Cerita tragis anak buah kapal migran yang bekerja di kapal ikan asing seperti tidak ada habisnya. Ada yang mengalami kerja nonstop 20 jam sehari, kekerasan fisik, makan bubur dingin, hingga dilarung ke laut lepas.
Minimnya perlindungan awak kapal perikanan karena tidak adanya kejelasan mekanisme pengawasan membuat mereka kian rentan mengalami eksploitasi. Tidak ada jalan kembali bagi mereka begitu kapal ikan membuang sauh dan menuju lautan lepas.
Tidak hanya saat di atas kapal, ABK migran asal Indonesia ini sudah diperdaya sejak di negeri sendiri setelah mereka melamar kerja. Mereka tersandera jeratan eksploitasi perusahaan penyalur dengan beragam bujuk rayu menghanyutkan.
Minimnya perlindungan awak kapal perikanan karena tidak adanya kejelasan mekanisme pengawasan membuat mereka kian rentan mengalami eksploitasi.
Bahkan, setelah meninggal pun, para ABK migran ini masih terkena jerat eksploitasi. Hak-hak mereka yang seharusnya diberikan ke ahli waris dikebiri perusahaan penyalur dengan beragam modus yang menyalahi ketentuan.
Dengan kata lain, ABK mengalami eksploitasi tak berujung sejak awal mulai melamar bekerja di Tanah Air, ketika bekerja di kapal ikan asing, bahkan saat sudah dalam kondisi tak bernyawa.
Liputan investigasi harian Kompas selama Juli-Agustus 2023 merekam beragam kisah pilu ABK perikanan migran yang mengalami kerja paksa di atas kapal dan keluarga mereka yang diperdaya oleh perusahaan penyalur. Berikut kisah mereka….