Asian Para Games
2018

Ganti orientasi perangkat anda menjadi mode potrait

Asian Para Games 2018Menjadi yang Terbaik di Para Games 2018

Asian Para Games 2018 berlangsung di Jakarta, 6-13 Oktober. Sebanyak 18 cabang olahraga dipertandingkan bagi atlet-atlet dengan berbagai keterbatasan. Semua datang untuk menjadi yang terbaik dalam semangat, kesetaraan, dan keberanian menghadapi tantangan.

Scroll

Tahun 2018 adalah tahun ketika semangat olahraga menggelora dari Indonesia yang diawali dengan kesuksesan Asian Games dan dilanjutkan dengan Asian Para Games. Para Games 2018 yang berlangsung 6-13 Oktober 2018 adalah ajang multicabang internasional yang ditujukan bagi atlet dengan berbagai disabilitas dan mempertandingkan 18 cabang olahraga.

Ajang yang berlangsung di Jakarta ini menjadi arena pertunjukan determinasi dan keberanian seorang atlet melewati tantangan fisik dan mental untuk menjadi yang terbaik. Ajang ini juga akan memperlihatkan bagaimana keseteraan, menghargai diri sendiri dan orang lain, serta kepercayaan diri menghadapi masalah akan menjadi inspirasi dan motivasi bagi semua orang. Berikut adalah sejumlah cabang yang akan dipertandingkan di Asian Para Games 2018:

Bulu Tangkis

Para bulu tangkis dipertandingkan secara internasional sejak 1990-an dengan Kejuaraan Dunia pertama dilangsungkan di Amersfoort, Belanda, 1998. Namun, baru pada 2011 para bulu tangkis masuk di bawah naungan Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF).

Atlet berkompetisi di enam kelas berbeda, seperti atlet berkursi roda, berdiri dengan keterbatasan pada kaki, atau tangan. Bulu tangkis akan resmi dipertandingkan perdana di ParalimpiadeTokyo 2020 dan akan menjadi salah satu andalan tuan rumah Indonesia di Asian Para Games 2018.

Panahan

Panahan adalah salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan pada Paralimpiade pertama di Roma 1960. Cabang ini terbuka untuk atlet dengan kekurangan fisik dan mungkin membidik dengan bantuan alat yang diperbolehkan sesuai aturan.

Olahraga ini menguji akurasi, kekuatan, dan konsentrasi. Panahan mempertandingkan kategori khusus untuk atlet dengan klasifikasi tertentu, compound terbuka dan recurve terbuka. Pemanah dengan busur recurve menembak target berdiameter 1,22 meter dari jarak 70 meter. Adapun pemanah compound menembak pada target berdiameter 80 cm dari jarak 50 meter.

Para Atletik

Atletik menawarkan kompetisi yang luas, terbuka untuk atlet putra putri di semua grup dan klasifikasi. Atlet berkompetisi berdasarkan klasifikasi di setiap event. Sebagian bertanding dengan kursi roda atau prostetik. Para atletik dipertandingkan di Paralimpiade pertama 1960 di Roma, Italia.

Kompetisi atletik terbagi dalam nomor trek, jalan raya, dan field. Nomor trek terdiri dari sprint, jarak menengah, dan jauh. Adapun kompetisi jalan raya berupa maraton. Kelompok field terdiri dari lompat jauh, lompat tinggi, lompat jangkit, lempar lembing, dan tolak peluru.

Angkat Berat

Angkat berat adalah ujian bagi kekuatan tubuh bagian atas dan sering memperlihatkan kehebatan atlet ketika mereka mampu mengangkat beban tiga kali lipat dari berat badan mereka. Cabang ini terbuka untuk atlet dengan delapan kategori kekurangan fisik, seperti gangguan kekuatan otot, perbedaan panjang kaki, dan perawakan pendek.

Semua atlet yang tampil akan berkompetisi di satu kelas (bench press) dengan 10 kategori berdasarkan berat badan. Kompetitor harus menurunkan barbel di dada, menahannya, kemudian mengangkatnya hingga tangan lurus.

