Saat “Gamer” Naik Kelas Jadi Atlet

Saat "Gamer" Naik Kelas Jadi Atlet

Bermain gim tak lagi sekadar aktivitas buang waktu. Jika ditekuni serius, gim bisa menjadi ajang untuk berkarier, misalnya dengan menjadi atlet ”e-sport”. E-sport pun terus tumbuh, apalagi kompetisi gim ini sudah diakui luas sebagai aktivitas olahraga. “Gamer” pun "naik kelas" jadi atlet.

Pemain gim kini setara dengan pemain sepak bola, pelari, petenis, atau pebulu tangkis saat mewakili negaranya di ajang seperti Asian Games. Memang masih kontroversial karena banyak juga yang menganggap berkompetisi gim bukan olahraga. Namun, dua organisasi besar olahraga, Dewan Olimpiade Asia (OCA) dan Komite Olimpiade Internasional (IOC) secara resmi telah menyatakan kompetisi gim sebagai aktivitas olahrga.

”Enggak pernah kepikiran jadi atlet. Enggak nyangka. Semoga bisa berikan yang terbaik,” kata Elga Cahaya Putra (21), atlet PES yang berlaga di Asian Games 2018. Mahasiswa Universitas Lampung ini merasa tidak percaya bisa ”naik kelas” menjadi atlet. Dari hobi yang sekadar iseng, dia tertarik mengikuti kualifikasi dengan menyisihkan uang jatah bulanan.

IOC mengakui kompetisi gim sebagai sebuah aktivitas olahraga pada November tahun lalu. Dengan booming e-sport di Asia, OCA melangkah lebih maju dengan mempertandingkan olahraga elektronik sebagai cabang ekshibisi Asian Games 2018 di Indonesia dan cabang resmi di Asian Games 2022. IOC tengah mempertimbangkan agar e-sport bisa ditampilkan sebagai cabang ekshibisi pada Olimpiade Paris 2024.

Di Tanah Air, pengembangan e-sports semakin digalakkan. Muncul berbagai kompetisi untuk e-sport, salah satunya bertajuk High School League (HSL), kompetisi e-sport yang akan mempertandingkan siswa antarsekolah menengah atas dalam gim DOTA 2. Kompetisi ini diluncurkan awal September lalu di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta Pusat. Masih banyak lagi kompetisi-kompetisi gim di tanah air yang digelar.

Dijadikannya e-sport sebagai cabang ekshibisi Asian Games 2018 tak pelak membuat kompetisi gim ini kian berkibar. Berbagai macam gim dipertandingkan untuk kompetisi e-sport dari berbagai genre, seperti shooters, battle royale, dan olahraga.

Kompas/Saiful Rijal Yunus

Suasana pertandingan e-sport pada ajang Asian Games 2018, di Britama Arena, Kelapa Gading, Jakarta, Senin (27/8/2018). Olahraga elektronik menjadi cabang olahraga baru yang banyak digeluti generasi muda.

Pada ajang Asian Games Jakarta-Palembang 2018, nomor yang dipertandingkan dalam e-sport adalah enam gim yang dipilih Federasi Olahraga Elektronik Asia (AESF). Gim-gim itu tidak melulu berkonten olahraga, tetapi sangat terkenal di kalangan atlet e-sport ataupun sekadar pemain biasa seperti. Enam gim itu adalah Arena of Valor, Clash Royale, Hearthstone, League of Legends, Pro Evolution Soccer, dan StarCraft II.

Seperti dikutip dari Reuters, IOC menyadari, mereka menghadapi masalah dengan semakin menuanya audiens sejumlah olahraga tradisional Olimpiade. Mereka Juli lalu bahkan sampai menyelenggarakan forum khusus e-sport di Museum Olimpiade di Lausanne, Swiss.

Presiden IOC Thomas Bach menyatakan, tidak menutup kemungkinan bahwa e-sport dipertandingkan di Olimpiade meski gim dengan konten kekerasan atau diskriminatif tidak akan dipertimbangkan.

Pemain E-sport di Asia Tenggara

Klik tombol ini untuk memulai

Visualisasi jumlah pemain e-sport di Asia Tenggara dan rasionya dibanding populasi pengguna internet 2016. Pertumbuhan per tahun 2015-2019 diperkirakan mencapai 36,1 persen (Newzoo).

