Ganti orientasi perangkat anda menjadi mode potrait
on
off
Budayawan MAW Brouwer (1923-1991) suatu hari pernah berkata,”’Bumi Pasundan’ diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum”. Melihat Citarum luluh lantak dan menyebar bencana di tanah Pasundan, masihkah kata-kata Brouwer relevan?
Kompas/Rony Ariyanto
Gulung
”Is this the world’s most polluted river?” Apakah ini sungai yang paling tercemar di dunia? Demikian judul berita di Daily Mail edisi Rabu (14/2/2007). Sungai itu adalah Citarum.
06 Maret 2018
on
off
Lima tahun lalu, tahun 2013, lembaga lingkungan Green Cross dan Blacksmith Institute bahkan menetapkan Sungai Citarum sebagai satu dari 10 lokasi paling terpolusi di dunia.
09 Agustus 2011
Kompas/Rony Ariyanto
Membentang sejauh 300 kilometer, kira-kira setara jarak New York-Boston, peran Citarum sungguh penting. Sekitar setengah juta jiwa terdampak langsung oleh sungai itu. Adapun 5 juta jiwa lainnya terdampak tidak langsung.
Sungai Citarum juga memasok 80 persen air minum bagi warga Jakarta dan sekitarnya. Menyediakan air baku bagi 2.000 pabrik. Sementara itu, air irigasi dari Citarum dapat mengairi 400.000 hektar sawah yang luasnya setara 1.173 kali luas Central Park, New York.
28 Juni 2012
Kompas/Dedi Muhtadi
Selain Citarum, tidak ada sungai di Indonesia yang dilayani tiga bendungan utama. Bendungan juga difungsikan sebagai pembangkit tenaga listrik. Namun, dengan rusaknya Citarum, dengan begitu banyaknya polutan, bukan hanya infrastruktur Citarum yang terancam.
Yang terancam adalah manusia dan segenap makhluk hidup lainnya. Mereka itu yang selama ini hidup dan dihidupi Citarum dan Daerah Aliran Sungai Citarum. Tercemarnya Citarum, misalnya, telah ikut mematikan kehidupan ribuan ikan.
16 Januari 2013
Kompas/Rony Ariyanto
Meluapnya Sungai Citarum juga telah menyengsarakan ribuan warga. Air Citarum yang kotor dan berbau itu telah merendam banyak desa dan permukiman warga.
14 November 2016
Kompas/Wawan H Prabowo
Warga kian menderita karena banjir tidak hanya terjadi dalam hitungan menit, tetapi juga dalam hitungan jam atau hari. Tidak heran apabila warga harus mengungsi sehingga gerak roda perekonomian terganggu, dan kesejahteraan makin jauh dari harapan.
15 Maret 2016
Kompas/Rony Ariyanto
22 November 2017.
Gilanya, banjir di daerah Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, tidak terjadi di dataran rendah. Banjir itu terjadi di sebuah daratan dengan ketinggian 600 meter di atas permukaan laut atau lebih dari empat kali ketinggian Monumen Nasional (Monas).
27 April 2011
Kompas/Rony Ariyanto
Banjir di Bandung Selatan diduga karena ada Curug Jompong yang seolah membentengi aliran Citarum. Pemerintah pun berencana membuat terowongan air sepanjang 375 meter di sekitar curug itu walau waktu nanti yang membuktikan sukses atau tidaknya rencana itu.
Pemerintah memang telah bergerak. Sesuai instruksi Presiden Joko Widodo, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono kembali menegaskan kendali perbaikan badan Sungai Citarum pada kementeriannya.
Namun, revitalisasi Citarum tidak dapat berhenti hanya di pembangunan infrastruktur karena kehancuran Citarum juga dipicu ketidakpedulian warga di sekitar bantaran sungai dan Daerah Aliran Sungai Citarum akibat pembuangan sampah secara sembarangan.
27 Oktober 2016
Kompas/Rony Ariyanto
Tercemarnya Citarum harus disadari pula tidak hanya pada sekujur "tubuh" sungai itu, tetapi juga mencemari makhluk hidup di sepanjang sungai. Efeknya adalah tubuh-tubuh yang melemah akibat tercemar oleh bahan berbahaya dan beracun.
Bagaimana Indeks Pembangunan Manusia Indonesia dapat membaik ketika tubuh manusia-manusia di sekitar Citarum tercemar? Jangan lupa. Citarum menghidupi tidak hanya satu atau dua juta warga negeri ini, tetapi juga puluhan juta warga.
06 Maret 2018
Penulis: Haryo Damardono | Penyelaras Bahasa: Lucia Dwi Puspita Sari | Videografer: Tatang Mulayana Sinaga, Rian Septiandi | Video Editor: Antonius sunardi, Vincentzo Calviny Joski | Pengolah Foto: Toto Sihono | Desainer & Pengembang: Vandi Vicario, Deny Ramanda, Rafni Amanda | Fotografer Dedi Muhtadi, Rian Septiandi, Rony Ariyanto, Wawan H Prabowo | Produser: Haryo Damardono, Septa Inigopatria, Prasetyo Eko Prihananto