga dekat Candi Borobudur. Makna dari prasasti batu itu diungkap oleh MM Soekarto, ahli epigraf Indonesia, pensiunan Balai Arkeologi Yogyakarta (Kompas, Sabtu, 17 Maret 1993).

Dari prasasti itu, Soekarto menduga kawasan mulai Borobudur sampai Prambanan dulunya daerah suci dengan komunitas masyarakat Hindu-Buddha yang hidup berdampingan. ”Prasasti ini menegaskan, sinkretisme Hindu-Buddha tidak hanya di Prambanan, tempat candi Hindu yang dikelilingi candi Buddha, tetapi di Borobudur, candi Buddha juga dikelilingi candi Hindu,” ujar Soekarto.

Perayaan Waisak
Umat Budha menjalani prosesi Pradaksina menyambut Waisak di Candi Borobudur, Kamis (15/5/2014). Trisuci Waisak yang memperingati peristiwa agung Sang Buddha ini membawa pesan perdamaian bagi umat manusia.
Kompas/P Raditya Mahendra Yasa

Diledakkan

Tentu saja, Borobudur bukan tanpa masalah. Sembilan stupa dan dua patung Buddha diledakkan pada Senin (21/1/1985). Dua pelaku, yakni Achmad Muladawila (25) dan Abdul Kadir Ali Al-Habsyi (25), divonis 20 tahun penjara. Sementara itu, seorang pelaku lain, Abdul Kadir Baraja (41) divonis 13 tahun penjara.

Sebelumnya, Muladawila meledakkan gereja di Malang pada malam Natal 1984. Adapun Abdul Kadir, sebelum ditangkap, sempat berencana meledakkan tempat maksiat di Bali sebelum bus Pemudi Ekspres yang ditumpanginya meledak di Banyuwangi. Bus itu meledak karena bahan peledak yang dibawa Abdul Kadir tiba-tiba meledak.

Kompas/Djoko Poernomo
Hanya sehari setelah ledakan bom merusak 9 stupa dan patung di Candi Borobudur, para petugas purbakala langsung berusaha memperbaiki, 22 Januari 1985.

Selain diguncang aksi teror, sejak pemugaran selesai pada 1983, Borobudur juga mendapatkan tantangan dari alam. Berulang kali, selama mungkin ratusan tahun, Borobudur disambar petir. Ketinggian stupa puncak Borobudur pun terus terpangkas.

Tantangan lain adalah abu vulkanik dari gunung-gunung berapi di Pulau Jawa yang berulang kali ”membenamkan” Borobudur. Letusan Gunung Merapi pada Oktober dan November 2010, misalnya, langsung menyelimuti seluruh permukaan artefak candi itu.

Tidak tanggung-tanggung, pembersihan abu vulkanik Merapi membutuhkan waktu dua tahun. Pembersihan awal hanya sebatas di bagian luar dan belum menyentuh bagian dalam susunan batu candi.

Kepala Balai Konservasi Peninggalan Borobudur (BKPB) Marsis Sutopo, Jumat (25/3), di Magelang, mengatakan, abu vulkanik ada di celah-celah dinding drainase atau saluran air dan stupa candi. Kalau dibiarkan, abu vulkanik yang mengandung sulfur berpotensi membuat batu candi melapuk (Kompas, Sabtu, 26 Maret 2011).

Pada Januari 2014, giliran Gunung Kelud yang memaksa Candi Borobudur ditutup untuk umum. Abu vulkanik dari gunung berapi di Jawa Timur itu terbang ratusan kilometer kemudian menyelimuti candi tersebut. Akibatnya, Borobudur untuk kesekian kalinya kembali dibersihkan dari abu vulkanik.

Dan, kita paham betapa sejak mulai didirikan di tanah Jawa ini, Candi Borobudur sudah berulang kali dihantam abu vulkanik berbagai gunung api. Pralaya atau kematian, demikianlah prasasti tulisan Empu Sendok sekitar tahun 930.

Letusan Merapi
Aktivitas Gunung Merapi menjadi salah satu ancaman bagi Borobudur. Candi ini sering kali tertutup abu letusan Merapi. Kepulan asap Merapi dilihat dari Borobudur, 23 Mei 2006.
Kompas/Riza Fathoni

Borobudur Marathon

Meski berulang kali menghadapi pralaya, kiranya Borobudur tetap layak dijaga. Tetap layak dijaga untuk tetap tegak berdiri. Lebih-lebih, menjaga roh dari Borobudur itu sendiri.

Borobudur harus tetap berdiri karena tidak saja menjadi simbol keberagaman, tetapi juga menjadi magnet pariwisata. Tanpa pemaknaan sekalipun, dengan keanggunannya, Candi Borobudur jelas seolah otomatis menjadi tetenger dari pariwisata di tanah Jawa.