Banyak olahraga ”tradisional” berharap dari maraknya e-sport. Mereka menyadari bahwa untuk menggaet audiens muda, mereka harus bisa menangkap fenomena zaman, dimana dunia digital mendisrupsi banyak hal, termasuk olahraga.

Berbagai gim dengan konten olahraga, seperti sepak bola, basket, NFL, dan Formula 1, telah lama dikembangkan. Dengan mengenalkan olahraga melalui gim, mereka berharap tidak ditinggalkan generasi milenial.

Klub-klub sepak bola papan atas Eropa pun menyadari hal tersebut. Bahkan mereka melangkah lebih jauh lagi dengan membentuk time e-sport. Seperti dikutip dari AFP, pada Februari lalu, klub La Liga Barcelona meluncurkan tim e-sport. Bekerjasama dengan bek Gerard Pique, yang mendirikan perusahaan eFootball.Pro pada 2016, Barca akan berkompetisi pada turnamen Pro Evolution Soccer 2018 (PES2018).

Dengan perkembangan teknologi yang begitu deras, e-sport adalah olahraga masa depan.

Tak hanya Barca, klub-klub Liga Inggris dan Bundesliga Jerman juga akan menjalani kompetisi e-sport. Deutsche Fußball Liga menyebutkan, 36 klub akan bersaing memperebutkan gelar di e-Football. Inisiatif ini bekerja sama dengan Electronic Arts, yang menerbitkan gim popular FIFA. Liga Inggris juga meluncurkan ePremier League pada Januari 2019 memainkan FIFA 2019, yang akan disiarkan langsung Sky Sports.

Di Indonesia, dunia olahraga elektronik menjadi tanggung jawab Asosiasi E-sports Indonesia, sebuah lembaga yang telah resmi berada di bawah naungan Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia dan juga Kementerian Pemuda dan Olahraga. Tugas utamanya menyiapkan atlet gim dan memfasilitasinya untuk berprestasi.

Eddy Lim, Ketua Asosiasi E-sports Indonesia, mengemukakan, dengan perkembangan teknologi yang begitu deras, e-sport adalah olahraga masa depan. Saat ini, dengan jumlah gim yang semakin bervariasi dan komunitas yang terus tumbuh, peminat gim profesional juga semakin banyak.

”Pemain gim di Indonesia sangat banyak. Tetapi, kalau menghitung jumlah pemain gim profesional, prediksi saya jumlahnya di angka 100.000 orang,” ujar Eddy. (Kompas, 7 September 2018)

Untuk menjadi seorang atlet, Eddy menambahkan, ada tiga hal yang perlu diperhatikan para pemain gim. Selain niat yang benar-benar kuat, juga diperlukan logika yang baik serta fisik yang mumpuni. Ketiga faktor ini menentukan karena permainan gim bukan sekadar menang dan kalah. Banyak hal yang bisa dipelajari dan terus dikembangkan untuk banyak sektor kehidupan.

Getty Images/Miles Willis

Pemain E-sport berkompetisi pada ajang F1 New Balance Esport Series di GFinity Arena, 10 Oktober 2018, Fulham, Inggris. Tim Mercedes-AMG Petronas Esports memuncaki klasemen. Balap Formula 1 pun mulai ikut berharap pada e-sport untuk merangkul audiens yang lebih muda.

Potensi Besar E-sport

Dengan popularitas yang meroket, industri gim dan e-sport dunia diperkirakan akan terus tumbuh dari tahun ke tahun. Perusahaan riset pasar Newzoo memperkirakan, pasar e-sport mencapai 700 juta dollar tahun ini dengan angka kenaikan year-on-year 43 persen.

Pada 2020, angka tersebut tumbuh lebih dari dua kali lipat, mencapai 1,5 miliar dollar. Di wilayah Asia sendiri, menurut periset Statista, angka pendapatan dari pasar e-sport pada 2017 sudah mencapai 406 juta dollar AS, jauh lebih tinggi dibanding dengan pasar di kawasan Amerika Utara (392 juta dollar AS), Eropa (298 juta dollar AS), dan bagian dunia lainnya (29 juta dollar AS).

