Rabu, 8 November 2017, Presiden Joko Widodo kembali mantu. Putrinya, Kahiyang Ayu (26), akan menikah dengan Muhammad Bobby Afif Nasution.
Akad nikah dan resepsi digelar di Graha Saba Buana, gedung milik keluarga Jokowi di Banjarsari, Solo, Jawa Tengah. Putra presiden, Gibran Rakabuming Raka, didaulat menjadi penyelenggara pernikahan Kahiyang-Bobby, sekaligus menjadi juru bicara keluarga Jokowi.
Gibran, beberapa kali di media, terlihat supersibuk dan repot. Padahal, kata orang, bisa saja sebagai anak presiden dia tinggal tunjuk orang untuk mengurus pernikahan adiknya. Kata Gibran, ”Enggak ada hubungannya putra presiden atau apa. Ya, memang, kan, kita pakai punya kita sendiri, gedung sendiri, katering sendiri. Sama seperti kayak (pernikahan) saya dulu.”
Sebelum menikahkan Kahiyang, Presiden sudah pernah mantu. Kurang dari setahun setelah menjabat presiden, Jokowi menikahkan putra sulungnya, Gibran (27 tahun, ketika itu), pada Kamis (11/6/2015) pagi. Gibran resmi mempersunting kekasihnya, Selvi Ananda (26 tahun, saat itu).
Meski terkesan menikah cepat, ibaratnya saat Jokowi baru menjabat kurang dari seumur jagung, sebenarnya Gibran dan Selvi sudah berpacaran selama lima tahun. Hanya saja, kehidupan Gibran terbilang tertutup jika dibandingkan dengan dua adiknya, apalagi dibandingkan dengan kehidupan Kaesang Pangarep, putra bungsu presiden.
Akad nikah sekaligus resepsi pernikahan Gibran dan Selvi digelar di Graha Saba Buana, Banjarsari, Solo. Gedung milik keluarga Jokowi itu lokasinya tak jauh dari kediaman pribadi Presiden di Jalan Kutai Utara, Banjarsari, Solo.
Pada hari-H pernikahan, Gibran bahkan berjalan kaki dari rumah orangtuanya menuju Graha Saba Buana didampingi Presiden Jokowi dan Ny Iriana. Sementara Selvi yang didampingi orangtuanya naik kereta kuda milik Presiden Jokowi dari rumahnya.
Sebelum era Joko Widodo, beberapa presiden juga menikahkan putra atau putrinya saat menjabat. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, misalnya, menikahkan putranya di dua masa pemerintahannya.
Agus Harimurti Yudhoyono, putra sulung SBY, menikah tahun 2005 pada periode I kepemimpinan SBY. Adapun Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), putra kedua, menikah tahun 2011 pada periode II pemerintahan SBY.
Letnan Satu (Inf) Agus Harimurti Yudhoyono menikahi Annisa Larasati Pohan pada Jumat (8/7/2005) di kediaman mantan Deputi Bank Indonesia Aulia Tantowi Pohan di Jalan Senopati, Jakarta. Resepsi digelar di halaman belakang Istana Bogor, Sabtu (9/7/2005).
Sementara itu, Ibas dinikahkan dengan Siti Ruby Aliya Rajasa, putri Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, pada November 2011. Akad nikah digelar di Istana Cipanas pada Kamis (24/11/2011). Resepsi pernikahan diselenggarakan di Jakarta Convention Center pada Sabtu (26/11/2011).
Dari arsip harian Kompas, terekam pula pernikahan sejumlah putra-putri Presiden Soeharto yang memerintah selama beberapa dekade. ”Pak Harto Mantu” bahkan menjadi tema dari Tajuk Rencana Kompas, Sabtu (29/1/1972).
Mengapa sampai ditulis? Dijelaskan dalam Tajuk Rencana itu bahwa ”name makes news”. Jadi, sekalipun Presiden Soeharto menganggap perkawinan itu sebagai urusan keluarga, peristiwa tersebut diterima masyarakat sebagai peristiwa publik.
Tajuk Rencana Kompas pada hari itu menuliskan, ”Pak Harto sendiri turun tangan selama berhari-hari mempersiapkan segala sesuatunya di Istana Bogor. Itu semua mengungkapkan rasa tanggung jawabnya sebagai bapak keluarga yang baik”.
