Ada rombongan turis lain yang juga sedang mengamati kadal-kadal raksasa itu. Komodo-komodo itu tak tampak terusik oleh orang-orang yang berada hanya sejarak sekitar 20 meter. Mereka juga tidak berusaha naik ke rumah panggung.
Tiba-tiba, dua komodo jantan tadi berbalik arah ke tempat kami berdiri. Haikun memerintahkan kami menjauh. Dengan sigap, dia memainkan tongkat bercabangnya ke arah leher kadal itu, mengarahkan kedua komodo itu untuk menjauh menuju gerumbul pohon semak. Jagawana yang mengantar rombongan turis lain ikut membantu. ”Jangan lari! Jangan lari!” perintah Haikun kepada kami. Baru kami tahu, menghadapi komodo adalah menyingkir diam-diam dan jangan berlari.
Ukuran tubuh komodo di Rinca lebih kecil daripada komodo di Pulau Komodo, tetapi menurut Haikun lebih agresif.
Dari ”dapur” kami bergerak mengikuti jalan setapak yang sudah disediakan. Ini cara terbaik saat berada di kawasan lindung komodo. Jalan setapak membawa kami ke tempat komodo bertelur, yang ternyata bekas sarang burung maleo yang meletakkan telurnya di lubang di tanah. Rupanya komodo termasuk oportunis, memanfaatkan sarang yang sudah tersedia. Tiap kali bertelur rata-rata 15 butir dan sembilan bulan kemudian hanya 2-3 telur yang menetas.
Saat itu sedang tidak ada telur di sarang. Seekor komodo muda, menurut Haikun berusia sekitar tiga tahun, perlahan mengendap dari balik gerumbul pohon. Mungkin mencoba mencari telur yang tidak dijaga induknya. Sambil menunjuk pohon di sekitar sarang, Haikun mengatakan bahwa setelah menetas, bayi komodo langsung memanjat pohon.
Perjuangan hidup bayi komodo sangat berat. Dia dapat dimangsa komodo dewasa atau hewan lain. Karena itu, bayi komodo mengamankan hidupnya dengan tinggal di pohon-pohon, mencari mangsa hewan apa saja yang bisa ditemui. Ketika ukurannya membesar dan cabang pohon tidak lagi mampu menampungnya, kira-kira pada usia 3-4 tahun, anak komodo akan turun ke tanah dan mulai berburu hewan lebih besar.
Kompas/NINUK MARDIANA PAMBUDY
Seekor Komodo Muda Mengendap Dari Balik Gerumbul Pohon
Berjalan sekitar 50 meter berikut, kami bertemu seekor komodo dewasa melintas, nyaris tanpa suara, di antara pepohonan di samping jalan setapak. Warna kulitnya yang bersisik menyamarkan dia di antara ranting-ranting pohon semak. Mendekati pintu keluar, di padang terbuka kami berpapasan lagi dengan seekor komodo yang berjalan cepat menuju rumah panggung dapur. Dia tak tertarik pada rombongan kami dan berjalan menjauh.
Di Pulau Rinca seluas sekitar 1.800 hektar, terdapat sekitar 1.500 komodo, dan yang betina hanya sepertiganya. Ini membuat perebutan mendapatkan komodo betina lebih keras di Rinca. Uniknya, komodo betina dapat melakukan reproduksi secara aseksual alias tanpa kawin.
Ukuran tubuh komodo di Rinca lebih kecil daripada komodo di Pulau Komodo, tetapi menurut Haikun lebih agresif. Ini disebabkan Pulau Rinca memiliki lebih banyak sabana dibandingkan dengan Pulau Komodo yang memiliki lebih banyak hutan pohon, membuat mangsa yang tersedia di Rinca juga lebih sedikit daripada di Komodo.