Pemerintah pun memperlihatkan keseriusannya terhadap masa depan Borobudur. Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Pandjaitan dan Menteri Pariwisata Arief Yahya di kompleks Candi Prambanan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (19/7), meresmikan Badan Otorita Pariwisata Borobudur.

Peresmian itu merupakan tindak lanjut Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 46 Tahun 2017 tentang Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Borobudur yang terbit pada April 2017.

Dengan kehadiran Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Borobudur diharapkan terjadi lonjakan wisatawan mancanegara. Saat ini, kata Arief, per tahun hanya ada 250.000 wisatawan mancanegara yang singgah di Borobudur. ”Padahal, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Kuil Angkor Wat, Kamboja, mencapai 2,5 juta orang per tahun,” ujarnya.

Borobudur harus tetap berdiri karena tidak saja menjadi simbol keberagaman, tetapi juga menjadi magnet pariwisata.

Tidak sekadar mengandalkan Borobudur sebagai obyek utama, pemerintah akan membangun kawasan sekitar, yakni Dataran Tinggi Dieng di Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo, Situs Purbakala Sangiran di Kabupaten Sragen dan Karanganyar, Kepulauan Karimunjawa di Kabupaten Jepara, serta obyek wisata di Yogyakarta, seperti Candi Prambanan dan Keraton Yogyakarta.

Berbagai manuver pun dilakukan untuk mengangkat Borobudur. Sejak 1989, misalnya, telah digelar Borobudur Marathon. Ini lomba lari dengan Candi Borobudur sebagai daya tarik utamanya.

Inilah lomba lari di kawasan Borobudur yang sekaligus merayakan kehadiran Borobudur sebagai simbol toleransi dan keberagaman. Bukankah sebuah lomba lari juga tidak pernah eksklusif bagi satu golongan saja?

Tahun ini, lomba lari Borobudur digelar Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang berkolaborasi dengan Bank Jateng dan harian Kompas. Lomba ini menjadi bertajuk Bank Jateng Borobudur Marathon (BJBM) 2017 dengan tema ”Reborn in Harmony” atau ”Tumbuh Kembali dalam Keselarasan”.

Kompas/P Raditya Mahendra Yasa
Peserta Bank Jateng Borobudur Marathon start dari Taman Lumbini di kompleks Candi Borobudur, Minggu (20/11/2016). Ajang tahunan ini salah satunya bertujuan mempromosikan pariwisata Jawa Tengah.

Harian Kompas pun berupaya menjadikan BJBM 2017 sebagai lomba maraton yang berkesan dan disegani. Asosiasi Maraton dan Lari Jarak Jauh Internasional (Association of International Marathons and Distance Race/AIMS) telah menerbitkan sertifikat untuk lintasan maraton Bank Jateng Borobudur Marathon 2017 yang akan digelar pada 19 November mendatang.

”Semua sertifikat berlaku sampai akhir tahun 2021,” kata Pengarah Lomba (Race Director) BJBM 2017, Andreas Kansil.

Pengukuran rute dan sertifikasi dilakukan langsung oleh Vice President and Technical Director of AIMS Dave Cundy, yang datang ke Borobudur pada Juli 2017. Cundy sangat serius dengan pengukuran itu.

”Perhatian kita adalah pelari bisa lari aman dan nyaman dengan jarak yang akurat,” katanya.

Sebagaimana Borobudur dulu dipulihkan dengan sepenuh hati dengan segala hambatan dan tantangannya, BJBM juga dipersiapkan dengan sepenuh hati. Mungkin, belum akan sempurna, tetapi kerja-kerja keras sebenarnya telah dilakukan demi kesuksesan BJBM, demi warga dan Borobudur yang menjadi episentrum dari perhelatan lari itu.

Bank Jateng Borobudur Marathon
Peserta Bank Jateng Borobudur Marathon berlari melintasi kawasan pedesaan sekitar Candi Borobudur, Minggu (20/11/2016).
Kompas/P Raditya Mahendra Yasa

Kerabat Kerja

Penulis: Haryo Damardono | Fotografer: P Raditya Mahendra Yasa, Ferganata Indra Riatmoko, Julius Pour, Zaenal Efendi, Djoko Poernomo, Riza Fathoni, Piet Warbung | Videografer: Eddy Hasby, Ferganata Indra Riatmoko | Video Editor: Antonius Sunardi, Imam Agi Pratama | Penyelaras Bahasa: Teguh Candra | Infografik: Gunawan Kartapranata, Luhur Arsiyanto Putra | Desainer & Pengembang: Elga Yuda Pranata, Deny Ramanda | Produser: Prasetyo Eko Prihananto, Haryo Damardono

Suka dengan tulisan yang Anda baca?

Nikmati tulisan lainnya dalam rubrik Tutur Visual di bawah ini.