Asia Tenggara adalah kawasan dengan pertumbuhan e-sport paling tinggi, dengan lebih dari 9,5 juta pemain e-sport. Sekitar 2,8 juta berasal dari Vietnam sedangkan 2 juta di Indonesia. Angka itu diperkirakan bakal meroket dua kali lipat pada 2019.

Potensi pendapatan e-sport didapat dari sponsor, iklan, hak siar, penerbitan gim, tiket dan merchandise. Di Indonesia, sejumlah perusahaan juga sudah melihat peluang itu, salah satunya Telkomsel. Operator bagian dari PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk group ini tidak ingin ketinggalan mengambil peluang bisnis di industri ini.

Secara kebetulan, Telkomsel telah memiliki Dunia Games, laman informasi serta layanan transaksi produk gim yang didirikan sejak 2015. Melalui Dunia Games inilah, Telkomsel menyelenggarakan Liga e-sport bernama Indonesia Games Championship 2019. Kompetisi ini terbagi tiga liga, yakni Dunia Games League, Dunia Games Campus League, dan Dunia Games Pro League.

“Layanan gim online memerlukan standar jaringan yang sangat bagus dengan kecepatan tinggi dan latensi yang rendah. Sejalan dengan tren kebutuhan tersebut, kami juga sedang berupaya memperbaiki kualitas jaringan broadband 4G LTE," ujar Direktur Marketing Telkomsel Alistair Johnston menjelaskan latar belakang kompetisi.

Sejauh ini, dia menyebut lebih dari 60 juta pengguna Telkomsel dari 90 juta pemain telah aktif yang bermain mobile games secara daring. Mengenai gim yang dipertandingkan, dia mencontohkan Mobile Legends Bang Bang untuk Dunia Games League, Free Fire untuk Dunia Games Campus League dan Dunia Games Pro League.

Registrasi Dunia Games League dimulai pada awal Oktober 2018. Kompetisi mulai akhir Oktober 2018. Pelaksanaan pertandingan serentak di 141 kota. Ketigabelas tim terbaik akan bertanding di tingkat nasional guna memperebutkan gelar juara pada Maret 2019.

Sementara itu, Head of Digital Lifestyle Telkomsel Crispin P Tristram mengemukakan, pihaknya menargetkan 60 juta online viewers dari lebih 24.000 pertandingan dan 2.500 jam produksi tayangan. Dengan target sebesar ini, dia berharap Indonesia Games Championship 2019 menjadi Liga E-sport terbesar di Indonesia.

AP Photo/Ted S. Warren

Para atlet terlihat di layar pada pertandingan e-sport League of Legends (LoL) di Penny Arcade Expo, Seattle, AS. LoL adalah salah satu gim e-sport terpopuler yang dimainkan oleh jutaan orang di seluruh dunia.

Penyelamat Industri Perangkat

Popularitas gim disusul tumbuhnya e-sport membuat kebutuhan akan perangkat keras untuk mendukungnya juga meningkat. Perusahaan-perusahaan teknologi pun berlomba mengeluarkan berbagai perangkat, seperti prosesor dan kartu grafis performa tinggi, untuk memenuhi kebutuhan perangkat memainkan gim.

Perusahaan pembuat komputer, konsol, atau perangkat mobil diuntungkan dengan kian banyaknya para pemain gim, baik yang hanya sekadar hobi maupun yang ingin serius menekuninya untuk menjadi atlet. Mereka pun berusaha menangkap peluang tersebut.

E-sport bahkan disebutkan menjadi penyelamat industri PC yang sebelumnya diramalkan sekarat dengan kemunculan perangkat mobil. Kompetisi gim telah mendorong tumbuhnya industri PC. Menurut perusahaan konsultan teknologi, Jon Peddie Research, penjualan PC untuk gim tahun 2017 mencapai 856 juta dollar AS, tumbuh 42 persen dari tahun sebelumnya. Pada 2020, penjualan PC gim diperkirakan akan mencapai 2,2 miliar dollar AS.

Di Indonesia, tahun ini beberapa perusahaan teknologi meluncurkan perangkat komputer yang dikhususkan bagi para penggemar gim. Lenovo dan Acer, di antaranya, mengeluarkan laptop kompatibel untuk para gamer, pertengahan September lalu, di Jakarta.