Tenis Meja

Tenis meja mulai dipertandingkan di Paralimpiade pertama di Roma 1960. Komite Paralimpiade Internasional memperkirakan olahraga ini dimainkan oleh 40 juta pemain untuk berkompetisi dan jutaan lagi untuk sekadar hiburan atau hobi.

Atlet dengan berbagai keterbatasan diperbolehkan berkompetisi di kelas berdiri atau duduk (kursi roda). Atlet dengan kekurangan intelektual juga diperbolehkan untuk berkompetisi. Kompetitor putra dan putri bisa berpartisipasi dalam nomor tunggal, dobel, individu, ataupun tim.

Menembak

Menembak adalah ujian sesungguhnya untuk akurasi dan kontrol di ajang para games. Atlet dengan kekurangan fisik bisa berkompetisi di nomor senapan ataupun pistol.

Kompetitor menggunakan kemampuan untuk fokus dan pernapasan untuk menurunkan detak jantung sehingga meningkatkan stabilitas dan performa. Atlet berkompetisi di jarak 10 meter, 25 meter, dan 50 meter untuk putra dan putri dan campuran. Menembak mulai dipertandingkan di Paralimpiade Toronto 1976.

Balap Sepeda

Balap sepeda adalah cabang yang paling banyak memperebutkan medali setelah atletik dan renang. Cabang ini mempertandingkan nomor sprint, individual pursuits, 1.000 meter time trial, jalan raya, road time trials, baik untuk individu maupun tim.

Olahraga ini berkembang pada era 1980-an dan terbuka juga untuk atlet dengan gangguan pandangan dipandu atlet yang mampu melihat. Dalam perkembangannya, balap sepeda juga mempertandingkan atlet dengan cerebral palsy, amputasi, dan kekurangan fisik lain, yang berkompetisi di sepeda (bicyles), tricycles, dan hand cycles.

Renang

Renang dipertandingkan pada ajang Paralimpiade pertama di Roma, Italia, 1960. Olahraga ini termasuk cabang terpopuler di para games. Semua atlet putra dan putri, yang diklasifikasi berdasarkan fungsi fisik mereka, yang diuji dalam nomor gaya bebas, punggung, kupu-kupu, dada, dan estafet.

Atlet yang bertanding bisa memiliki berbagai keterbatasan seperti fisik atau pandangan. Alat bantu dan prostetik tidak diperbolehkan di kolam renang. Kolam yang dipakai adalah standar FINA berupa kolam delapan lintasan sepanjang 50 meter.

Bagaimana Memastikan Para Games Adil dan Setara?

Tantangan terberat untuk para-olahraga adalah bagaimana memastikan kompetisi berlangsung secara adil dan merata. Untuk memastikan itu, para atlet dibedakan dalam berbagai kategori untuk kompetisi berdasarkan kekurangan mereka, yang disebut kelas olahraga. Sistem klasifikasi IPC menentukan atlet mana yang memenuhi syarat untuk berkompetisi dalam olahraga dan bagaimana atlet dikelompokkan bersama untuk kompetisi tertentu.

Ini, sampai batas tertentu, mirip dengan pengelompokan atlet berdasarkan usia, jenis kelamin, atau berat badan. Dalam para-olahraga, atlet dikelompokkan berdasarkan tingkat keterbatasan aktivitas yang dihasilkan dari gangguan tersebut.

Olahraga yang berbeda membutuhkan aktivitas atau gerakan berbeda, seperti berlari, meloncat, atau menembak. Karena setiap cabang olahraga memerlukan aktivitas yang berbeda, dampak dari kecacatan tubuh di setiap olahraga juga berbeda. Oleh karena itu, diperlukan pengelompokan klasifikasi secara spesifik.

Tiga langkah klasifikasi atlet dilakukan oleh pengklasifikasi yang bekerja bersama dalam panel klasifikasi. Mereka dilatih dan disertifikasi oleh federasi internasional. Ketika mengevaluasi seorang atlet, panel klasifikasi selalu mempertimbangkan tiga pertanyaan yang dijawab melalui proses evaluasi atlet:

1. Disabilitas yang memenuhi syarat

Langkah pertama dalam klasifikasi para-olahraga adalah untuk menentukan apakah atlet memiliki disabilitas yang memenuhi syarat. Paralympic Movement menyebut ada 10 jenis disabilitas yang diidentifikasi dalam Policy on Eligible Impairments in the Paralympic Movement. Hal ini ditemukan di Bagian 2 Bab 3.13 dari IPC Handbook.