Sabtu Pahing, 29 Januari 1972, digelar upacara mantu dan ngunduh mantu. Siti Hardijanti Hastuti Soeharto, anak sulung Soeharto, dinikahkan dengan Indra Rukmana Kowara. ”Diunduh” pula pasangan Sigit Harjojudanto Soeharto, anak kedua Soeharto, dengan Elsje Anneke Ratnawati.
Kompas juga hadir memberitakan pernikahan Bambang Trihatmodjo pada tahun 1981, Siti Hediati Hariyadi (1983), Siti Hutami Endang Adiningsih (1990), dan Hutomo Mandala Putra (1997).
Pernikahan putra-putri Soeharto bahkan selalu tampil di halaman 1 harian Kompas. Ketika Hutomo Mandala Putra atau Tommy (35 tahun, saat itu) menikah dengan Ardhia Pramesti Regita Cahyani Soerjosoebandoro atau Tata (22 tahun, saat itu), ditampilkan foto sungkeman dan berita berjudul ”Presiden pada Tommy-Tata: Kamu Akan Sampai pada Pantai Bahagia”.
”Memperhatikan khotbah nikah dari bapak penghulu dan juga nasihat perkawinan dari Bapak KH Hasan Basri (Ketua Umum MUI), begitu pula dengan keteguhan iman dan takwa dari kamu berdua, saling asuh, saling asah, dan saling asih, kamu akan sampai kepada pantai bahagia, perkawinan selalu dalam keadaan tenteram, bahagia, selamet, widodo, mulyo, atut rukun sampai kaken-kaken/ninen-ninen. Tetaplah berbakti kepada orangtua, berguna bagi keluarga, bagi masyarakat, negara dan bangsa, serta agama,” demikian kata Presiden.
Meski demikian, waktu sudah membuktikan bahwa tidak semua pernikahan putra-putri Soeharto langgeng.
Bagaimana dengan pernikahan anak presiden lainnya? Ternyata, karena masa jabatan yang terbilang singkat atau karena putra-putri menemukan jodoh lebih cepat atau lebih lambat dari periodisasi kepemimpinan orangtuanya, pernikahan digelar pada hari-hari lain.
BJ Habibie, misalnya, menikahkan kedua putranya sebelum menjabat presiden. Meski demikian, putra kedua Thareq Kemal Habibie menikahi Widya Leksmanawati di Masjid Baiturrahim, Istana Kepresidenan, Jakarta (Kompas, 12 April 1997) saat Habibie menjabat Menristek/Ketua BPPT. Saksi dalam pernikahan itu kebetulan adalah Presiden Soeharto dan Wapres Try Sutrisno.
Walau demikian, ketika sudah menjabat presiden, Habibie hadir dalam pernikahan putri sulung Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Alissa Qotrunnada Munawarah, dengan R Erman Royadi, Minggu (4/7/1999), di Jakarta.
Sementara Gus Dur saat menjadi Presiden RI (1999-2001) tidak berkesempatan menikahkan putrinya. Putri keduanya, Zannuba Arifah Chafsoh Rahman Wahid, menikah dengan Dhohir Farisi, Kamis (15/10/2009), di Jakarta. Ketika itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla menjadi saksi pernikahan tersebut.
Sebelumnya, Gus Dur menggelar pernikahan putri ketiganya, Anita Hayatannufus Rahman, dengan Iman Jehan Akbarsyah Sikumbang, Sabtu (19/8/2006), di Balai Sudirman, Jakarta Selatan. Presiden Yudhoyono kala itu juga menjadi saksi.
Adapun Megawati Soekarnoputri dan Taufik Kiemas menikahkan putri mereka, Puan Maharani, Sabtu (6/4/1998), juga sebelum Megawati menjadi presiden. Ketika itu, Puan Maharani Nakshatra Kusyala Devi menikah dengan Hapsoro, putra keluarga Bambang Sukmonohadi, di kediaman Megawati di Jalan Kebagusan IV/45, Jakarta.