Kompas/Satrio Pangarso Wisanggeni

Pengunjung bermain gim Fortnite dalam rangka mencoba performa laptop Lenovo Legion Y530 dalam acara peluncuran produk tersebut pada Selasa (18/9/2018) di Jakarta.

Lenovo, perusahaan teknologi asal China, meluncurkan laptop gaming (laptop untuk bermain gim) terbarunya, yakni Legion Y530. Legion Y530 didukung oleh prosesor 6 inti Intel Core i7 8750H dan RAM 8 GB, khusus pada varian tertinggi kapasitas RAM yang tersedia adalah 16 GB. Kartu grafis pun tersedia dalam dua pilihan, yakni Nvidia GeForce GTX 1050 dan 1050Ti.

Acer juga merilis laptop untuk gim, yakni Predator Helios 300 (PH 315-51). Pada peluncuran produk itu di Plaza Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (18/9/2018) siang, Presales Manager Acer Indonesia Dimas Setyo mengatakan, sebagian para pencinta gim AAA membutuhkan kualitas gambar dan prosesor yang semakin prima.

Seperti juga olahraga lain, peralatan sangat memengaruhi hasil pertandingan e-sport.

Presiden Direktur Acer Indonesia Herbert Ang berujar, pihaknya mencatat kenaikan 900 persen pemasukan dari produk laptop seri Predator pada kurun Januari-Agustus 2018. ”Hal ini semula mungkin tak pernah terbayangkan. Namun, gim telah berkembang menjadi industri besar,” kata Herbert. Sebagai upaya pengembangan lini usaha pendukung, pihaknya lantas menjalin kerja sama dengan kafe internet, juga mensponsori kompetisi gim. (Kompas, 2 Oktober 2018)

Selain Lenovo dan Acer, banyak produsen perangkat lain yang mengeluarkan laptop yang dikhususkan untuk bermain gim. Asus, misalnya, mengeluarkan seri laptop gim Asus Republic of Gamers (ROG). Asus ROG memiliki sejumlah seri, seperti ROG Zephyrus dan Strix (seri Asus ROG juga tersedia dalam bentuk desktop).

Kompas/Ayu Pratiwi

Suasana South East Asia Cyber Arena (SEACA), kompetisi olahraga elektronik tingkat Asia Tenggara di Mal Taman Anggrek, Jakarta, 17-21 Oktober 2018. Sebanyak 230 finalis berlaga memperebutkan total hadiah Rp 1,4 miliar.

Dell juga memiliki laptop untuk gim, yakni Dell XPS 15. Tak ketinggalan Razer Blade dan MSI yang juga mengeluarkan berbagai perangkat laptop untuk bermain gim.

Selain konsol seperti PS4 dari Sony ataupun Xbox dari Microsoft, produsen ponsel pun tak ketinggalan ikut memproduksi ponsel yang dikhususkan untuk gim. Razer Phone misalnya meluncurkan ponsel gim Android, demikian pula Xiaomi pun tak mau ketinggalan dengan seri ponsel Black Shark.

Seperti juga olahraga lain, peralatan sangat memengaruhi hasil pertandingan e-sport. Demikian juga perangkat untuk memainkan gim, baik untuk sekadar hobi maupun kompetisi. Pemilihan perangkat akan sangat menentukan.

Tertarik untuk menjadi “gamer”…eh…atlet e-sport? Segeralah berlatih dengan tekun.

Getty Images/Miles Willis

Suasana pemain E-sport saat berkompetisi di F1 New Balance Esport Series di GFinity Arena 10 Oktober 2018 di Fulham, Inggris.

Kerabat Kerja

Penulis: Prasetyo Eko Prihananto, Mediana, Saiful Rijal Yunus | Fotografer: Saiful Rijal Yunus, Satrio Pangarso Wisanggeni, Ayu Pratiwi | infografik: Novan Nugrahadi | designer & pengembang: Elga Yuda Pranata, Deny Ramanda | Produser: Prasetyo Eko Prihananto, Haryo Damardono

Suka dengan tulisan yang Anda baca?

Nikmati tulisan lainnya dalam rubrik Tutur Visual di bawah ini.