Ini adalah deskripsi singkat dari beberapa disabilitas yang memenuhi syarat: Kekurangan kekuatan otot, yaitu berkurangnya kekuatan yang dihasilkan oleh otot atau kelompok otot, seperti otot satu anggota tubuh atau bagian bawah tubuh yang disebabkan, misalnya, oleh cedera tulang belakang, spina bifida, atau polio.

Defisiensi anggota gerak: ketiadaan total atau sebagian tulang atau sendi sebagai konsekuensi dari trauma (misalnya kecelakaan), penyakit (misalnya kanker tulang) atau defisiensi anggota badan bawaan (misalnya dysmelia). Perbedaan panjang tungkai: pemendekan tulang pada satu kaki karena defisiensi atau trauma bawaan.

Gangguan penglihatan: penglihatan dipengaruhi oleh kerusakan pada struktur mata, saraf optik atau jalur optik, atau korteks visual. Kekurangan intelektual: keterbatasan dalam fungsi intelektual dan perilaku adaptif seperti yang diungkapkan dalam keterampilan adaptif konseptual, sosial dan praktis, yang berasal sebelum usia 18 tahun.

2. Kriteria disabilitas minimum

Setiap aturan klasifikasi olahraga Paralimpiade menggambarkan seberapa parah disabilitas yang memenuhi syarat untuk seorang atlet. Kriteria ini disebut kriteria disabilitas minimum.

Contoh kriteria kecacatan minimum bisa menjadi tinggi maksimum untuk perawakan pendek atau tingkat amputasi untuk atlet dengan defisiensi anggota badan. Kriteria kecacatan minimum harus didefinisikan berdasarkan penelitian ilmiah untuk menilai dampak gangguan dalam kegiatan olahraga.

3. Kelas olahraga

Jika seorang atlet memenuhi syarat untuk olahraga, panel klasifikasi akan menilai kelas olahraga mana atlet akan berkompetisi. Kelompok kelas olahraga atlet dengan pembatasan aktivitas yang sama untuk kompetisi sehingga mereka dapat bersaing secara adil. Ini berarti bahwa kelas olahraga tidak harus terdiri dari atlet dengan gangguan yang sama.

Jika kekurangan yang berbeda menyebabkan pembatasan aktivitas yang serupa, atlet dengan kekurangan ini diizinkan untuk bersaing bersama. Inilah sebabnya mengapa dalam ajang atletik kursi roda, Anda akan melihat atlet dengan paraplegia dan amputasi kaki berpacu bersama.

Evaluasi atlet

Kelas olahraga hanya dapat dialokasikan melalui evaluasi atlet oleh panel klasifikasi. Evaluasi atlet berlangsung sebelum kompetisi olahraga. Dalam beberapa olahraga, atlet, sebagai tambahan, diamati dalam kompetisi. Evaluasi atlet dilakukan oleh panel klasifikasi, terdiri dari dua atau tiga pengklasifikasi.

Karena sifat progresif dari beberapa gangguan dan dampaknya pada kegiatan tertentu, atlet kadang-kadang diklasifikasikan beberapa kali sepanjang karier mereka. Ketika kondisi medis seorang atlet berubah, atlet perlu menginformasikan dan meminta penilaian ulang.

Kerabat Kerja

Produser: Pandu Lazuardy | Prasetyo Eko Prihananto | Haryo Damardono | penulis: Prasetyo Eko Prihananto | designer & pengembang: Deny Ramanda | Ria Chandra | fotografer: Hendra A Setyawan | Agus Sutanto | Ferganata Indra Riatmoko | P Raditya Mahendra Yasa | Agung Setyahadi | Kontingen APG Indonesia |Ilustrator: Toto Sihono | Sumber: International Paralympic Committee

Menikmati Tutur Visual?

Baca Juga Tutur Visual Lainnya Yang Mungkin Anda Sukai

Scroll