Meski digelar di kediaman Megawati, perkawinan Puan terbilang meriah. Setidaknya 2.000 undangan disebar. Mereka yang menghadiri perkawinan itu antara lain mantan Wapres Try Sutrisno, Menko Ekuin/Kepala Bappenas Ginandjar Kartasasmita, Menperkim Akbar Tandjung, mantan Menhankam LB Moerdani, mantan Mensesneg Moerdiono, Ny Hartini Soekarno, Ny Rahmi Hatta, Arifin Panigoro, Jakob Oetama, Wakil Ketua DPR/MPR Abdul Gafur, mantan Menpora Hayono Isman, dan sejumlah duta besar.
Bertindak sebagai among tamu antara lain Guntur Soekarnoputra, Guruh Soekarnoputra, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, Karina Dewi Soekarno, Laksamana Sukardi, Kwik Kian Gie, dan Soetardjo Soerjogoeritno (Kompas , 6 April 1998).
Bagaimana dengan pernikahan putra-putri Presiden Soekarno? Kompas mencatat, pernikahan pertama Megawati Soekarnoputri digelar 1 Juni 1968 di kediaman Ibu Fatmawati di Jalan Sriwijaya, Kebayoran Baru.
Sementara pernikahan kedua Megawati—setelah suami pertamanya, Kapten Surindro Supiyarso, gugur—digelar Rabu (14/3/1973) di rumah Ibu Fatmawati di Jakarta. Berita pernikahan Megawati dengan M Taufik Kiemas itu dimuat di harian Kompas, Kamis, 15 Maret 1973, di halaman 1.
Berita pernikahan Megawati tidak panjang, tapi cukup lengkap. ”Rumah (Ibu Fatmawati) tidak dihiasi dan tidak ada tenda di depan rumah. Yang menghadirinya hanya para anggota keluarga kedua mempelai”.
Megawati, dalam upacara pernikahannya, memakai kebaya panjang merah dan kain batik latar putih. Megawati, ditulis oleh wartawan Kompas, bersifat pendiam. Ketika ditanya perasaannya mengenai pernikahannya, Megawati hanya tersenyum.
Kompas juga menuliskan pernikahan putri Soekarno, Sukmawati. Putri keempat Presiden Soekarno ini menikah dengan GPH Sudjiwo, putra Mangkunegara VIII, Senin (16/9/1974). Pernikahan ini juga digelar di rumah Ibu Fatmawati.
Sukmawati berkenalan dengan Sudjiwo saat berlatih tari ”Dongeng dari Dirah” di Solo dengan pengajar seniman Sardono W Kusumo.
Pernikahan tersebut juga pernikahan kedua bagi Sukmawati setelah pernah menikah dengan Dedy Richard Harjono pada 8 November 1969. Berita pernikahan pertama Sukmawati tidak ditemukan di arsip Kompas.
Baru pada tahun 2002 harian Kompas kembali meliput pernikahan putra Soekarno, yakni Guruh Soekarnoputra (49 tahun, saat itu), ketika menikahi Guseynova Sabina Padmavati. Resepsi perkawinan digelar Sabtu (19/10/2002) malam di rumah keluarga di Jalan Sriwijaya Raya, Jakarta Selatan.
Guruh terisak dalam perkawinannya itu. Bukan karena terharu, melainkan karena menyampaikan rasa belasungkawa kepada korban peledakan bom Bali.
Ia justru mengajak para tamu untuk berdoa bagi arwah korban. Ia juga mengatakan akan memberikan sumbangan yang diterima dari para tamu untuk musibah bom Bali.
Sebanyak 70 wartawan yang meliput pernikahan Guruh justru diberikan pita warna hitam dan putih sebagai tanda berkabung untuk korban bom Bali!
Penulis: Haryo Damardono | Fotografer: Wisnu Widiantoro, Erwin Edhi Prasetya, Piet Warbung, Alif Ichwan, JB Suratno, Totok Wojayanto | Penyelaras Bahasa: Priskilia Bintang C Sitompul | Ilustrator: Toto Sihono | Desainer & Pengembang: Deny Ramanda | Produser: Prasetyo Eko Prihananto, Haryo Damardono
Nikmati tulisan lainnya dalam rubrik Tutur Visual di bawah ini.